Nina Mariana
@mariananina3 on twitter
Seorang ibu sederhana menyambut sapa dan senyum kami. Satu contoh sederhana: senyuman, menjadi hikmah kecil dari gerakan silahturahmi. Sungguh, tak ada seorangpun yang ingin hidup sendiri dan senyum-senyum sendiri, pasti ada kebutuhan untuk berinteraksi dan saling peduli agar senyuman kitapun memberi arti.
Perhatian kami tertuju pada sorot mata teduh dan tutur kata lembut dari sang ibu sederhana tadi, tanpa aksi penolakan dan tatapan curiga kepada kami. Tanpa terasa pertemuan kami menjadi ajang curahan hati bagi sang ibu. Segala keinginan juga harapan tersirat menjadi beberapa catatan dan itu merupakan hikmah lain bagi kami.
Harus disadari bahwa gerakan silahturahmi bukan hanya merekayasa gerakan tubuh, tetapi butuh libatan hati, sehingga kombinasi antara gerakan tubuh dan hati akan memberikan makna lebih baik dan lebih bermutu dalam menjalin persaudaraan ini. Apalah arti satu suara bagi kami, jika ternyata kami dapat menyusun barisan dan memperkokoh ikatan satu dengan yang lain.
Bukankah semakin terasa selama ini, betapa manusia bergerak sendiri-sendiri diatas kesombongannya, tanpa tenggang rasa terhadap sesama, empatipun berkurang kini. Kepentingan pribadi menjadi utama dibanding kepentingan bersama. Bahkan tipu menipu menjadi syarat agar suatu tujuan dapat tercapai. Ucapan penuh kesopanan dan memperdulikan perasaan lawan bicarapun menjadi tidak penting lagi. Akhirnya kian menyisakan nurani yang berpaling.
Mentari makin meninggi dengan gelora cintanya. Langkah-langkah ringan ini juga penuh cinta. Tetapkanlah cinta dan keikhlasan di hati kami ya Rabb. Tetapkan keimanan kami serta keadilan, kebijakan dan kebenaran menjadi sikap yang menguatkan kami. Biarkan cinta membatalkan kebencian, memperkuat persatuan, menghadirkan damai dan menggugurkan derita. []
Harus disadari bahwa gerakan silahturahmi bukan hanya merekayasa gerakan tubuh, tetapi butuh libatan hati, sehingga kombinasi antara gerakan tubuh dan hati akan memberikan makna lebih baik dan lebih bermutu dalam menjalin persaudaraan ini. Apalah arti satu suara bagi kami, jika ternyata kami dapat menyusun barisan dan memperkokoh ikatan satu dengan yang lain.
Bukankah semakin terasa selama ini, betapa manusia bergerak sendiri-sendiri diatas kesombongannya, tanpa tenggang rasa terhadap sesama, empatipun berkurang kini. Kepentingan pribadi menjadi utama dibanding kepentingan bersama. Bahkan tipu menipu menjadi syarat agar suatu tujuan dapat tercapai. Ucapan penuh kesopanan dan memperdulikan perasaan lawan bicarapun menjadi tidak penting lagi. Akhirnya kian menyisakan nurani yang berpaling.
Mentari makin meninggi dengan gelora cintanya. Langkah-langkah ringan ini juga penuh cinta. Tetapkanlah cinta dan keikhlasan di hati kami ya Rabb. Tetapkan keimanan kami serta keadilan, kebijakan dan kebenaran menjadi sikap yang menguatkan kami. Biarkan cinta membatalkan kebencian, memperkuat persatuan, menghadirkan damai dan menggugurkan derita. []
