Kalkulasi Iran
Oleh: Tengku Zulkifli Usman (Pengamat GeoPolitik)
Dalam beberapa hari terakhir, Iran menyerang Israel dengan serangan serangan yang sangat mematikan. Sedangkan Israel minim bisa membalas serangan tersebut.
Itu karena, Israel memahami psikologi Iran saat ini, jika Israel membalas serangan Iran, maka Iran akan membalas 10x lebih keras, itulah kenapa, Netanyahu dan kabinet perang nya memutuskan lebih terlihat "calm down" untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.
Dalam dialog antara Iran dengan Uni Eropa kemarin, Menlu Iran Abbas Aragchi memberikan statement sangat jelas: AS tidak bisa dipercaya, dan Iran tidak akan menegosiasikan semua hak hak nya dengan siapapun. Iran tidak akan berhenti menyerang Israel kecuali Israel berhenti dengan semua propaganda perang nya.
Statement Aragchi jelas adalah pesan langsung dari pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei. Pesan ini juga memberikan sinyal jales kepada semua negara yang kira kira ingin membantu Israel, agar mereka memahami posisi Iran saat ini: Point No Return and Ready for all out war.
Hal ini didukung dengan fakta, bahwa di tengah perjalanan Aragchi ke rapat di Jenewa. Iran merudal Tel Aviv dengan kekuatan besar. Serangan ini adalah bentuk dukungan Iran untuk Menlu nya di meja runding.
Walaupun Trump mengirimkan sinyal kepada Iran untuk dialog, tapi pesan dialog ini sebenarnya tidak berasal dari Trump, melainkan dari Netanyahu di Tel Aviv. Pesan tersirat nya adalah: Israel siap dialog dengan Iran. Ini masih ditolak Iran sampai sekarang.
Serangan serangan besar-besaran Iran ke Tel Aviv beberapa hari ini bukan hanya dilihat sebagai an sich aksi militer, tapi ini adalah pesan diplomasi kepada seluruh dunia yang selama ini membackup Israel: jangan coba coba masuk gelanggang perang, atau negara kalian juga sama akan merasakan hal yang sama dengan Israel.
"Mengamuk" nya Iran sangat masuk akal dan sangat logis, Israel melewati semua garis merah yang ditetapkan Iran selama ini. Israel melakukan kejahatan besar dengan Sembrono dengan Iran.
Semalam misalkan, setelah Iran merudal beer Sheba, Tel Aviv, dan Haifa di hari kemarin, Iran kembali menyerang stasiun televisi Israel Chanel 14. Dan juga merudal beberapa lokasi lain, pesan yang sangat jelas bahwa Iran tidak mau negosiasi dan akan melanjutkan serangan pasca Aragchi pulang dari meja runding.
Fakta di lapangan, Israel mengalami kerusakan yang sangat destruktif sepanjang sejarah menyandang gelar sebagai negara illegal. Israel benar benar mengalami pukulan keras saat melawan state actor seperti Iran. Israel hanya berjaya ketika melawan non state actor seperti hizbullah atau Houthi di Yaman atau Pejuang palestina di Gaza.
Iran saat ini memenangkan narasi perang, juga mendapatkan dukungan moral dunia internasional, seluruh dunia global saat ini yang konsen dengan isu kemanusiaan, bersorak kegirangan melihat Israel diserang Iran.
Kalkulasi Iran bisa dibilang akurat, Israel melakukan kecerobohan di tengah mata dunia yang sedang sangat muak dengan Israel setelah Israel melakukan genosida do Gaza selama satu setengah tahun ini.
Narasi kebencian terhadap Israel dengan melihat kejahatan perang super dahsyat yang dilakukan Israel di Palestina, bertemu dengan momentum kecerobohan Israel menyerang Iran terlebih dahulu pekan lalu. Ini memicu dukungan moral kepada Iran untuk menghukum Israel seberat-beratnya.
Israel memahami kondisi ini, Israel menyadari betul, bahwa dunia saat sedang muak melihat mereka, dan menunggu siapa yang bisa membalas dengan ril kejahatan perang mereka. Dan Iran menjawabnya. Maka Iran mendapatkan simpati dunia. Baik muslim maupun non muslim.
