Penolakan Wayang Kulit, DATA Twitter Ini Menunjukan Siapa Yang Bermain


Wayang Kulit dari Kaca Mata Drone Emprit

Oleh: Ismail Fahmi, Ph.D
(Social Network Analysis)

Kemaren ramai di sosmed foto spanduk yang berisi tolakan terhadap pemutaran (mungkin maksudnya pementasan) wayang kulit oleh kelompok anonim yang bernama "Aliansi Masyarakat Muslim se Jakarta Pusat". Baru denger ada aliansi ini.

Penolakan ini aneh, seperti membenturkan Islam dengan budaya khususnya Jawa. Seolah mencoba menjauhkan Islam dengan tradisi wayang kulit. Aneh karena hampir semua umat Islam tahu hubungan yang erat antara penyebaran Islam oleh Walisongo menggunakan wayang kulit ini. Dan kita bangga dengan kreatifitas Walisongo itu. Sehingga, membuat spanduk yg menolak wayang kulit sama saja dengan suicide (bunuh diri) :-D

Drone Emprit (mengamati lini masa twitter -red)  tidak tahu siapa yang memasang, namun sempat mengumpulkan data dan melihat pola pembicaraan tentang ini di Twitter. Saya share di sini, agar kita semua cerdas, tidak mudah terpancing isu-isu, dan selalu mengedepankan tabayun dan daya kritis.

Mari kita lihat data dan membaca pola dari kamera Drone Emprit.

Dengan kata kunci "Wayang Kulit", si Emprit berhasil menangkap data di Twitter sejak jam 08:06 am tgl 22 Januari 2017, dengan twit pertama yang menunjukkan sebuah spanduk penolakan di atas. Kemudian sebuah twit pada jam 08:42 ngeshare link ke sebuah halaman FB berisi foto lengkap 3 spanduk dengan nada yang sama, yang per hari ini sudah dishare 9,757 kali, dengan 2,6K komentar, dan 2,2K likes. Jumlah twit meningkat pesat sejak akun @gm_gm mengunggah sebuah foto sanduk di Cempaka Putih.



Di jam-jam berikutnya pembicaraan soal wayang kulit ini semakin hangat di Twitter. Dari nama sebuah aliansi (yg tertulis dalam foot note spanduk), pembicaraan selanjutnya mengarah kepada sebuah ormas yang diidentikkan dengan sapi dan onta, dan juga ke salah satu paslon pilkada (lihat topic map dari jam ke jam, dan trend frekuensi per jam).



Kalau hanya melihat timeline dan frekuensi, pola pembicaraan kurang terlihat dengan jelas. Kita lihat dengan grafik SNA. Dalam grafik ini, tampak ada 2 cluster. Cluster sebelah kiri sangat besar dengan banyak influencers utama dan pola retweet yang saling berinteraksi aktif. Cluster sebelah kanan sangat keciiil, hanya berisi tiga influencers dengan sedikit retweet.

(Pola SNA, tampak dua cluster, dengan sebuah cluster yang sangat aktif an dominan)

Kalau dilihat dari topik yang dibahas oleh cluster kiri, isu wayang kulit ini lebih banyak diarahkan ke sebuah ormas dan juga ke salah satu paslon pilkada DKI (lihat most retweeted status). Sementara cluster kanan seolah kebingungan, bagaimana spanduk itu bisa muncul dan siapa yang membuat, dan menyanggah hubungan spanduk itu dengan umat Islam sebagai penolak.

Gorengan isu ini cukup masif. Untungnya, Emprit tidak melihat adanya pengaruh isu ini ke cluster kanan; atau mereka tidak menduga ada isu ini sehingga tidak menyiapkan diri. Dua cluster yang biasanya muncul dalam isu-isu hangat akhir-akhir ini, tidak muncul sama kuat yang bisa menyebabkan polarisasi yang lebih hebat.

Dari SNA, isu ini seolah hanya ramai dalam sebuah chamber saja. Echo chamber tampaknya tidak teresonansi luas, yang bisa menyebabkan friksi yang lebih luas di kalangan umat Islam dengan sesama mereka. Trend frekuensi pembicaraan juga sudah menurun.

Isu seperti ini lebih baik diabaikan saja, atau jika ingin melakukan klarifikasi, "do it with a class". Misal selenggarakan pagelaran wayang kulit juga, sebagai pesan bahwa klaim dalam sepanduk itu tidak benar.

Semoga negeriku damai selalu.

(Sumber: fb)

***

Dari data diatas sangat terlihat yang bermain adalah akun-akun pendukung Ahok.

Alhamdulillah, Umat sudah cerdas tak bisa dibohongi "pakai" isu wayang kulit.

Ini Contoh melawan isu dengan "do it with a class":


Baca juga :