[PORTAL-ISLAM.ID] Sekelompok etnik Tionghoa menyusuri perbukitan Hambalang. Ada Chen Yi Jing (Chandra Suwono), Indra, Thomas Henoch, dan Yap Hong Gie.
Mereka diterima dan dijamu makan malam oleh Pak Prabowo Subianto.
Saya kaget, setelah pertemuan itu, Chandra Suwono jadi militan Pro Prabowo. Di hadapan beberapa aktifis Forum Jakarta (Anieser Garis Keras), Chandra Suwono berkata akan all out memenangkan Paslon Adil-Makmur.
Di sisi lain, Terompet Lawan berusaha mendeskreditkan nama besar seorang Prabowo Subianto.
Fitnah pertama: Khilafah. Mereka nakut-nakutin minoritas. Katanya, Prabowo-Sandi menang, NKRI diganti Syariah.
Fitnah ini ditangkap dan dikunyah sebuah ormas nusantara. Ekonomi lesu memaksa mereka lakukan itu. Intinya; proyek. Mobilisasi berbayar plus bonus nasi-bungkus menjadi sumber income sampingan. Para komandan pletonnya untung gede. Prajurit satgas cuma dapet 50 ribu tok.
Gizi buruk membuat mereka cepat lupa. Pikun prematur. Untimely senile. Uzur sebelum waktunya. Sering lapar memparah kondisi psikis. Mereka lupa ada TNI yang tidak mungkin membiarkan NKRI diubah dengan ideologi kiri-kanan.
Fabricated fear ini menjadi alat peras pengusaha dan taipan etnik Tionghoa.
Dimensi ketiga dari permainan rasial ini menguntungkan para penguasa yang gagal. Di seantero dunia, modusnya sama.
Di tahun 1930an, Jerman mengalami hyperinflasi masif. Nilai mata uang Reichmark jatuh. Hitler mengalihkan "masalah perut" dengan retorika ultra-nasionalistik superioritas aryan dan Rasa takut terhadap dominasi Yahudi.
German Aryan master race (Herrenvolk) menjadi landasan dari ideological principle "Lebensraum" (living space).
Sebuah justifikasi atas expansi teritorial Jerman terhadap Eropa tengah dan timur.
Fitnah Kedua: Prabowo galak. Narasi Prabowo suka lempar handphone dan ngomelin anak buah diproduksi.
Sebagai jenderal dan Ketua Partai, Pa Prabowo pasti pernah menegur anak buah. Biasa itu. Semua Ketua Partai pasti begitu.
Bagai seorang ayah, jasanya terlalu banyak daripada sekedar omelan. Anak bisa salah, dan itu mesti ditegur.
Setau saya, Pimpinan Gerindra seperti Fadli Zon, Edi Prabowo, Pius Lustrilanang, Desmond, Komandan Don Dasco dan lain-lain tidak ada yang meninggalkan partai hanya karena ditegur dengan keras.
Fenomena "Chen Yi Jing" yang mendadak jadi Militan Prabowo mestinya menyiratkan sebuah makna.
Faktanya, di Gerindra dan BPN Prabowo Sandi ada banyak orang Tionghoa middle class dan Non Muslim. Selain rombongan Chen Yi Jing.
Ada Lieus Sungkharisma sebagai Jurkamnas. Kader Gerindra Lily Ng nyaleg di Dapil III DPRD Jakarta. Oknobin Sinaga, Tiara Pangabean, Hisar Tambunan adalah contoh Caleg Nasrani dari Gerindra.
Jadi, saya kira, bodoh sekali bila ada orang Tionghoa dan Kristen bisa ditakut-takuti dengan hasutan khilafah dan anti pluralisme.
Penulis: Zeng Wei Jian