Anis Matta dan Arah Baru Indonesia


Anis Matta dan Arah Baru Indonesia

Oleh: Syamsudin Kadir
(Direktur Eksekutif Mitra Pemuda dan Pegiat MPI PDM Cirebon)

PADA Ahad 22 April lalu saya menghadiri acara Pengajian Politik Islam yang diadakan oleh Ormas Islam Al-Jam’iyah Washliyah, Kabupaten Cirebon. Pada acara yang bertema “Umat Islam Indonesia Menjawab Tantangan Nasional dan Global” tersebut, penyelenggara menghadirkan narasumber nasional yaitu Anis Matta dan mengundang juga berbagai pimpinan Ormas Islam, tokoh Cirebon dan undangan lainnya.

Tulisan ini saya hadirkan sebagai apresiasi atas acara tersebut sekaligus sedikit mengulik gagasan Anis Matta, sehingga pengajian bertema politik yang dihadiri sekitar 500 orang jama’ah beragam latar serta kalangan media massa tersebut memberi efek ganda bagi yang hadir maupun pembaca yang tidak sempat hadir.

Membingkai Anis Matta dalam konteks dinamika kepemimpinan nasional di Indonesia bagaikan membingkai udara. Artinya, dalam hal ini dapat diartikan bahwa Anis Matta merupakan seorang yang non sektarian. Anis Matta adalah politisi, inetelektual, pengusaha, aktivis dan pemimpin muda Indonesia. Mengulik Anis Matta seolah-olah kita diajak untuk berpikir melingkar dan tidak memandangnya dari satu sudut pandang, tapi dari banyak sudut pandang.

Sosok Anis Matta memang unik. Ia begitu fasih berbicara sekaligus piawai menulis. Biasanya jika seseorang pandai menulis, maka ia tak begitu pandai bicara. Atau ada juga yang pandai bicara tapi tak pandai menulis. Keahlian ini jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, hanya dimiliki oleh sedikit orang. Diantaranya para pemikir bangsa, kaum intelektual, akademisi produktif, ulama produktif, jurnalis kawakan, peneliti handal, dan sebagainya.

Kalau ditelisik, konten pembicaraan Anis Matta sangat padat dan punya daya, lalu tulisannya sangat berisi dan punya energi. Hal ini bisa dipahami berbagai karya tulisnya, misalnya buku Menuju Cahaya, 8 Mata Air Kecemerlangan, Mengusung Peradaban yang Berkeimanan, Keajaiban I’tikaf, Spiritualitas Kader, Momentum Kebangkitan, Berdoa itu Ada Seninya, Biarkan Kuncupnya Mekar Jadi Bunga, Politik dan Dakwah, Dari Gerakan Ke Negara, Gelombang Ketiga Indonesia, dan buku-buku lainnya; di samping artikel dan essay yang dimuat di berbagai surat kabar nasional juga beberapa majalah.

Di berbagai momentum pertemuan, Anis Matta menyampaikan gagasannya dengan begitu apik dan lugas, padat dan kuat, juga jelas dan mudah dimengerti. Diksinya mampu membakar semangat dan membuat pendengarnya terinspirasi untuk melakukan sesuatu, terutama untuk menginspirasi kaum muda untuk menatap masa depan bangsa dan negerinya Indonesia. Sebab Anis Matta selalu berbicara dengan basis utama ilmu pengetahuan dan kemampuan memahami realitas sosial secara jenial. Tidak keliru jika Prof Burhan Magenda (2014) mengakui kecerdasan Anis Matta. Bahkan menurut Burhan, Anis Matta adalah sosok generasi aktivis dan intelektual Indonesia yang berkualitas di atas rata-rata. Anis, dalam pandangan Burhan, bukan saja punya narasi yang bernas, tapi juga cerdas dalam mengelaborasi berbagai gagasannya bagi kemajuan Indonesia dalam konteks nasional dan dunia Islam dalam konteks global.

Selain itu, Yudi Latif (2012) juga menempatkan Anis Matta sebagai salah satu aktivis dan tokoh muda muslim Indonesia yang berada pada makom pemikir sekaligus eksekutor ulung. Yudi Latif bahkan menempatkan Anis Matta sebagai generasi pewaris Soekarno, Mohammad Hatta dan Mohammad Natsir dalam hal orasi, inspirasi, literasi dan narasi kebangsaan serta kemampuan memfirasati jiwa zaman.

