Telepon dari Duuh Rete Rodriges


Telepon dari Duuh Rete Rodriges

Oleh: Dian Anggraeni Umar
(Senior PR & Communication Consultant)

Sedang tidur nyenyak terbangun oleh bunyi hp, ada telepon masuk. Saya lihat nomornya berkode negara 63. Mungkin dari klienku yang sedang bertugas di Philipine. Ada yang urgent sepertinya sampai dini hari begini menelepon pikirku.

Kuangkat teleponnya, “Hello”, suara pria dengan vokal berat menyapa.

Saya pun menjawab dengan suara serak sedang flu, “Hello, who’s speaking?”

“Hi Dian, ini Duuh Rete sorry pagi-pagi saya ganggu,” katanya.

“Tidak apa-apa, ada yang bisa dibantu Duuh Rete?” sahutku. Ternyata dari temanku, seorang petinggi asal Philipine, nama lengkapnya Duuh Rete Rodriges, keren ya namanya hehehe...

Duuh Rete pun mulai bercerita, dia bilang baru bertemu seorang petinggi negeri ini. Dia didampingi para pejabatnya. Duuh Rete membayangkan akan terjadi dialog strategis dengan petinggi negeri tersebut. Tapi itu tdk terjadi, dia hanya sibuk membaca naskah dengan bahasa Inggris yg tersendat-sendat. Saya sampai bingung dan berpikir keras tentang orang dihadapannya.

Saya pun terkekeh, “Ooh itu saya tahu, foto Anda dengannya viral disini, netizen membicarakan Anda. Saya melihat gestur Anda sedang memikirkan sesuatu. Ngomong-ngomong apa sih yang sedang Anda pikirkan tentang dia?”

“Really? Waduuh semoga netizen tidak berpikir yg buruk tentang saya. Saya cuma berpikir bagaimana mungkin ada suatu negri besar dengan 250 juta penduduknya dipimpin oleh orang seperti dia. Berdialog dengan tokoh negara besar dengan menggunakan teks. Sepertinya tidak paham apa-apa.

Pantas saja kalau negerimu sampai terpuruk. Saya dengar kas negaramu kosong, defisit anggaran di berbagai lini, gelombang PHK dimana-mana: Giant tutup, Krakatau Steel, dll. Tarif tol,
Listrik, BBM dinaikkan. Yang lebih parah pemerintahnya sedang melawan dirinya sendiri, bayangkan perusahaan penerbangan Garuda dihantam habis oleh China Airlines, saham Carefour 80% dibeli oleh China. Saya cuma membayangkan nantinya pasokan barangnya diborong dan diproduksi dan berlabel China semua. Perusahaan semen nasional ambruk dibabat habis oleh semen China.

Itu yang saya tahu, mungkin masih banyak perjanjian lain yang belum diekspos. Dan saya kira di akhir pemerintahannya yang tersisa 3 bulan lagi akan ada lagi kejutan manis yang semakin merontokkan ekonomi negaramu.”

Saya sampai bengong sendiri mendengar penjelasan Duuh Rete. “Anda bisa begitu fasih bicara tentang semua masalah negara ini bagaimana bisa?” Saya balik bertanya.

“Ya jelas kami tahu, sedunia pun tahu kalau negerimu sedang dikuasai asing. Tapi saya salut sama dia, saking sibuknya membantu China dia hanya cuti dua jam saja,” tukasnya sambil tertawa terbahak-bahak. “Sudah dulu ya thanks for listening, adios permios...”

Saya hanya bisa berguman kecil “Duuh Rete Rete... kirain mau kasih projek, eh malah curhat kaya Pak Beye aja demen curhat hehehe...”

*Cerita ini fiktif, dan foto ini hanya ilustrasi.

(Sumber: fb penulis)

Sedang tidur nyenyak terbangun oleh bunyi hp, ada telepon masuk. Saya lihat nomornya berkode negara 63. Mungkin dari...
Dikirim oleh Dian Umar pada Senin, 24 Juni 2019
Baca juga :