Anies RI1, Banjir dan Macet DKI Beres?


Anies RI1, Banjir & Macet DKI Beres?

Malam tahun baru, Jabodetabek hujan. Lebat. Awet. Sekarang gumpalan awan hitam masih mengintai, gerimis tipis mencandai sesekali. Ujungnya amat mudah ditebak: banjir. Ajaib bila tidak!

Benar saja. Paginya banjir. Di Jakarta sebetulnya tidak sebesar dan semenyebar yang sudah-sudah. Beda halnya dengan daerah penyangga (Jabar, Banten), dimana ada banyak mobil yang sampai hanyut. Meski begitu, semua salah Anies. Ridwan dan Gubernur Banten tak disebut-sebut, Joko juga tidak.

Ibukota itu letaknya di hilir, paling rendah (dan bahkan ada sejumlah wilayah yang lebih rendah dari permukaan laut), paling padat bangunan, paling sempit ruang terbuka hijau, paling sedikit sumur resapan, paling padat penduduk, paling menggunung produksi sampahnya, dll. Demi mengatasi banjir, semua persoalan ini sekuat tenaga berusaha ditangani oleh pemda DKI. Sudah sedari dulu. Terlebih lagi sekarang. Hasilnya? Banjir berkurang titiknya, atau ketinggiannya, atau durasinya. Yang tak kalah pentingnya, sekarang penanganan korban banjir (bila ada) dilakukan jauh lebih baik dan sigap.

Sebagus-bagusnya upaya pencegahan banjir di DKI, nyaris mustahil bencana itu bisa sirna. Terutama bila persoalan di hulunya tak dibereskan. Warga Jakarta -terutama yang tinggal di kawasan langganan banjir- sangat paham soal hubungan antara air Katulampa dengan banjir di tempat mereka. Bila air di bendungan yang terletak di Bogor itu mencapai level tertentu, mereka bisa memprediksi banjirnya bakal setinggi berapa dan tiba jam berapa. Ya, banjir besar Jakarta terjadi karena air kiriman. Ini diperparah lagi dengan banyaknya sampah yang diangkut air itu.

Bila ada cagub yang bilang bisa mengatasi banjir DKI, pasti dia sedang ngibul. Atau setidaknya dia naif. Atau tak paham apa yang dikatakan. Yang masuk akal adalah bahwa banjir itu tak bisa ditiadakan sama sekali, tapi bisa dikurangi volume, frekuensi, sebaran dan dampaknya.

Bila ada capres yang berkoar, "banjir DKI lebih mudah diatasi jika jadi presiden," itu sangat masuk akal. Betul itu. Kewenangan DKI1 memang tak cukup untuk mengatasi persoalan hulu banjir. Dibutuhkan kewenangan yang lebih besar: RI1.

Jadi bila sekarang masih terjadi banjir di DKI -meski dengan volume, frekuensi, sebaran dan dampak yang kian susut- Anies haters sebaiknya jangan terlalu bernafsu menyinyir sang gubernur Indonesia. Tapi tanyakan terlebih dahulu sang Presiden Indonesia, "Bagaimana realisasi janjinya, apa kebijakan penting yang sudah diambil untuk mengatasi persoalan hulu banjir itu?" Ini bukan lagi soal rasional tidaknya sebuah janji. Tapi soal bohong dan ingkarjanji tidaknya sang penjanji. Ya, ini lebih soal integritas.

Masa jabatan Goodbenar Anies belum setengah jalan. Tapi janji besar yang dipenuhinya sudah di atas 60%, sudah jauh melampaui pemenuhan janji 3 pendahulunya. Capaian, prestasi dan penghargaannya juga; nyaris dalam semua aspek.

Intinya, Gubernur Anis terbukti punya integritas dan kapasitas yang tak diragukan lagi. Dalam bahasa agama, cucu salah 1 founding fathers bangsa kita itu sosok yang siddiq, amanah, fatonah dan tabligh. Andai yang dulu bilang 'banjir dan macet Jakarta itu lebih mudah diatasi bila jadi presiden' adalah Anies, sekarang pasti kita lihat realisasinya. Saya sungguh berharap Anies membuat janji itu nanti.

Oh ya, Jaksa Agung memberi update soal #perampokanJiwaSraya. Katanya, negara tidak dirugikan 13t tapi 30t, alias 3x kasus Bank Century...

(By: Agussalim Buwer)

Baca juga :