Kasian Tsamara.. Bedain TIONGKOK (Negara) dengan TIONGHOA (Etnis/Ras) Gak Bisa


[PORTAL-ISLAM.ID] Kasian Tsamara, Bedain TIONGKOK (Negara) dengan TIONGHOA (Etnis) Gak Bisa...

Di sini kita suka garuk kepala.

Ibarat buah, yang belum mateng tapi di paksa buat matengin diri.

Beberapa kali saya melihat yang kayak gini, pemahaman dan pemikiran yang masih minim, sudah berbicara layaknya yang paham. Bukan maksud merendahkan atas meninggikan diri sendiri ketika membandingkan dengan mereka.

Bukan itu yang saya mau..

Hanya saja, ketika pemahaman mereka itu minim, dan mereka dianggap sebagai ikon. Apa yang mereka katakan bisa diikuti oleh para penggemar. Dan penggemar ini lah yang kita sayangi. Jangan sampai kehampaan mereka atas informasi menjadi ladang pembodohan oleh orang-orang macam ini.

Memaksakan diri di atas kemampuan yang ada. Akhirnya, menjadi cemooh'an belaka.

Seperti Tamara Amani ini..sampai sekarang saya masih heran. Masih menjadi misteri, apa kelebihan anak ini sehingga bisa di jadikan Ikon politik?

Kalau kemampuan dia, maaf-maaf kata ya. Bukan merendahkan dirinya, saya hanya menilai dari apa yang selalu dia lempar ke publik. Banyak gak benernya dari pada bener. Masak pemikiran seperti yang dia tuliskan ini bisa di anggap benar?

Nama China itu adalah Tiongkok sebagai nama negara. Nama Tionghoa adalah ras/etnis nya. Ketika Anies berbicara:

"Jika memakai besi, maka kita harus impor dari Tiongkok."

Apa yang ada di pikiran kita? Apakah Anies berbicara rasis karena menyebutkan etnis atau Anies berbicara tentang negara Tiongkok/China?

Kata tunggal juga yang dia bawa. Sudah mencoba lagi ke literasi bahasa Indonesia ketika mempermasalahkan kata dan tafsirnya.

Gini nih, kalau payudara masih kecil tapi udah dipaksa make BH. Harusnya make singlet aja udah cukup, sesuai umur. Tapi di paksa pake BH. Terlihat besar tapi sebenarnya hanya Cup nya aja.

Isinya bagaimana?

Kosong..!

Sama kayak otaknya.

Masih kecil, dipaksa tumbuh dan berperan seolah dewasa. Pake gincu, pake eye shadow, dan high heels biar terlihat elegan. Ketika bicara, kita bisa menilai bagaimana kemampuan dia sebenarnya. Tunangan pula'...hadehh.

Don't judge books by it's cover. 

Itu yang saya lakukan ketika melihat sosok Tsamara dan para kaum yang getol bicara Radikal.

Menilai dari apa yang mereka katakan, bukan dari apa yang mereka kenakan dan jabatan apa yang di sematkan.

Mau bernama kyai, gus, profesor atau dosen sekalipun kalau perkataannya gak bener ya harus di kritik sebagai cara mengingatkan.

Dungu itu memang gak ada batasnya.

(By Setiawan Budi)
Baca juga :