Sepekan Media tanpa Jokowi

Sepekan Media tanpa Jokowi

Oleh: Erizal

Sepekan media kehilangan Jokowi. Biasanya ada senyuman khasnya, komentar, tanggapan, yang pendek-pendek itu. Sepekan ini, sudah tak ada lagi. Sepi. Termasuk, rumahnya yang ramai didatangi warga. Dikatakan pula, sudah layaknya tempat berwisata.

Tapi meski media kehilangan Jokowi, semua pemberitaan muaranya kepada Jokowi juga. Mulai dari OTT KPK di Sumut, ijazah Jokowi yang tak berkejelasan, usulan pemakzulan Gibran yang menggeliat kembali, sampai nama Budi Arie yang tak henti-henti disebut dipersidangan terdakwa kasus Judol yang bejibun itu.

Jokowi itu Korea. Nyalinya besar. Tak takut dengan siapa pun. Pantang menyerah. Tak mungkin lari dari masalah. Kira-kira begitulah kalau mengutip Bambang Pacul tentang Jokowi. Apalagi Jokowi sudah memilih bahwa tak akan meninggalkan dunia politik. Ia akan tetap di dunia politik. Sebagai apa, ini yang belum jelas?

Sebagai Ketum PSI, sudah pasti tidak. Sudah resmi, tetap menjadi milik Kaesang. Bikin partai sendiri atau bergabung dengan partai besar yang sudah ada, juga belum ada tanda-tanda. Sementara sepekan ini Jokowi menghilang. Pasti ada sesuatu. Liburan atau berobat?

Jokowi menghilang sepekan ini dari pantauan media karena berlibur masuk akal juga. Sebab, ini memang hari liburan anak sekolah. Kalau berobat masih masuk akal, karena penampakan Jokowi di media memang kurang sehat. Kalau sakit parah sudah dibantah, baik oleh Jokowi sendiri maupun oleh ajudannya. Apalagi kritis, itu dipastikan hoaks.

Tapi kalau tak ada masalah, kenapa Jokowi tak muncul sepekan ini? Padahal, mulai dari OTT KPK di Sumut, kasus ijazah, pemakzulan, Judol, hingga Hasto yang baru saja dituntut 7 tahun oleh Jaksa KPK, semua layak dikomentari oleh Jokowi.

Bisa jadi semua kasus yang bermuara kepada Jokowi saat ini sudah tidak lagi dalam kendali Jokowi. Atau bisa juga sebaliknya, semua masih dalam kendali kuat Jokowi.

Sebutlah kasus ijazah Jokowi. Hampir pasti Jokowi akan keluar sebagai pemenang. Roy Suryo Cs sebentar lagi akan menjadi tersangka. Fase penyidikan hanya menunggu waktu.

Kalau tak percaya, dengarlah penjelasan Aryanto Sutadi, penasihat ahli Kapolri. Ia malah agak kesal dengan penyidik Polda Metro Jaya yang terlalu berhati-hati. Kalau pihak Roy Suryo Cs mengatakan ragu-ragu, ia mengatakan sangat hati-hati.

Kasus OTT KPK di Sumatera Utara yang menangkap Kepala Dinas PUPR Topan Obaja Putra Ginting, yang disinyalir tangan kanannya Gubernur Bobby Nasution, menantu Jokowi, yang kemarin anak-anaknya terlihat bareng Jokowi yang dikatakan hendak pergi berlibur, juga dianggap masih dalam kendali Jokowi.

Pimpinan KPK bagaimanapun juga dipilih pada era Jokowi dan langsung mentersangkakan Hasto Kristiyanto. Wajar saja pihak Hasto mengatakan itu pesanan dari Jokowi karena pertikaian politik dan itu sudah dibantah. Hasto dituntut 7 tahun, anggapan pesanan itu juga tak hilang.

Tak sedikit yang ragu KPK akan berani sampai kepada Bobby Nasution. Baik buktinya ada, apalagi buktinya tak ada. Praduga tak bersalah, tapi KPK mestinya memakai praduga bersalah. Sebab, cerita kedekatan tersangka Kepala Dinas PUPR ini dengan Sang Gubernur bukanlah isapan jempol bbelaka

Tapi kalau sejak awal tak berani sampai ke atas, buat apa KPK menyentuh kasus OTT di Sumut itu? Kenapa tak berbelok atau pejamkan mata saja? Pasti KPK sudah menghitung semua. Tapi bisa jadi di tingkat penyidik oke, di tingkat pimpinan belum tahu juga. Bukankah kasus Hasto awalnya juga begitu?

Kasus usulan pemakzulan Gibran dianggap masih dalam kendali Jokowi. Tak ada satupun partai yang berbunyi, termasuk PDIP. Surat usulan pemakzulan dari Forum Prajurit Purnawirawan TNI masih digantung tak bertali. Tak tahu kapan akan dibahas atau ditanggapi.

Purnawirawan TNI bersama civil society sudah mulai melakukan mimbar bebas. Pernyataan keras pun mulai dilontarkan. Tapi pemakzulan tentu tak bisa dilakukan hanya dengan pernyataan. Rutenya panjang. Jokowi sudah menanggapi bahwa Gibran & Prabowo sepaket. Rasanya itu sudah cukup. Pesannya sudah sampai.

Jadi Jokowi layak berlibur karena memang saat ini hari liburan sekolah. Layak juga beristirahat, berobat, kalau memang agak kurang sehat. Situasi masih terkendali. Sesekali media tanpa Jokowi, bagaimana pula rasanya. Tak akan pula menurunkan popularitas. Jokowi dan media seperti dua sisi dari satu mata uang yang sama.

Kasus-kasus yang bermunculan masih dalam kendali dan tak ada kedaruratan. Budi Arie Setiadi saja yang hampir setiap persidangan namanya disebut, masih aman-aman saja, seperti tak tersentuh. Apalagi Bobby Nasution. Kadang fakta dan harapan saling bertolak belakang. Asal "kepala dan ekor" masih tetap dipegang, rasanya aman.

*foto liburan Jokowi yang diunggah di akun media sosialnya (3/7/2025)

Baca juga :