Inilah juga yang menjadi faktor lain kenapa AS ragu ragu bahkan frustasi untuk memutuskan ikut membantu Israel atau tidak, gedung putih mengatakan akan mengambil keputusan dua pekan kedepan. Semua tau, maksudnya dua pekan adalah buying time, karena sejatinya tidak ada keputusan yang berani diambil Trump saat ini.
Pressure global terhadap Israel membuat Trump tidak bisa berbuat banyak, kasus Iran bukanlah seperti kasus Irak, dan momentum saat ini sangat berbeda dengan tahun 2003 lalu saat dunia kompak mau diprovokasi oleh Israel dan AS untuk meruntuhkan rezim Saddam Hussein.
Perang Gaza, perang Lebanon, dan berakhir dengan perang dengan Iran, adalah satu akumulasi eskalasi konflik yang merugikan Israel secara moral dan dukungan internasional. Israel berada pada posisi pariah State yang terisolasi. Israel hanya terlihat gagah karena terus mendapatkan dukungan diplomasi dan politik dari AS, selain dukungan militer yang besar.
Momentum ini menjadikan Israel sebagai musuh bersama kemanusiaan, sikap ceroboh Israel yang melakukan serangan duluan ke Iran Jumat pekan lalu, yang membunuh para petinggi militer Iran juga para ilmuan nuklir adalah kesalahan fatal, baik timing nya maupun substansial.
Hal ini menjadikan Iran sebagai negara yang mendapat dukungan luas komunitas internasional untuk melawan Israel yang dianggap sudah melampaui semua garis merah tatanan kehidupan internasional secara kasat mata.
Faktor lain yang membuat AS ragu masuk kedalam perang adalah faktor dukungan negara negara arab dan Teluk yang menurun. Negara negara arab dan Teluk kemungkinan tidak memberikan bantuan kepada AS apabila AS melakukan serangan ke Iran.
Sikap negara negara arab dan Teluk seperti itu bukan karena mereka suka dengan Iran atau karena dukungan mereka terhadap Palestina, tapi lebih kepada takut dengan ancaman Iran yang akan menyerang semua negara arab dan Teluk apabila mendukung AS menginvasi Iran. Kalkulasi Iran pure kalkulasi geopolitik.
Negara negara arab dan Teluk telah melihat bagaimana Israel porak poranda, padahal Israel memiliki semua sistem pertahanan udara terbaik di dunia yang dipasok oleh semua sekutunya. Kalau Israel saja porak poranda yang jaraknya 2000 km dari Iran, bagaimana nasib negara negara arab dan Teluk jika Iran menyerang? Sistem pertahanan udara Israel saja bisa tembus dan dibuat tak berdaya, bagaimana dengan sistem pertahanan udara arab jika Iran menyerang?
Faktor inilah yang membuat banyak negara tidak berminat masuk arena perang, Iran menunjukkan ril power bukan retorika. Iran mengeksekusi setiap ancamannya secara nyata di lapangan, inilah yang membuat semua pihak berpikir panjang.
Tidak adanya support internasional, kekuatan nyata militer Iran, dan posisi Israel yang dibawa tekanan internasional secara moral, membuat Israel seperti tidak bisa melakukan banyak hal dibawah serangan Iran.
Iran bukan hanya memenangkan dukungan moral internasional, tapi juga meraih dukungan simpati negara negara besar seperti China dan Rusia. Sikap China dan Rusia baru baru ini sangat jelas memihak dan mendukung Iran. Ini adalah tekanan lain bagi Trump.
Kondisi Israel saat ini mirip dengan kondisi Lebanon tahun lalu khususnya Wilayah selatan, porak poranda, chaos politik, chaos sosial, dan mengalami kerusakan dan kekalahan eksistensial.
Israel melakukan kalkulasi yang salah, maka kondisi Israel saat ini seperti dilihat oleh dunia. Iran melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai sebuah negara berdaulat, tidak peduli berapapun harga yang harus dibayar. Iran memenangkan narasi dan support publik atas aksinya menghukum Israel.
*Foto, Netanyahu di tengah puing bangunan Israel pasca diserang Iran.