Kabut pagi masih menyelimuti kota Samarinda. Geliat warga kota yang juga dikenal sebagai kota tepian ini mulai terlihat seiring telah merangkak naiknya sang mentari dari peraduan.
Rutinitas Ahad pagi hari ini seperti biasanya mulai dipersiapkan. Ingin rasanya kembali ku gayuh ontel jadoel ini membelah kabut putih yg lembut itu untuk pergi menuju tempat latihan bela din ku "Thifan Tsufuk" di Universitas Mulawarman (UNMUL) Samarinda. Tapi hari ini ontel jadoel ku ini sedang tidak bisa dikendarai karena bannya sedang bocor sehingga kembali ku gunakan onta merahku saat ini, Honda Supra 2001 untuk menuju tempat latihan bela din.
Rehat sejenak bakda latihan rutin Thifan Tsufuk, diri ini berucap syukur kepada Allah "Alhamdulillah" dalam berbagai kegiatan dan aktifitas duniawi, Allah swt masih memberikan kenikmatan kepada hamba dan rekan-rekan tamid dan benetin untuk tetap bisa istiqomah berlatih bela din ini. Semoga tetap istiqomah hingga syahid berbuah syurga, insyaAllah.
Disela waktu rehat, kembali diri ini mengingat impian para pembimbing bela din tentang profil kader saat ini dan yang akan datang. Profil pribadi yang meneladani Rasulullah saw, diantaranya yaitu dalam Tarbiyah Jasadiyah (fisik) dalam berolahraga. Dalam sebuah hadist yang berbunyi: "Ajarilah putra-putramu memanah, dan berenang." (HR. Ath-Thawawi). Sedangkan berkuda adalah olahraga yang dianjurkan Rasullullah, karena beliau bersabda: "Tidak ada perlombaan kecuali untuk unta, panah, atau kuda.” (HR. Ahmad dan Tiga Imam). Dan menurut hadist lain: “Orang mu’min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu’min yang lemah."
Sejenak diri yang penuh keterbatasan ini merenung tentang kondisi Ummat Islam saat ini tentang keutamaan pembinaan jasadiyah. Suatu ketika tidak disengaja mendengar percakapan dua orang yang saling bertemu dalam sebuah kegiatan. Mereka saling bertegur sapa dan menanyakan kabar masing-masing, diakhir percakapan seorang al akh menanyakan tentang perubahan fisik saudaranya "wah tambah berisi ya perutnya (gendut)", kemudian beliau menjawab," ya ini pertanda makmur (sejahtera karena sudah bekerja / menikah)", bentuk pembelaan dan pembenaran kondisi dirinya yang menurutnya suatu kewajaran dan telah menjamur saat ini. Sejenak diri ini terdiam dan miris di dalam hati ketika mengetahui beberapa sahabat menganggap hal tersebut "gendut/perut buncit" menjadi bagian bentuk kemapanan seseorang al akh dan wajar ???.
Mengenai perut buncit/gendut Umar bin Khathab pernah memberi wejangan: "Jauhilah perut gendut, karena menyebabkan malas shalat dan mendatangkan penyakit pada jasad. Tapi, jadikanlah makan minum kalian sedang-sedang saja, karena bisa menjauhkan dari penyakit, mendatangkan kesehatan, memperkuat ibadah. Sungguh, seseorang itu tidak akan binasa sehingga ia lebih mengutamakan nafsu syahwatnya daripada urusan agamanya.
Di antara ungkapan-ungkapan indah ialah jawaban Maslamah bin Abd. Malik saat ia ditanya Kaisar Romawi: Bagaimana tipe orang terbodoh di antara kalian? Maslamah menjawab: Orang yang memenuhi perutnya dengan apa saja yang ditemuinya.
Para dokter bersepakat, bahwa pangkal penyakit adalah memasukkan makanan di atas makanan lain ke perut. Mereka mengatakan: Mayoritas penyakit itu timbul karena kelebihan makanan dalam tubuh.
Ibnul Qayyim Al-Jauzi membagi makan minum menjadi tiga tingkatan dalam kitabnya "At-thibbun Nabawiy" yaitu; Hajah (keperluan), Kifayah (kecukupan) dan Fudhlah (kelebihan).
Melihat kondisi tersebut menjadi upaya kita bersama untuk mencari solusi mengapa kita menganggap "perut gendut/buncit" menjadi hal yang wajar padahal itu tidak baik dan dilarang terlebih membanggakannya atau menganggap suatu kewajaran, ini salah besar. Oleh karenanya ada banyak solusi untuk menghindarkannya jika kita mau membaca (Iqra' ) dan meneladani Rasulullah dan para sahabat. Melalui pola hidup sehat sesuai tuntunan Rasulullah atau dengan mengikuti bela din "Thifan Tsufuk" ini adalah satu solusi sehat dengan olah raga yang Islami sesuai alqur'an dan sunnah, biiznillah.[]
(Setiawan Nugroho)
Mengenai perut buncit/gendut Umar bin Khathab pernah memberi wejangan: "Jauhilah perut gendut, karena menyebabkan malas shalat dan mendatangkan penyakit pada jasad. Tapi, jadikanlah makan minum kalian sedang-sedang saja, karena bisa menjauhkan dari penyakit, mendatangkan kesehatan, memperkuat ibadah. Sungguh, seseorang itu tidak akan binasa sehingga ia lebih mengutamakan nafsu syahwatnya daripada urusan agamanya.
Di antara ungkapan-ungkapan indah ialah jawaban Maslamah bin Abd. Malik saat ia ditanya Kaisar Romawi: Bagaimana tipe orang terbodoh di antara kalian? Maslamah menjawab: Orang yang memenuhi perutnya dengan apa saja yang ditemuinya.
Para dokter bersepakat, bahwa pangkal penyakit adalah memasukkan makanan di atas makanan lain ke perut. Mereka mengatakan: Mayoritas penyakit itu timbul karena kelebihan makanan dalam tubuh.
Ibnul Qayyim Al-Jauzi membagi makan minum menjadi tiga tingkatan dalam kitabnya "At-thibbun Nabawiy" yaitu; Hajah (keperluan), Kifayah (kecukupan) dan Fudhlah (kelebihan).
Melihat kondisi tersebut menjadi upaya kita bersama untuk mencari solusi mengapa kita menganggap "perut gendut/buncit" menjadi hal yang wajar padahal itu tidak baik dan dilarang terlebih membanggakannya atau menganggap suatu kewajaran, ini salah besar. Oleh karenanya ada banyak solusi untuk menghindarkannya jika kita mau membaca (Iqra' ) dan meneladani Rasulullah dan para sahabat. Melalui pola hidup sehat sesuai tuntunan Rasulullah atau dengan mengikuti bela din "Thifan Tsufuk" ini adalah satu solusi sehat dengan olah raga yang Islami sesuai alqur'an dan sunnah, biiznillah.[]
(Setiawan Nugroho)