Bahaya KDM
Ini bukan hanya soal nama. Ini soal ide. Sebuah ide yang secara tidak langsung menggiring masyarakat untuk mengontraskan bahkan memperhadapkan agama dengan budaya.
Alih-alih menjadi simbol harmoni antara nilai-nilai keislaman dan budaya lokal, perubahan ini justru berpotensi membentuk jurang pemisah.
Seakan-akan label Islam tidak bisa berdampingan dengan kearifan lokal. Kalau tujuannya menghapus simbol keagamaan dari ruang publik adalah bentuk netralitas, kenyataannya malah bisa dianggap bentuk pengingkaran atas sejarah dan identitas yang sudah melekat di masyarakat.
Perubahan nama ini bisa dibaca sebagai bagian dari kecenderungan yang lebih luas yaitu menggeser identitas simbolik keagamaan demi sesuatu yang diklaim lebih universal atau netral.
Yang perlu diwaspadai adalah ketika "netralitas" itu justru menyisihkan warisan keberagaman yang telah terbukti bisa hidup berdampingan antara nilai-nilai agama dan adat yang tak bertentangan.
Jika niatnya adalah penguatan budaya lokal, itu patut diapresiasi. Tapi jika caranya dengan menghapus simbol-simbol Islam yang tidak pernah menjadi masalah, maka kita patut bertanya: siapa sebenarnya yang terusik?
(Oleh: Kang Irvan Noviandana)