Cina Beri Beasiswa Santri untuk “Kampanye” Xinjiang, Warganet: Akal Bulus Juragan Fulus


[PORTAL-ISLAM.ID]  Pemerintah Cina menawarkan beasiswa untuk para santri Indonesia memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi, di tengah fakta kekerasan dan tuduhan penahanan lebih dari satu juta Muslim.

Kabar tawaran beasiswa ini disampaikan dalam keterangan tertulis dari Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Kamis 28 November 2019.

Tawaran tersebut disampaikan oleh pihak Kementerian Luar Negeri Cina kepada para santri Indonesia yang tergabung dalam program “Santri untuk Perdamaian Dunia” dan berkunjung ke Negeri Tirai Bambu.

Program kunjungan “Santri untuk Perdamaian Dunia” mendapat sambutan yang ramah dari pemerintah China dan diterima secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri Cina di Beijing pada Rabu, 27 November 2019.

Deputi Direktur Jenderal Urusan Asia Kementerian Luar Negeri Cina, Yun Si, dalam sambutannya menyampaikan secara singkat hubungan bilateral dan Indonesia yang terus meningkat di berbagai bidang baik politik, ekonomi, perdagangan, sosial, budaya dan hubungan antarmasyarakat.

“Saya yakin santri dapat berkontribusi positif untuk masa depan Indonesia dan berperan aktif dalam perdamaian dunia serta menjadi pemimpin di masa depan,” ujar Yun Si yang pernah bertugas di Jakarta beberapa tahun lalu.

“Pemerintah Cina juga siap memberikan beragam beasiswa kepada mahasiswa Indonesia, khususnya para santri berprestasi yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi di Cina,” lanjutnya.

Selain memberikan tawaran beasiswa kuliah, dalam sesi dialog dan diskusi dengan para santri, Kemlu Cina juga merekomendasikan dan siap memfasilitasi kunjungan langsung ke Xinjiang, daerah dengan penduduk mayoritas Islam di Cina.

Pemerintah Cina menawarkan kunjungan ke Xinjiang bagi para santri Indonesia untuk melihat dan mengamati secara langsung kehidupan umat Muslim di sana, dan berharap para santri dapat menyampaikan kepada dunia luar secara objektif mengenai kehidupan Muslim di Xinjiang.

Pada kesempatan terpisah, para santri Indonesia itu juga mengunjungi Museum Nasional Cina dan Tiananmen Square serta menikmati makan malam bersama di Wisma Duta Besar RI di Beijing.

Cina sudah berusaha meredam tuduhan adanya aksi penganiayaan dan kekerasan terhadap etnis minoritas Uighur di Xinjiang dengan cara mengundang tokoh dan perwakilan ormas Islam Indonesia secara berkala. Namuan sejumlah fakta adanya kekerasan dan persekusi terhadap umat Islam terus terungkap ke publik

Dokumen kekerasan

Washington-Dokumen-dokumen yang bocor diungkapkan oleh 17 agensi media di seluruh dunia pada hari Senin , menunjukkan semuanya, bagaimana Tiongkok mengendalikan tahanan dari memotong rambut hingga mengunci pintu, di di kamp-kamp penahanan massal di wilayah Xinjiang.

International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ)  menerbitkan dokumen yang bocor ke terkait adanya  protokol ketat yang mengatur kehidupan di kamp-kamp penahanan yang terletak di wilayah barat.

Dokumen-dokumen yang bocor diperoleh seminggu setelah The New York Times melaporkan, berdasarkan 400 halaman dokumen internal yang diperolehnya, bahwa Presiden Cina Jinping telah memerintahkan para pejabat untuk bertindak “tanpa belas kasihan” pada orang yang dianggap ‘separatis dan ekstrimis” dalam pidato pada tahun 2014  menyusul serangan militan di stasiun kereta.

Radio Free Asia/RFA  baru-baru ini mengungkap bagaimana Tiongkok menugaskan para lelaki Cina mengawasi rumah-rumah perempuan Muslim Uighur dan tidur bersama satu kamar, di saat suaminya dikirim ke kamp-kamp penjara ‘cuci otak’.

Modus ini, dinilai merupakan kasus baru kampanye garis keras Partai Komunis Cina terhadap etsnis Uighur yang sebagian besar Muslim di wilayah Xinjiang, di Cina barat, selama dua tahun terakhir.

Gerakan Kebangkitan Nasional Turkistan Timur, sebuah kelompok yang bermarkas di Washington baru-baru ini juga mendokumentasikan sebanyak 500 kamp dan penjara yang dijalankan oleh otoritas Cina untuk menahan anggota kelompok etnis Muslim, menuduh Beijing telah menahan jauh lebih banyak Muslim Uigur dibanding angka satu juta sebagaimana yang telah diketahui masyarakat dunia.

Beijing menempatkan semua etnis Uighur sebagai “teroris” dan telah menggunakan Islamofobia untuk membenarkan tindakan kekerasan di masa lalu, dan menempatkan mereka di kamp-kamp cuci-otak yang dijulukinya sebaga ‘Kamp Pendidikan Ulang”.

Sumber: IndonesianInside

Warganet pun berkomentar.
Baca juga :