Anies Selow dan Cerdas, Hatersnya Emosional dan Konyol


[PORTAL-ISLAM.ID] ANIES SELOW DAN CERDAS, HATERSNYA EMOSIONAL DAN KONYOL

By Iramawati Oemar

Usai hiruk pikuk Pilpres 2019, para kecebong mulai mencari musuh baru untuk dijadikan target. Seperti yang pernah ditulis di seword(dot)com, setelah merasa berhasil “menghabisi” Prabowo, mereka mengarahkan sasaran berikutnya pada Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Maka tak heran kalau sekarang serangan bertubi-tubi serempak bak paduan suara menyinyirin Anies.

Gayung bersambut, kecebong punya amunisi : pembongkaran karya seni instalasi di bundaran HI yang senilai 550 juta. Dan para kecebong sok peduli penghematan dana itupun mulai bernyanyi.
Mereka lupa, gubernur Jawa Tengah pernah menggelar acara beberapa jam saja menghabiskan dana APBD 18 milyar. Mereka juga tak peduli atau bahkan pura-pura tak tahu bahwa karya instalasi serupa, sama-sama berbahan bambu, dibuat oleh seniman yang sama, sempat dipasang di Bali, Oktober tahun lalu saat ada pertemuan para petinggi IMF dan Bank Dunia. Entah sekarang masih ada atau sudah dibongkar. Karya senin instalasi Getah Getih di Jakarta umurnya 11 bulan, sejak Agustus tahun lalu. Kalau yang di Bali sudah dibongkar, artinya umurnya lebih pendek, manfaatnya lebih singkat.

Tapi, aah…sudahlah! Cebong memang biasa begitu, TIDAK KONSISTEN adalah karakter utama mereka, selalu pakai standar ganda. Mending kita kupas saja nyinyiran mereka.

Anies menjelaskan kenapa pihaknya memilih karya instalasi berbahan dasar bambu. Dengan memakai bambu, maka uangnya akan mengalir kepada petani bambu, pengrajin bambu lokal. Sedangkan kalau memilih karya berbahan baku besi, maka besinya impor dari Tiongkok.

Nah, disinilah bermula pergeseran amarah meraka.

Kalau semula yang disoroti besaran dananya yang dianggap pemborosan, kini fokusnya bergeser ke kata “Tiongkok”. Entah kenapa mereka sensitif dengan kata itu. Ini kali kedua para haters Anies yang tak lain adalah Ahokers itu meradang dengan pilihan kata Anies.

Dulu, saat Anies mengucapkan pidato pertamanya usai dilantik sebagai gubernur, mereka marah mendengar kata “Pribumi” yang diucapkan Anies. Sebenarnya, mereka ini kaum pribumi, pewaris sah negeri ini atau bukan sih?!

Penjelasan Anies yang disampaikan secara cool n calm itu pun menuai caci maki penuh amarah. Ibaratnya Pak Anies “selow” saja, para hatersnya memboroskan amarah dan luapan emosi. Akibatnya, kata dan kalimat yang keluar tak lagi terkontrol logikanya. Konyol dan lucu. Orang marah dan dipenuhi kebencian, mana bisa berpikir logis sih?
Ini sebagian yang lucu-lucu itu.

Guntur Romli misalnya, caleg PSI yang gagal ke Senayan ini marah-marah dan mengatakan Anies goblok, ngapain beli besi kok harus impor (dari Tiongkok). Memangnya Anies tak tahu Krakatau Steel? Kalau mau besi bekas, Guntur Romli siap mengantarnya. Ini lucu sekali, bagaimana seorang mantan calon anggota DPR RI kok wawasan dan pengetahuannya sempit. Untung saja dia tak jadi masuk Senayan.

Mungkin Guntur Romli tak pernah baca berita bahwa sekarang ini PACUL (cangkul) saja IMPOR dari negeri China. Ya, pacul, alat bercocok tanam yang sejak jaman kuno sudah dikenal kakek moyang bangsa kita dan sudah dibuat para pandai besi pribumi sejak berabad-abad lampau, di abad XXI ini justru didatangkan (impor) dari Cina.

