MEMBEDAH Penggelembungan Data di Web KPU


Teori Penggelembungan data di web KPU

Setelah hari ke 7 pasca pemungutan suara, dan dengan dilarangnya Quick Count tampil di TV maka data Real Count pada web situng KPU adalah rujukan utama.

Walaupun memang ada web Real Count lain seperti kawalPemilu, kawalPilpres, AyoJagaTPS dll yang menampilkan realcount, Web situng KPU yang jadi rujukan utama.

Namun ternyata di web situng KPU begitu massif terjadi kesalahan input data sehingga pihak 02 mencurigai adanya kesengajaan atau kecurangan?

Tuduhan itu bukan tanpa dasar, karena data yang tampil tidak sesuai dengan dokumen C1, di mana suara 02 hilang pada angka 10-100 dan jumlah suara 01 meningkat 100 suara, 300 bahkan 700 (bahkan 01 bertambah 1650 suara di TPS Bali -red).

KPU beralasan kalau kesalahan tersebut karena salah input, human eror, kelelahan dan sebagainya. Namun, kenyataannya salah inputnya sangat konsisten; merugikan 02 dan menguntungkan 01.

Dan satu hal lagi, yang sangat janggal dari web situng KPU adalah konsisten mempertahankan angka prosentase seperti pada kisaran angka di Quick Count; 01 54% vs 02 46%.

Ada apa dengan web situng KPU?

Langsung ke teorinya:

Bagi yang tahu IT pasti tahu bahwa setiap membangun aplikasi sistem informasi di sana terdapat yang namanya Constraint.

Constraint adalah aturan atau batasan yang diterapkan di table/aplikasi untuk menjaga konsistensi dan integritas data.

Misal Constraint pada situng web KPU ; [jumlah suara 01 + jumlah suara 02]= [jumlah suara sah],
[jumlah suara sah + jumlah suara tidak sah] = [jumlah surat suara terpakai] dst.

Maka jika constraint tersebut tidak dipenuhi, data tidak bisa disubmit. Proses input tidak bisa berjalan.

Misalkan inputer memasukkan jumlah suara sah 250, jumlah suara 01 = 350 dan jumlah suara 02 = 50, maka inputan tersebut tidak akan bisa disubmit karena jumlah suara 01+02 = 400 tidak sama dengan jumlah suara sah yang diinput yaitu 250. Tidak sesuai dengan constraint yang ditetapkan.

Data bisa dipaksakan agar tidak mengikuti constraint dengan cara “nembak langsung” ke database. Istilah ini bagi orang IT pasti hal yang biasa.

Untuk mengubah langsung database dengan cara nembak langsung ke server DB (Data Base) hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya akses ke server DB.

Orang yang punya akses ke DB selain bisa utak atik data di DB juga bisa jadi yang men-disable/hide scan C1 karena belakangan ini di web situng KPU hanya muncul angka tanpa dokumen C1.

Wajar jika komisioner bersikeras bahwa tidak ada masalah dengan input data, human eror dsb karena kemungkinan para komisioner tidak mengetahui seluk beluk data base dan sistem aplikasi.

Saya pun percaya inputer di daerah sudah mengisi angka dengan benar dan scan C1 sudah sesuai. Mereka pasti memiliki integritas.

Tapi, dengan adanya oknum yang tidak bertanggung jawab ini berapapun data TPS yang akan masuk, hasil yang ditampilkan akan tetap dibikin sama dengan QC, Pie chartnya ga akan berubah seperti itu terus walaupun konsekuensinya data-data di beberapa TPS akan sangat kacau.

Jadi, jika KPU tidak ingin terus menerus dipertanyakan integritasnya oleh masyarakat saran saya segera gelar rapat komisioner dan hentikan situng KPU. Nol kan kembali dan selidiki masalah serius ini. Panggil pihak-pihak yang punya akses ke server DB.

Tapi jika pelakunya bukan orang dalam, bisa jadi ada peretasan ke database KPU. Ini lebih serius lagi, jadi isu sedot data yang sering kita dengar terbukti di sini.

Jika masih banyak yang berkilah kalau yang jadi patokan penghitungan suara manual, maka orang itu perlu diperlihatkan betapa web situng KPU ini sangat mempengaruhi persepsi publik dan jadi rujukan semua media. Seolah-olah ada penggiringan opini bahwa hasil Real Count akan sama dengan Quick Count.

Fakta lain adalah, banyaknya pembakaran kotak suara dan gudang KPU yang terjadi di beberapa kota. Mirisnya kotak suara yg terbakar tsb belum dilakukan penghitungan. Kalau seperti ini apakah data C1 yang akan ditulis akan disamakan dengan yang ada di web situng?

Mengawal suara rakyat tidak hanya mengawal pada penghitungan manual berjenjang, tetapi mengawal opini dan propaganda atas kepentingan sekelompok pihak yang tidak sesuai prinsip demokrasi.

Saatnya KPU buktikan! Jangan terus -terusan resisten karena pemilu ini berbiaya mahal dan telah menelan korban lebih dari 90 jiwa.

Demikian, yang ngetwit ini bukanlah pakar IT, cuma penggemar To Liong To, yang percaya bahwa setiap kejadian besar pasti ada perekayasanya. Ada tangan-tangan Cheng Kun yang bermain.

(Dari twit @AlGhuraba 23/4/2019)

Baca juga :