Emak-emak Bani Israilpun akhirnya berempati, dan …..
Ya, semula mereka mencemooh dan menghina istri bangsawan yang menggoda Nabi Yusuf ‘alaihi wa sallam. Karena secara nalar, termasuk kebangeten sekali, istri bangsawan menggoda pelayannya atau anak angkatnya sendiri.
Mereka membuli karena mereka belum memahami perasaan istri bangsawan tersebut yang memendam raca cinta dan nafsu yang tak kesampaian.
Memahami hal itu, maka istri bagsawan itu menyusun strategi untuk mendapatkan empati para emak emak. Ia mengundang mereka untuk satu jamuan makan, dan menyediakan pisau tajam dan buah buahan yang harus dikupas dengan pisau, untuk setiap emak emak.
Tatkala mereka telah hanyut dalam obrolan emak emak, dan merekapun telah memulai mengupas buah buahan yang disajikan, istri bangsawan itu memerintahkan nabi Yusuf untuk melintas di depan para emak emak.
Spontan, mata para emak emak itu terbelalak karena melihat ketampanan nabi Yusuf alaihissalam yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Mereka tak mengira bahwa yang mereka pandangi adalah manusia. Mereka meyakini bahwa mereka sedang memandangi malaikat yang turun dari langit. Mereka begitu hanyut dalam kekaguman memandangi nabi Yusuf ‘alaihissalam, sampai tak menyadari bahwa mereka telah melukai tangan tangan mereka sendiri.
Pada kondisi itulah, istri bangsawan berhasil memframing para emak emak itu sehingga mereka berkenan “berempati kepada perasaan sesama emak emak”. Ia berkata:
قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ فَاسَتَعْصَمَ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ الصَّاغِرِينَ
Wanita itu (istri bangsawan) berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." (Yusuf 32)
Walau terbukti bahwa istri bangsawan itu yang telah berbuat kesalahan, menggoda nabi Yusuf dan memfitnah bahwa ia yang menggoda dirinya. Namun "rasa kecewa dan kesal emak emak” karena hasratnnya tak dituruti oleh nabi Yusuf ‘alaihi wa sallam, menjadikannya tetap mengkriminalkan nabi Yusuf alaihissalam.
Kali ini, kondisinya telah berbeda, dengan dukungan dan empati para emak emak, istri bangsawan itu berhasil mengkriminalkan nabi Yusuf alaihissalam.
Nabi Yusuf alaihissalam, berada pada posisi yang lemah, karena akses mendapat keadilan buntu akibat dari sikap para emak emak yang berempati kepada istri bangsawan tersebut. Mereka hanyut dalam perasaan kepada sesame emak emak, seakan mereka berkata: bila diriku berada dalam posisinya, maka akupun tak kan kuasa menahan godaan ini.
Walau dosa, namun mereka akhirnya memaklumi dan membela karena mereka tak kuasa menahan perasaan sendiri: andai dirinya berada dalam posisi istri bangsawan itu, niscaya ia akan melakukan hal yang sama.
Ya demikianlah empati emak emak bani israil kepada sesama emak emak, telah memakan korban seorang nabi yang akhirnya harus mendekam di penjara dalam beberapa waktu lamanya.
Walaupun suami-suami mereka mengetahui bahwa nabi Yusuf alaihissalam tidak bersalah, mereka tetap memenjarakannya demi maslahat meredam mulut emak emak, yang telah membangun framing: bahwa nabi Yusuflah yang menggoda istri Bangsawan tersebut.
ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَا رَأَوُاْ الآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّى حِينٍ
Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu. (Yusuf 35)
Para penegak hukum kala itu, tak kuasa membendung desakan emak emak yang berempati pada perasaan istri bangsawan yang tersayat sayat karena hasratnya tak dituruti oleh nabi Yusuf alaihissalam.
Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua terutama bapak bapak agar tidak mudah hanyut dalam framing istri istrinya.
(Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri)