PAPUA BUTUH ANIES, BUKAN JOKOWI


PAPUA BUTUH ANIES, BUKAN JOKOWI

By Setiawan Budi*

Pendukung Jokowi bersikukuh bahwa kejadian di Papua ada pihak asing yang menjadi provokatornya. Bagi mereka, gak mungkin Papua bergejolak setelah gelontoran dana super wah yang di transfer Jokowi dan pembangunan infrastruktur di sana membuat Papua kecewa pada pemerintah pusat.

Kata Denny Siregar, "bukti permintaan pada PBB hadir adalah nyata bahwa konflik Papua ada pesanan".

Berbagai framing pihak ke-3 mereka munculkan untuk memberikan alasan bahwa konflik ini bukan berasal dari nurani masyarakat Papua sendiri.

Jika dikatakan ada pihak ke-3, wajar masyarakat Papua meminta dukungan negara pasifik untuk menyuarakan apa yang mereka mau. Keberadaan tokoh2 sentral Papua merdeka di negara luar, adalah upaya mereka menggalang dukungan melalui lobi2 international. Gak ada salahnya apabila hal itu dilakukan.

Timor Leste dahulu juga melakukan demikian. Mendapatkan dukungan Australia dan Portugal adalah jalan mereka meminta merdeka pada republik Indonesia. Gak ada yang dilanggar jika itu yang dilakukan.

Sebenarnya apa sih masalah papua sebenarnya? Apakah benar gara-gara ucapan rasis?

Jika ada yang nonton acara Mata Najwa seminggu kemarin, maka kita akan paham bahwa permasalahan Papua bukan lah di ucapan rasis. Permasalahan utama masyarakat Papua adalah rasa keadilan dan rasa kemanusiaan yang tidak mereka dapatkan.

Dari era Soeharto, Papua hanya merupakan lumbung pendapatan tanpa pembangunan yang menyasar pada manusianya. Era pergantian pimpinan negara, tetap juga gak ada terobosan baru bagi Papua.

Era Jokowi, sebenarnya Papua menaruh harapan besar. Capaian suara di pemilu 2014 yang hampir 100% membuktikan bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang diharapkan. Ada janji yang diberikan Jokowi dan janji itu lah yang mereka ingin ditunaikan.

Sayang, selama masa pemerintah Jokowi, janji yang diharapkan tidak berjalan. Pemerintah Jokowi mengulangi lagi cara pemimpin sebelumnya. Membangun hanya membanggakan FISIK semata. Tetapi melupakan pembangunan manusianya.

Gubernur Papua Lukas Enembe berkata, bahwa pembangunan jalan di Papua sebenarnya bukanlah orang Papua yang melewatinya. Ini gubernurnya sendiri yang berkata. Boleh gak kalau kita percaya? Lukas menyebutkan, pembangunan manusia tidak ada di era Jokowi.

"Papua butuh kehidupan, Papua butuh Guru yang mau berbagi ilmu, Papua butuh orang yang mau merangkul sebagai sahabat untuk diajak bicara," kata Lukas Enembe.

Seorang LSM kemanusiaan di Papua pun menguatkan pernyataan Gubernur Papua. Bukan pembangunan fisik yang dibutuhkan Papua, melainkan pembangunan mental dan manusianya. Menyentuh Papua, gak akan mempan jika membanggakan fisik bangunan. Tapi, sentuhlah hati warga Papua dengan penghargaan atas persamaan manusia.

Karena sejarah terbentuknya Papua itu berbeda dengan daerah lainnya.

Saat mereka mengatakan yang dibutuhkan adalah pembangunan manusia, saya langsung ingat sosok Anies Baswedan kala mengikuti Pilkada DKI 2 tahun lalu.

Anies selalu berkata bahwa Jakarta terlalu mengagunggkan pembangunan fisik dibandingkan pembangunan manusianya. Di saat banyak bangunan mewah, jalan melingkar yang sangat wah, tetapi Jakarta melupakan pembangunan warganya sendiri. Dengan pemasukan besar, ternyata Jakarta bisa melupakan apa yang seharusnya menjadi hak rakyat Jakarta.

Saya memandang saat ini Papua sama dengan Jakarta, jika tolak ukurnya adalah masyarakatnya. Dan sosok Jokowi adalah gambaran Ahok kala memimpin Jakarta.

Jokowi dan Ahok memiliki tipikal yang sama.

Mereka berdua adalah sosok pemimpin yang mementingkan hasil yang bisa di pegang, di raba dan di dokumentasikan sebagai hasil pembangunan. Sedangkan sosok Anies, tidak mementingkan pembangunan fisik. Ia lebih mementingkan membangun manusianya dulu untuk mengajak mereka membangun daerahnya.

Maka itu saat Anies memimpin, banyak program-program kerja yang memanjakan warga Jakarta mendapatkan kemudahan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Lansia diberikan santunan, anak-anak wajib mendapatkan pendidikan dengan jaminan uang yang setiap bulan mereka terima. Kesehatan bagi masyarakat diutamakan sedekat mungkin dan secepat mungkin didapat bagi yang membutuhkan. Memandang dan melayani warga, sama tanpa ada kekerasan dalam bentuk kata maupun perbuatan.

