Ani, Oh Ani...


ANI Hasibuan telah mengarah atau diarahkan menjadi musuh negara. "The Enemy of State". Polisi telah melayangkan panggilan terkait pasal-pasal berbahaya atau pidana. Meski judulnya panggilan saksi, tapi tanpa tahu tersangkanya siapa, nasib Ani sedikit menakutkan.

Perkaranya sederhana. Ani diundang stasiun TV menjelaskan kenapa lebih dari 500 petugas pemilu tewas. Apa sebabnya?

Dalam jawaban Ani dihadapan jutaan penonton, kematian karena kelelahan adalah kemustahilan.

“Kalau kita bicara fisiologi, kelelahan itu kan kaitannya dengan fisik. Kalau orang beraktivitas, dia pakai gula, metabolisme. Kalau habis, capek, dia hipoglekimia, dia lapar. Kalau enggak, oksigennya dipakai, dia hipoksia, dia ngantuk. Jadi orang capek itu, dia ngantuk, dia lapar. Kalau dipaksa, dia pingsan. Enggak mati dong,” kata Ani.

Sesederhananya persoalan ini ternyata disikapi lain dengan pihak pemerintah dan pendukung #01. KPU sendiri menghindari pembahasan lebih dalam soal kenapa kematian yang massal ini dibuka.

Pendukung #01 memainkan strategi “Kill the messenger”. Mereka mulai mencari hubungan-hubungan Ani dengan oposisi. Dan ada yang melaporkan ke polisi pada 12 Mei lalu. (Dalam penelusuran kompas. com pada htps://tamsh-news.com/article/dr-ani-hasibuan-sps--pembantaian-pemilu-gugurnya-573-kpps, tidak ditemukan pernyataan Ani tentang “Pembunuhan Kimia Massal”.)

Tetapi pepatah mengatakan ketika  “Kill the Messenger, but The Message Remains”. Pesan yang disampaikan Ani telah diterima keluarga, saudara dan tetangga korban. Dan bahkan ratusan juta rakyat yang penasaran.

Kenapa penasaran?

Kematian yang banyak sekali ini membingungkan sebab:

1) Bagaimana standar kesehatan bangsa kita?

2) Mungkinkah rakyat kita  gampang mati kalau "overworked" (Kerja Ekstra) yang exhausted (melelahkan)? Seberapa besar beban kerja penyelenggara pemilu?

3) Apakah sistem kesehatan kerja dan “hubungan industrial” dijalankan? Misalnya, apakah mereka di jamin asuransi?

Banyak sekali pertanyaan dibenak masyarakat dengan kematian yang terus menerus menghiasi berita nasional.

Memang standard kesehatan bangsa kita sangat rendah saat ini.  WHO mengeluarkan rilis bahwa Indonesia dalam urutan 101 dari 149 negara, masih di bawah negara tetangga Laos, Vietnam apalagi Malaysia dan Singapore.

Mengutip survei Sun Life Financial Asia, 2017, responden Indonesia menyebutkan enam hal kendala utama dalam menjalani hidup sehat yaitu: 44% waktu yang kurang akibat pekerjaan, 36% distraksi, 35% besarnya biaya hidup sehat, 52% tidak rutin berolahraga, 31% selalu kurang tidur dari 6 jam/hari 28% selalu mengkonsumsi makanan tidak sehat.

Dokter Ani dalam mendalami keluhan apa dari pekerja KPPS-KPU yang tewas telah mempertimbangkan faktor standar kesehatan kita. Dan jawaban Ani adalah tidak mungkin mereka tewas karena kelelahan. Apalagi pekerjaan pemilu tidak seberat buruh-buruh pabrik yang bekerja siang malam di kawasan buruh Tangerang, katanya.

Dampak pencerahan yang diciptakan Ani, khususnya pada saya, sebagai aktifis yang pernah belasan tahun hidup dengan kaum buruh,  tentunya Ani telah memberikan pencerahan dari sisi rasional, artinya dari dunia kedokteran.

Pencerahan itu artinya kematian bukan soal kelelahan. Yang juga sudah saya setengah yakini sebelumnya. Tanpa dokter Ani, saya masih tetap akan bertanya benarkah karena kelelahan?

Bagaimana nasib Ani?

Dokter Ani menyarankan adanya investigasi lebih dalam.  Menurutnya banyak kawan-kawannya sesama dokter mau volunteer melakukan ini. Kelihatannya ini menakutkan rezim?

Membela kebenaran bukanlah hal gampang. Galileo, 303 tahun lalu dijatuhkan hukuman mati oleh otoritas gereja ketika mengatakan bumi mengitari matahari. Otoritas Gereja mengatakan matahari mengitari bumi.

Bukankah Galileo lelaki, sedang Ani perempuan?

Menjadi perempuan dalam dunia politik yang didominasi lelaki semakin membebani Ani. Pertama,  mungkin perempuan ditakutkan akan muncul mengimbangi dominasi. Kedua, Ani mungkin akan muncul menjadi simbol perjuangan perempuan atau emak-emak ke depan.

Penutup

Ani… Ani. begitulah lagu lawas Rhoma Irama. Seorang Ani yang hanya menjadi objek cinta lelaki. Itu adalah gambaran suram perempuan Indonesia. Mungkin dulu?

Saat ini sudah muncul perempuan Ani dengan simbol kejeniusan (masuk kedokteran UI adalah tersulit di Indonesia), kecintaan pada ulama dan keberanian mengungkapkan kebenaran.

Simbol baru perempuan seperti ini betul-betul akan memberikan “enlightenment” buat bangsa kita,  khususnya kebangkitan perempuan Indonesia.

Selamatkan Ani Hasibuan. Selamatkan Bangsa Indonesia.

(Dr. Syahganda Nainggolan)

Baca juga :