"Kita kan masih bisa ibadah, sholat, dzikir, shalawat, zakat, puasa. Masih bisa berjilbab, masih bisa naik haji. Jadi kenapa kalian nyinyir terus? Kenapa kalian membela ulama yang kontroversial seperti UAS?" Dia berkata dengan penuh percaya diri.
Sebuah statement yang sering membingungkan banyak orang. Tapi jika kita masih punya akal sehat tentu bisa menguliti statement yang terlihat bijak ini.
Masih ingat Snouck Hurgronje kan? Dia penasihat utama pemerintah kolonial Belanda untuk menaklukan Aceh. Dia pakar Islamologi, Doktor jebolan universitas Leiden yang sangat faham seluk beluk Islam. Tapi dia Kristen Protestan.
Kamu tau apa nasihat utama Snouck Hurgronje? Jangan musuhi ummat Islam yang sekedar menjalankan ritualitas ibadah saja. Jangan musuhi ummat Islam yang rajin sholat, zakat, puasa. Bahkan kalau bisa malah disupport dan difasiltasi. Harus didukung penuh. Agar mereka nyaman beribadah dan merasa berterima kasih diberi kebebasan beribadah. Mereka akan tunduk kepada kolonial Belanda, mereka tidak akan melakukan perlawanan.
Tapi Snouck Hurgronje tidak akan memberikan ampun kepada Ummat Islam yang berpolitik. Mereka akan diberangus habis. Karena jika ummat Islam melek politik niscaya akan mengetahui kedzaliman pemerintah kolonial Belanda. Dan ummat Islam tidak akan berdiam diri jika melihat kedzaliman terpampang di depan mata.
Perang Aceh, Perang Diponegoro, Perang Padri adalah bukti nyata bahwa ummat Islam Indonesia tidak rela terhadap kedzaliman. Para ulama lurus yang tidak bisa dibeli dengan uang, para ulama lurus yang teguh memegang aqidah, para ulama lurus yang mencintai akhirat, menjadi pemimpin terdepan dalam menyuarakan kebenaran.
Dan Snouck Hurgronje sangat faham bahwa ulama semacam Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, dan ulama-ulama Aceh adalah sosok ulama yang tidak bisa dibeli dengan uang. Sosok ulama yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya. Kepada ulama-ulama seperti itulah moncong senapan pemerintah kolonial Belanda ditujukan. Kepada ulama-ulama seperti itulah Snouck Hurgronje memerintahkan pasukan kolonial Belanda untuk berperang.
Apakah di zaman pemerintah kolonial Belanda ada ulama yang hidupnya tak pernah diusik tentara Belanda? Jawabnya ada, bahkan banyak. Mereka adalah "ulama" yang hanya fokus beribadah ritual saja. Ulama yang tak pernah menyinggung kejahatan Belanda. Kepada para ulama seperti itu, pemerintah Kolonial Belanda justru support penuh. Pengajiannya dijaga, tak pernah diusik.
Jadi, Snouck Hurgronje sangat akrab dengan para ulama yang hanya beribadah saja.
Tapi memerangi ulama-ulama yang menentang kedzaliman pemerintah kolonial Belanda.
Sampai disini faham ya 😀🙏
(By Widi Astuti)