Cinta HRS Kepada Indonesia
Orang yang mengaku paling Nasionalis, tidak serta merta bisa dipercaya pengakuannya tanpa ada ujian untuk membuktikan pengakuan tersebut. Orang yang mengaku paling cinta NKRI, hanyalah pengakuan verbal yang tidak jelas kebenarannya, tanpa ada cobaan untuk menunjukkan kesejatian cintanya.
Satu di antara orang Indonesia yang sudah terbukti nasionalisme dan kecintaannya kepada Indonessia, adalah Habib Rizieq Syihab. Serius? Sejuta rius!
1. Pada peristiwa 411. Ketika Istana sudah kosong, yang tersisa hanya Wiranto. Presiden Jokowi dan orang-orang yang menyertainya sudah berada di Bandara. Entah beliau sedang bersiap untuk terbang ke mana. Ada banyak orang dan tokoh yang tertembak: Ustadz Arifin Ilham, A’a Gym, Syaikh Ali Jabeer dll. Polisi sudah sangat sangat beringas, menembak membabibuta. Bahkan seruan ‘Stop’ dari Kapolri sudah tidak diindahkan.
Massa pun sudah sangat terpancing. Jumlah massa mencapai empat juta. Maka, seandainya massa melakukan perlawanan sebagaimana yang diinginkan sebagian orang, sampai amunisi aparat habis pun untuk membunuhi massa, jutaan massa tetap akan tersisa banyak!
Belum lagi, massa dari daerah yang sedang dan terus bergerak menuju Jakarta. Apalagi sebagian di antara mereka memang sudah siap mati. Sebelum berangkat mereka sudah berpamitan dan berwasiat kepada keluarga.
Nah, pada suasana yang demikian, Habib Rizieq tetap tegak memegang Komando sendirian. Beliau pegang mikrofon sendirian. Beliau jaga kondusifitas, walau sebenarnya keadaan sudah tidak kondusif. Beliau tidak ingin mikrofon sampai jatuh ke tangan orang lain, kemudian terjadi seruan, ‘Serbuuuuu!’. Sebab kalau itu yang terjadi, habislah Istana. Kudeta akan terjadi. Istana akan diduduki, yang sebelumnya memang sudah ditinggalkan penghuninya.
Polisi dipastikan tidak akan bisa menghalau. Polisi tidak akan berdaya menghadapi jutaan gelombang rakyat. Tinggal HRS bernegosiasi dengan Tentara, bagaimana baiknya. Tapi itu tidak dilakukan. Karena HRS sungguh sangat mencintai Ibu Pertiwi. Tuntutannya ketika itu hanya, “Adili Ahok!”
2. Malam 212 ada pertemuan beberapa tokoh atau simpul massa. Beberapa di antaranya, melontarkan ide makar. Nah, saat itu HRS menolak mentah-mentah ide tersebut. Itulah yang kemudian beberapa orang tersebut ditangkap malam itu juga. HRS tidak termasuk yang ditangkap, karena ia memang tidak sepakat dengan rencana makar apapun!
Kenapa ide makar mengemuka? Karena melihat jumlah massa yang sangat besar, 7 Juta! Iya, 7 Juta massa. Jumlah tersebut sudah diketahui sebelumnya dari hasil laporan masing-masing simpul massa di daerah, Jabodetabek dan sekitarnya. Sebagian orang tidak percaya, tapi itulah kenyataannya. Cukuplah kesaksian media asing yang terpercaya, daripada komentar orang kontra aksi, yang sampai kiamat pun tidak akan percaya bahwa massa yang hadir memang 7 Juta lebih.
Tapi HRS sama sekali tidak ingin memanfaatkan dukungan besar tersebut untuk macem-macem dengan Negara ini. Semata karena kecintaan beliau yang mendalam terhadap NKRI. Walau untuk itu, akhirnya berbagai tuduhan dialamatkan kepada beliau. Mulai dari yang agak sopan, sampai pada tuduhan sampah!
Demi Allah saya bersaksi, dengan segala dinamika politik, hukum dan keamanan yang meliputi HRS. Tidak ada ceritanya yang namanya Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab itu mempunyai niat sedikit pun untuk makar. Tidak ada keinginan untuk mengganggu keabsahan Pemerintah yang sedang berkuasa. Terlepas berbagai peristiwa proses pemilihannya, dari dugaan kecurangan hingga meninggalnya sekian banyak petugas KPPS dan terbunuhnya peserta unjukrasa.
Kata HRS, “Ahlussunnah Waljamaah tidak punya gen pemberontak!” Nah, HRS adalah seorang Aswaja tulen, beraqidah Asya’ari Maturidiah, berfiqih Syafi’i dan Tashawwuf Imam Junaid Al Baghdadi. Hingga karenanya, seburuk apapun suatu pemerintahan, sebejat dan segoblok apapun kepala negaranya, tidak akan pernah diganggu dalam konteks kepemimpinannya.
Tapi terakait kebijakan dan keputusan, jelas itu menjadi konsen semua da’i untuk meluruskannya. Seorang seperti HRS tak akan pernah diam terhadap kemungkaran dan kezaliman yang ditimbulkan penguasa. Siapapun presidennya; Jokowi, SBY, Megawati, Gus Dur dan seterusnya. Bahkan andai kemarin Prabowo terpilih, HRS tetap akan istiqamah dengan jatidirinya; mengkritisi dan mempersoalkan kebijakan dan keputusan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Cukuplah bagi beliau, petuah suci Baginda Nabi saw: “Afdhalul jihadi, kalimatu haqqin inda sultonin ja`ir. Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim!” Dan ini adalah bentuk lain kecintaan HRS kepada bangsa ini.
12/11/2019
Abrar Rifai
(Ketua PA 212 Malang Raya)