Lalu bagaimana nasib Krakatau Steel? Ah, ini yang justru sedang “in”, sungguh terlalu kalau Guntur Romli sampai tak tahu. Coba saja GunRom tanya proyek-proyek infrastruktur yang dibangun di era pemerintahan Jokowi, seberapa banyak pemakaian komponen besi/baja lokalnya dibandingkan yang impor. Lalu tanyakan juga besi/baja itu diimpor dari mana?!

Kenapa produk Krakatau Steel jadi relatif tak mampu bersaing di negeri sendiri?! Aah, nanti GunRom tambah malu kalau ternyata semua itu akibat kebijakan dibukanya keran baja impor di era pemerintahan yang dipimpin junjungannya sekarang ini. Maka Krakatau Steel pun ibarat ayam mati di lumbung padi. Di tengah maraknya proyek infrastruktur, semestinya industri baja lokal kebanjiran order, tapi faktanya justru baja China lah yang membanjiri Indonesia.

Lalu, usulan GunRom pakai besi bekas?! Hahahaaa…, ini malah lebih konyol lagi! Mana bisa proyek pemerintah kok beli barang bekas dari pasar loak?! Kalau membangun untuk diri pribadi sih boleh saja. Orang tak paham prosedur begini kok mengkritik Pak Anies.

Tsamara Amany, rekan GunRom, sesama mantan caleg PSI yang gagal ke Senayan, juga menanyakan kenapa Anies harus menyebut “Tiongkok”.

Ya jelaslah, sebab Anies sedang membandingkan bahan baku bambu dengan bahan baku besi. Dan, kenyataannya produk besi/baja belakangan ini diimpor dari Tiongkok, itu fakta. Masa iya Anies akan sebut diimpor dari “Rwanda”?

Dan yang paling konyol sekaligus lucu adalah twit Teddy yang dengan penuh kemarahan, gas pooll, dia menganalogikan alasan Anies membantu petani bambu dengan menyuruh Anies membeli permen karet, lalu buang ke sampah, nanti kalau ditanya, jawab saja untuk membantu petani karet. Disini saya tak mampu menahan tawa ngakak.


Betapa tidak, dari analoginya bisa ditebak bahwa si Teddy ini mengira permen karet bahan bakunya dari getah karet. Aduuuh, entah dari mana dia punya pikiran seperti itu.

Permen karet yang bahasa Inggrisnya “bubble gum” itu sama sekali tidak terbuat dari getah karet, bro!

Tak terbayangkan orang mengunyah getah karet, hahahaaa… Lagipula, kalau bahannya getah karet, mana bisa harganya murah?!

Jadi membeli permen karet sama sekali tak ada hubungannya dengan membantu petani karet, bro!

Tampaknya si Teddy ini cara berpikirnya sederhana sekali. Apa yang tersirat dari namanya, maka itu pula bahan bakunya. Jangan-jangan dia mikirnya sayur paku bahan bakunya paku, lauk tongseng terbuat dari tong dan seng, jadi kalau kita membeli tongseng artinya membantu pedagang tong dan seng. Wah…, kalau begitu, dengan membeli pempek kapal selam berarti membantu produsen kapal selam, dong!

Bro Teddy, nanti kalau ada cemilan kuping gajah dan lidah kucing, jangan dikira produsennya tak sayang binatang ya. Nanti bisa-bisa dikira berbuat aniaya pada gajah dan kucing.

Begitulah para pembenci Anies, mereka mengedepankan rasa benci dan amarah, sehingga yang keluar dalam cuitan justru kekonyolan tak bertepi. Marah dan emosinya menguasai akal sehat, sehingga tak mampu berargumen dengan logis.

Selamat Pak Anies, anda berhasil memancing keluar para Ahokers. Semakin mereka memboroskan amarahnya, semakin kelihatan level berpikirnya.

Sebenarnya kasihan Ahok, kalau dia dibela orang-orang seperti ini, apa tidak makin jadi bahan tertawaan netizen?! Ingat, warganet itu bukan orang-orang bodoh, lho!

Tak perlu Pak Anies yang meladeni celotehan para ahokers yang nyinyir, cukup dihadapi netizen saja sambil ditertawakan.

Pak Anies benar-benar berhasil membuat Jakarta maju kotanya, bahagia warganya. Bagaimana gak bahagia kalau banyak “hiburan” gratis dari celotehan haters Pak Anies.[]
Baca juga :