Di masjid komplek ada setumpuk kertas brosur jualan buku-buku Islam. Ada yang meletakkannya di situ, entah siapa. Oleh anakanak kecil kertas-kertas itu diambil, dilipet-lipet buat pesawat-pesawatan.
Ada Kevin (anakku) di antara anak-anak itu.
Allah :(
"Kevin sini." panggilku. Kevin mendekat. "Jangan buat mainan kertas-kertas itu." bisikku.
"Engga kok Pa."
"Itu kan ada orang jualan yang naro kertasnya di situ, berharap ada yang baca dan membeli dagangannya." ceritaku, "Bayangin kalo Papa yang jualan gitu, Papa yang naro disitu lalu dibuat mainan ama anak-anak kecil. Kamu sedih ngga?"
Kevin ngangguk.
"Tapi aku ngga ngambil (kertas itu) Pa."
Iya iya. Aku elus kepalanya, "Alhamdulillah."
Nasehatku ke Kevin malah bikin aku terbayang-bayang sendiri.
Ah.. langsung jadi teringat jerih payah ayah-ayah kita.
Mungkin sebagian ayah tidak bisa menunjukkan cintanya sebagaimana cinta ibu kepada anaknya. Mungkin sebagian ayah tidak seluwes ibu dalam mendidik anaknya. Tapi melalui jerih payahnya mencari nafkah lah kita bisa seperti sekarang. Jangan karena ayah jarang tampak (berangkat pagi pulang malam) berarti dia ngga ada.
Kalo pulang kerja, aku kadang memperhatikan pengendara motor lain. Ada yang pake jaket. Ada yang bawa ransel. Ada tas slempangnya udah jelek. Ada yang plat motornya miring. Ada yang bawa botol minum. Mereka para ayah yang pulang ke rumah setelah seharian bekerja, akan segera berjumpa dengan anak istri yang menunggu di rumah.
Begitu pula ayah-ayah kita.
Jika dulu ayah kita gagah, ganteng, tegap dan kuat, mungkin kini sudah tua, sudah lemah, sudah keriput atau mungkin sudah meninggal dunia mendahului kita.
Kapan terakhir kali kita sebut namanya?
Tadi malem ya saat tahajud? Oh atau antara adzan dan iqomah Subuh tadi?
Doakan selalu... Doakan selalu...
(Ardian Squ Candra)
Kalo pulang kerja, aku kadang memperhatikan pengendara motor lain. Ada yang pake jaket. Ada yang bawa ransel. Ada tas slempangnya udah jelek. Ada yang plat motornya miring. Ada yang bawa botol minum. Mereka para ayah yang pulang ke rumah setelah seharian bekerja, akan segera berjumpa dengan anak istri yang menunggu di rumah.
Begitu pula ayah-ayah kita.
Jika dulu ayah kita gagah, ganteng, tegap dan kuat, mungkin kini sudah tua, sudah lemah, sudah keriput atau mungkin sudah meninggal dunia mendahului kita.
Kapan terakhir kali kita sebut namanya?
Tadi malem ya saat tahajud? Oh atau antara adzan dan iqomah Subuh tadi?
Doakan selalu... Doakan selalu...
(Ardian Squ Candra)