CADAS! Islam Tegakkan NKRI, Ust. Bachtiar Nasir: Jangankan Darah, NYAWA Pun Siap Diberikan Demi Negara


[PORTAL-ISLAM]  Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Ustaz KH Bachtiar Nasir (UBN) mengatakan, Islam adalah agama damai sehingga munculnya ghirah umat Islam untuk bersatu dan bersaudara tidak bisa dipandang sebagai ancaman.

Persatuan dan persaudaraan umat Islam Indonesia yang terus bergelora seharusnya dimaknai sebagai potensi bangsa untuk menjaga kedaulatan bangsa.

"Karena jangankan darah, nyawa pun siap diberikan untuk negara asalkan potensi yang dimiliki umat ini tidak dikebiri dan tidak diperlakukan secara zalim," kata UBN ‎pada Subuh Berjemaah di AQL Islamic Center, Jakarta, Ahad 22 Januari 2017.

Tuduhan kepada umat Islam tidak Pancasilais, antiBhinneka Tunggal Ika, intoleran, adalah upaya yang ingin memecah belah bangsa.

Bahkan sesama umat Islam mulai diadu domba padahal umat saat ini sudah reaktif dan skeptis terhadap informasi-informasi hoax maupun fitnah yang terus diembuskan para pengkhianat bangsa serta Pancasila.

"Aksi Bela Islam jangan dianggap sebagai ancaman. Ini adalah potensi umat Islam yang harus disambut positif. Islam adalah agama damai, jangan terpurukkan mereka. Islam kalian tuduh dengan berbagai tudingan. Padahal, kalau ada umat paling ingin tegakkan NKRI, itulah Islam. Umat Islam tidak hanya menyiapkan darahnya untuk NKRI, tetapi sudah menyiapkan nyawanya," tegas pimpinan AQL Islamic Center itu.

Toleransi dan struktur sosial Islam sudah diatur sebaik mungkin untuk kebaikan umat manusia.

Menurutnya, konsep Islam "lakum diinukum waliyadiin" atau "bagi kalian agama kalian dan bagi saya agama saya" sangat ideal dalam tatanan masyarakat beragama.

Inilah wujud toleransi umat Islam. Dia mengatakan, Islam adalah pemimpin bagi Islam, dan umat lain juga hanya jadi pemimpin bagi umat lain. Inilah yang ditegaskan dalam Qur'an Surat Al-Maidah Ayat 51.

"Orang yang memilih pemimpin kafir, cara berpikirnya hingga pada semua sikapnya akan sama dengan pemimpinnya. Karena agama rakyat tergantung agama pemimpinnya, budaya rakyat tergantung budaya pemimpinnya," terangnya.

Dengan begitu, kaum mayoritas haruslah dipimpin dari kalangannya. Itu berlaku bagi umat Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.

Karenanya, UBN mengingatkan, aksi umat yang dimotori GNPF MUI tidak perlu dikhawatirkan sebagai ancaman.

"Salat subuh jemaah bukan siaga perang. Ini adalah peran umat untuk membangkitkan izzah umat Islam," pungkas Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat ini.

Sumber: jpnn
Baca juga :