
Allah SWT berfirman: فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ (maka bersegeralah menuju Allah, 51:50). Pandanglah kedepan, lihat garis finis di depan, jangan tengok kanan kiri, apalagi ke belakang. Itulah tabiat orang ketika berlari sprint. Berlari. Berlari. Terus berlari. Disertai kemauan kuat untuk menang.
Kemauan kuat. Optimisme. Itulah yang membedakan pejuang dengan pecundang. Itulah yang membedakan qiyadah dan jundiyah. Seorang jundi biasanya mudah goyah oleh kondisi yang terjadi di sekitarnya (kanan-kiri). Sedangkan qiyadah kadar optimismenya bertambah dengan berita sumbang yang tertuju kepada kafilah dakwah.
Ingatlah saat Khabbab bin Arats ra bercerita: "Kami pergi mengadu kepada Rasulullah saw. yang ketika itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya di bawah naungan Ka'bah. Permohonan kami kepadanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memohonkan kepada Allah pertolongan bagi kami...?" Rasulullah saw pun duduk, mukanya jadi merah, lalu sabdanya: "Dulu sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil sebuah gergaji untuk menggergaji kepalanya, tetapi siksaan demikian itu tidak sedikit pun dapat memalingkannya dari agamanya ... ! Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi, juga tidak dapat menggoyahkan keimanannya .... Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut, hingga setiap pengembara yang bepergian dari Shan'a ke Hadlramaut, tiada takut kecuali oleh Allah 'Azza wa Jalla, walaupun serigala ada di antara hewan gembalaannya. Tetapi, antum terburu-buru……!!"
Ingatlah apa yang dikatakan para mu’min sejati saat datang berita pengepungan musuh: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (3:173)
Segala macam fitnah dan serangan, bukan membuat mereka mempertanyakan langkah yang sudah diambil. Kalaupun tokh ada, ternyata itu keluar dari mulut para oportunis: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". (33:12). Sedangkan mu’min sejati malah yakin betul bahwa justru inilah janji Allah dan RasulNya dan benarlah janji itu. Tidak ada yang bertambah kepada mereka kecuali keyakinan (33:22).
Sekali optimisme. Semakin tinggi optimisme, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah. Itulah kenapa para Nabi yang terbaik adalah mereka yang diberi gelar ulul ‘azmi (yang memiliki tekad dan optimisme yang luar biasa).
--------------
Johor, 22-11-2008
Ingatlah apa yang dikatakan para mu’min sejati saat datang berita pengepungan musuh: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (3:173)
Segala macam fitnah dan serangan, bukan membuat mereka mempertanyakan langkah yang sudah diambil. Kalaupun tokh ada, ternyata itu keluar dari mulut para oportunis: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". (33:12). Sedangkan mu’min sejati malah yakin betul bahwa justru inilah janji Allah dan RasulNya dan benarlah janji itu. Tidak ada yang bertambah kepada mereka kecuali keyakinan (33:22).
Sekali optimisme. Semakin tinggi optimisme, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah. Itulah kenapa para Nabi yang terbaik adalah mereka yang diberi gelar ulul ‘azmi (yang memiliki tekad dan optimisme yang luar biasa).
--------------
Johor, 22-11-2008