Gus Sirot: Membandingkan Baginda Mulia Muhammad SAW dengan Soekarno Hal Yang Tidak Perlu


MUHAMAD SAW atau SOEKARNO?

Oleh: Gus Sirot
(Ketum Partai Gelora Jatim)

Dialektika "keras " antara Agama dan Nasionalisme mestinya harus disudahi. Karena, antar keduanya bisa dicari titik temu. Nasionalisme bagian dari Agama karena berjuang untuk tanah air adalah kewajiban Agama. Agama harus menjadi inspirasi utama nasionalisme agar tidak keluar jauh dari prinsip prinsip kemanusian dan keadilan.

Membandingkan antara baginda Nabi mulia, Muhamad SAW dengan Ir. Soekarno mestinya tidak perlu. Bukan hanya soal keduanya tidak bisa dibandingkan, bahwa Baginda Nabi manusia pilihan Allah yang ma'sum sedangkan Ir. Soekarno adalah manusia biasa. Tetapi juga membandingkan keduanya menunjukkan "ketidakmengertian" tentang sejarah Agama dan sejarah Indonesia. Bahwa kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Islam. Bahwa rakyat Indonesia bergerak mengusir dan mempertahankan Tanah Air karena inspirasi dan motivasi agama. Bukankah tokoh tokoh besar Kemerdekaan Indoesia kebanyakan para ulama? Berderet tokoh- tokoh besar menghiasai panggung sejarah kemerdekan. Imam Bonjol, Cut Nyak Din, Diponegoro, Hadrotussyaikh al alim al allamah KH. Hasyim Asyari, KH. Ahmad Dahlan, dan ribuan ulama dan tokoh Islam di berbagai daerah.

Indonesia berhutang budi sama Mbah Hasyim Asyari. Dengan surat saktinya "Resolusi Jihad", Indonesia meraih kemerdekaan yang kedua, setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945. Lalu siapakah inspirator Mbah Hasyim? Apakah Soekarno? Apakah Napolion Bonaparte? Tentu anda tahu, beliau adalah keturunan baginda Muhamad SAW, manusia suci. Itulah inspirator besar beliau.

Soekarno pun, berjuang dan melawan penjajah karena inspirasi agama. Pikiran pikiranya "ter-install" oleh pikiran pikiran sang guru, tokoh Islam, pendiri Partai Syarikat Islam, H.O.S Tjokroaminito. Soekarno muda di "rasuki " pikiran pikiran kritis tentang Islam dan Nasionalisme, sehingga muncul semangat pembelaan terhadap bangsanya.

Muhamad SAW adalah sang inspirator, beliau menebar nilai nilai ilahiyah, membungkus Indonesia menjadi Bangsa yang beradab, punya daya juang tinggi. Muhamad SAW peletak dasar nilai, penyebar teori teori ilahiyah yang amat penting bagi kehidupan makhluk di bumi termasuk manusia.

Membandingkan Muhamad SAW dengan Soekarno sama saja membandingkan antara Albert Einstein, fisikawan kelahiran jerman penemu teori Relativitas dengan BJ. Habibie. Kira kira tanpa Albert Einstein dan tokoh fisikawan lainnya, apakah BJ Habibie mampu membuat pesawat?

Sama pertanyaanya, tanpa Kanjeng Nabi Muhamad SAW, apakah Soekarno akan menjadi Soekarno sekarang, bapak kemerdekaan?

Dan tanpa Nabi, Apakah Bangsa Indonesia mampu menjadi bangsa beradab? Atau sebaliknya Indonesia justru terperosok menjadi bangsa badui?

Anda pasti tahu jawabanya. Karena anda juga pasti tahu jawabanya, lebih berjasa mana antara pohon dengan buah. Hal yang tak perlu dipertentangkan.[]

Baca juga :