TENTANG ANJING, SUKU HUTU DAN TUTSI


TENTANG ANJING, SUKU HUTU DAN TUTSI

[PORTAL-ISLAM.ID] Selalu saja ada intrik intrik menarik yang menggoda untuk di lirik. Dan tak jarang, yang jadi bahan omongan seringkali yang berhubungan dengan Islam.

Yang terbaru, kemaren itu yang heboh tentang Anjing Perempuan, yang masuk ke dalam mesjid.

Anjing memang tidak bisa disalahkan, namanya juga binatang. Tidak tahu etika, norma, apalagi hukum Islam. Anjing tidak tahu kalau dirinya adalah Najis Mughaladoh dalam hukum Islam. Ya, Anjing beserta anak anaknya.

Yang harus dipertanyakan adalah manusia betina yg membawa masuk anjing tersebut....

Daann,
Seperti biasa, selalu muncul orang orang "shaleh nusantara" yang seolah olah mengokekan kejadian tersebut, bahkan diperkuat dengan dalil dalil ala prasmanan. Ambil dan telan yang mereka suka saja.

Ya, biarlah.
Saya gk akan membahas masalah hukum atau etika tentang Anjing Perempuan itu.

Saya lebih tertarik menyikapi sikap mereka yg selalu ingin disebut Islam Super Toleran. Orang Islam yg selalu bersebrangan sikap dengan keislaman itu sendiri. Mereka yg begitu gigih mencarikan dalil legalitas buat Anjing Perempuan dan menghardik serta mengusir Ulama atau Ustadz yang mau memberikan kajian.

Kita akan piknik ke Rwanda dulu, ingat, Rwanda, bukan Wakanda!

Terdapatlah dua suku di sana, Hutu dan Tutsi. Kedua suku tersebut asalnya hidup tenang, damai dengan rasa persaudaraan.

Sampai, datanglah para penghasut yang mulai membangkitkan ego masing masing, para penghasut mengatakan kalau suku yang satu lebih baik dibanding suku yang lain.

Mereka bilang, suku Tutsi derajatnya lebih tinggi, karena hidungnya sedikit lebih mancung dibanding suku Hutu. Bahkan jumlah kepemilikan hewan ternak suku Tutsi lebih banyak dibanding suku hutu.

Bayangkan, dari perbedaan kecil itu, penghasut yang punya misi tertentu, bisa memecah belah persaudaraan mereka. Keberasamaan yg sudah terbina berabad itu hancur karena pengadu domba.
Walhasil puncaknya, pada tahun 1994, 800.000 nyawa melayang karena perang saudara di Rwanda....

Lalu... kaitanya dengan Anjing Perempuan itu apa??

Amati dan fahami,
Dalam kasus Anjing Perempuan itu, atau dalam kasus kasus yang lainya yg berkonten "Islam", selalu dimunculkan dua kubu yang berbeda. Kubu Islam yg selalu ingin dilabeli moderat dan super tolerant. Dan kubu Islam yg mereka labeli Radikal....

Dan, Sebetulnya yg memberi label Toleran atau Radikal itu, ya mereka mereka juga. Kaum penghasut. Kaum Pemecah belah.

Sama dengan mereka yang membisikan perbedaan perbedaan terhadap suku hutu dan tutsi. Mereka berpihak pada satu kubu yg menurut mereka akan mudah untuk dimanfaatkan, baik jumlah, militansi dan pengaruh dalam pemerintahan. Tujuanya apa? Ya jelas untuk melindungi dan memuluskan kepentingan mereka.

Dan mereka tahu, taraf kesejahteraan kubu kubu itu bisa dimanfaatkan dengan baik, gelontoran uang dan jabatan begitu masih menjadi senjata ampuh, sehingga membuat satu kubu bersimpuh.

Masih ingatkan, bagaimana Kumpeni menguasai Nusantara? Bukan karena mereka kuat. Tapi karena bangsa kita yg mudah di adu domba. Bodoh berjamaah. Dan sebagian menghinakan diri jadi antek penjajah....

Dan anehnya...
Mental menghinakan diri demi uang dan jabatan itu begitu awet terpelihara oleh sebagian anak bangsa.
So pathetic... sungguh menyedihkan.

(By Danke Soe Priatna)

Baca juga :