Bisa lihat hasilnya sekarang, tanya warga Jakarta apakah mereka bahagia dengan Anies gubernurnya?

Bagi saya, model pemimpin seperti Anies yang dibutuhkan Papua untuk memanusiakan mereka seperti apa yang mereka inginkan. Dan pastinya, bukan jabatan gubernur yang akan diduduki Anies, nelainkan posisi Presiden.

Tapi kan saat ini Anies bukan presiden?

Jokowi hendaknya jangan sungkan dan malu belajar pada Anies bagaimana membangun manusia yang sukses Anies jalankan di Jakarta. Jika Jokowi meminta, saya yakin Anies akan mau membantu secara sukarela.

Jika Anies diberikan kepercayaan 1 Minggu saja ke Papua dan mempelajari apa yang dibutuhkan masyarakat Papua atas keinginan mereka, saya yakin Anies akan membawa pesan berharga bagi Jokowi.

Saat warga Papua Jakarta juga melakukan aksi protes atas ucapan rasis, Anies memberikan tanggapannya mengenai konflik di Papua.

"Karena kita menyadari kalau ada kesempatan yang setara bagi semuanya, maka perasaan keadilan akan hadir. Kalau ada perasaan keadilan, maka persatuan akan muncul. Dan kita berharap di Jakarta kita jaga terus suasana itu," kata Anies.

Anies secara khusus di undang mahasiswa Papua ke asrama mereka. Di tengah konflik yang terjadi, di tengah ucapan rasis yang dijadikan berita. Seorang Anies justru diharapkan hadir di tengah masakah mereka. Jika kita sedikit saja mencari alasannya, mengapa Anies yang di undang?

Bukan tanpa sebab jika Anies yang diminta datang. Masyarakat Papua Jakarta dan mahasiswa Papua di Jakarta, melihat Anies adalah sosok yang telah melalui tahapan rasis dalam memimpin Indonesia. Di tengah komentar miring pada dirinya, di tengah hantaman tuduhan radikal yang pernah mengiringi kemenangannya, justru Anies memimpin Jakarta dengan merangkul semuanya dengan cinta.

Anies mentahkan semua tuduhan dengan bukti kerja yang telah ia jalankan. Dan saat ini, segala perbedaan ras dan golongan yang jadi permasalahan di era Ahok, dengan sendirinya menjadi hilang karena Anies lah yang telah membungkamnya. Wajar apabila masyarakat Papua menjadikan aneis tokoh perubahan atas hal itu.

Kehadiran Anies membuktikan bahwa Anies dicintai Papua dan Anies cinta Papua juga semua suku di Indonesia.

Saya membayangkan, andai Anies mengunjungi Papua. Ia duduk sejajar dengan masyarakat Papua, dan berdialog dengan mereka dalam suasana santai tanpa ada pengawalan bersenjata.

"Pace..mace, bersabarlah dalam 5 tahun ke depan. Saya yang akan bangun Papua bersama masyarakatnya seperti saya membangun Jakarta tanpa perbedaan..."

Dengan pengalaman Anies, saya yakin Anies bisa menyelesaikan masalah Papua jika nanti ia diberikan kepercayaan menjadi RI-1. Anies adalah tipikal pemimpin sekaligus guru yang mengayomi. Tutur katanya lembut dan bisa memberikan ketenangan pada masyarakat.

Raut wajahnya tidak menggambarkan dusta dengan tawa dan cengengesan menjual citra.

Bagi Anies, ketika ia sudah turun ke masyarakat maka ia harus mendapatkan apa permasalahan utama yang harus ia selesaikan. Gak perlu berulang kali turun, kalau permasalannya gak pernah diselesaikan. Ia sudah membuktikan bagi Jakarta.

Jakarta adalah miniatur Indonesia yang majemuk. Bisa memimpin Jakarta dan mensejahterakan serta membahagiakan rakyatnya, maka sudah bisa dimajukan menjadi pemimpin Indonesia.

Semoga Papua bertahan 5 tahun lagi, untuk menunggu bukti, bahwa ada putra Indonesia yang mampu mendengar dan memperbaiki apa yang sudah terjadi di Papua.

Jadikan sosok pemimpin saat ini sebagai pembelajaran, bahwa suka tersenyum saat bertemu itu bukanlah indikator ia memahami apa yang diminta. Bisa jadi ia tidak mengerti, ngelesnya hanya angguk-angguk dan tersenyum seolah memahami.

Soekarno pernah berkata,

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia".

Kali ini, saya ingin berkata..

"Berikan Anies untuk indonesia, niscahya ia akan memperbaiki kerusakan yang ada".

Fakta kan..?

(30/8/2019)
___
*Sumber: fb penulis

PAPUA BUTUH ANIES, BUKAN JOKOWI ... Pendukung Jokowi bersikukuh bahwa kejadian di Papua ada pihak asing yang menjadi...
Dikirim oleh Setiawan Budi pada Jumat, 30 Agustus 2019
Baca juga :