Ya, dalam berbagai forum, termasuk pada pengajian di salah satu hotel di Kota Cirebon yang diliput berbagai media massa Ahad lalu tersebut Anis Matta begitu apik menjelaskan gagasannya dalam satu narasi “Arah Baru Indonesia”. Bagi Anis Matta, Indonesia adalah negara besar dengan kekayaan alam yang meliputinya, termasuk keragaman latar manusianya. Karena itu, menurut Wakil Ketua DPR (2009-2014) ini, Indonesia mestinya bisa berperan dan berkontribusi lebih besar dari yang dilakoninya selama ini, tentu demi kemajuan peradaban umat manusia di seluruh dunia.

Bagi Anis Matta, krisis narasi dan kepemimpinan selama ini terutama disebabkan oleh lemahnya tradisi literasi, di samping kegagapan dalam membaca fenomena global yang nyaris tak teratur (disorder). Hal ini ditambah lagi oleh konten media massa dan sosial yang nyaris kehilangan nilai (values) dan kecepatan informasi yang nyaris tak terprediksi. Bagi Anis Matta, “Arah Baru Indonesia” adalah satu narasi kolektif yang menyatu dari berbagai potensi anak bangsa, yang diupayakan menjadi kekuatan besar baru Indonesia dalam berkompetisi di level global.

Dalam pandangan Anis Matta, Indonesia kini mengalami kegamangan dalam melakukan lompatan besar. Penyebabnya adalah krisis narasi dan krisis kepemimpinan sebagaimana yang diungkap sebelumnya. Untuk itu, Anis Matta menawarkan solusi, diantaranya, pertama, setiap elemen bangsa mesti memperkuat basis intelektualnya. Basis intelektual bukan soal pengetahuan semata, tapi pengetahuan yang punya peran dalam mengkonstruksi realitas sosial. Basis ini mempunyai tugas sejarah untuk memproduksi gagasan-gagasan cemerlangan yang akan menjadi panduan dan pijakan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang ada.

Kedua, memperkuat soliditas antar elemen lintas keahlian, terutama kalangan intelektual dan akademisi, birokrat dan pegiat politik atau politisi, ahli ekonomi dan praktisi bisnis atau pengusaha, kalangan militer, media massa, Ormas, kalangan muda dan sebagainya. Menurut Anis Matta, sejarah kejayaan nabi Sulaiman sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an mesti menjadi inspirasi bagi bangsa ini. Nabi Sulaiman mampu mengelaborasi berbagai potensi yang ada untuk membangun kejayaan negerinya sehingga menjadi salah satu negeri terjaya dalam sejarah umat manusia.

Ketiga, memperkuat kaderisasi kalangan muda dengan mengembangkan kompetensinya sebagai modal dalam memimpin dan melakoni peran strategisnya sebagai pengarah jarum sejarah bangsa. Kaum muda mesti memperjelas arah baru bangsa sekaligus menjemput momentum sejarah baru Indonesia sebagai soko guru peradaban baru dunia.

Sungguh, akhir-akhir ini iklim politik nasional ibarat musim pancaroba. Kondisi politik kerap berubah cepat seiring suhu yang memanas diringi relasi antagonis yang mengemuka tak hanya level elite melainkan juga di kalangan warga biasa. Musim pancaroba politik membutuhkan daya tahan, karena perubahan selalu menuntut kondisi prima untuk mengatasinya secara bersama-sama. Hoax yang diproduksi bahkan kerap dipercaya sebagai pijakan dalam menentukan sikap mesti dilawan. Sebab hoax adalah satu bentuk kebohongan publik, atau dalam perspektif Gun Gun Heriyanto (2017) sebagai penipuan publik yang menjangkau khalayak luas, populer dan masif. Melawannya bisa dengan menjalankan aturan perundang-undangan secara ketat, juga dengan memperkuat pengetahuan dan mental atau karakter warga negara juga elite-nya.

Di atas segalanya, Anis Matta dengan narasi “Arah Baru Indonesia”-nya hendak membangkitkan semangat seluruh elemen bangsa ini agar menyatu dan semakin optimis bahwa Indonesia sejatinya masih punya peluang untuk menjadi kekuatan baru yang berkontribusi besar bagi kemajuan peradaban umat manusia-dunia!

[Dimuat pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon]

Sumber: WP
Baca juga :