Israel dan Iran kini terkunci dalam pertempuran eksistensial

Israel dan Iran kini terkunci dalam pertempuran eksistensial yang hasilnya tidak dapat ditanggung oleh keduanya, tidak ada jalan keluar yang cepat atau mudah. 

Di Iran, rezim Ayatollah Ali Khamenei melemah. Rezim tersebut mungkin merasa tidak punya pilihan selain membalas serangan Israel, kelangsungan hidupnya bergantung pada mempertahankan kekuatan dalam negeri. Mencari jalan keluar yang cepat dari konflik adalah yang terpenting, Rezim ini akan berlanjut atau jatuh tergantung pada apa yang terjadi beberapa hari ke depan.

Bagi Israel, jalan menuju Teheran tampaknya lebih mudah setelah mereka menghancurkan Gaza dan Lebanon. Namun, elit politik, militer, dan intelijen memahami bahwa rezim Iran bukanlah seperti proxy yang selama ini mereka lawan; Iran bukan Hamas; bukan Hizbullah. Iran adalah musuh yang jauh lebih kuat yang akan membalas setiap serangan Israel.

Memasuki hari ke 10, Israel mulai kaing-kaing, buzzer dan phone farms mulai membentuk opini di media sosial untuk menggiring ke intervensi asing dalam baku hantam mereka dengan Iran. 

Sebut saja Kolonel Avichay Adraee, seorang Yahudi Mizrahi yang memilik darah keturunan Suriah, Irak dan Turki, doi adalah jubir IDF berbahasa Arab, saban hari update di IG dan X menyerukan umat Islam sunni untuk tidak mendukung Iran dan menyerukan rakyat Iran untuk melawan rezim Khamenai. Salah satu update dia di IG dia bilang:

“Wahai umat Islam, ingat siapa yang ngebom masjid Khalid bin Walid di Homs (Suriah)? Siapa yang merusak masjid Umawi di Damaskus? Siapa yang menghancurkan kamp Yarmouk dan menghancurkan masjid-masjid Sunni di Suriah? Itulah musuh utama umat Islam, mereka adalah rezim syiah Iran yang benci pada Sunni dan Israel!”. 

Ada lagi Edy Cohen, seorang jurnalis Yahudi Mizrahi juga yang lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Beirut sebelum akhirnya hijrah ke 'Tanah yang Dijanjikan', ini orang juga sangat aktif dan sering diundang sebagai narsum oleh beberapa stasiun TV di negara Teluk, kemarin dia nge-tweet (nge-X kali ya), isinya agak senada dengan Gilead Meir, “Wahai Sunni, demi kalian kami melawan Syiah”. 

Satu lagi, Mayor Ella Waweya, ini dia bukan Yahudi, tapi perempuan Arab Muslim yang tinggal di Israel. doi cukup aktif di medsos karena memiliki profesi yang sama dengan Adraee. 

Itu semua salah satu upaya mereka kaing-kaing untuk menarik simpati dunia, bahwa mereka adalah korban “kebrutalan” Iran yang menyerang rumah sakit dan pemukiman penduduk sipil. 

Sebenarnya, sadar atau pura-pura tidak sadar, para pendukung Isreal tau kalau Isreal itu mufsidun fil ardhi (pembuat kerusakan di muka bumi), buktinya kemarin Wakil Tetap AS di PBB, Dorothy Shea, yang juga mantan Dubes AS di Lebanon, mengatakan di depan sidang DK PBB: "Israel's government has also spread chaos, terror and suffering throughout the region" (Pemerintah Israel juga menyebarkan kekacauan, teror dan penderitaan di seluruh wilayah), sebelum akhirnya dia sadar salah baca, atau yang buat pidatonya sengaja ngerjain dia. Kemudian dibaca ulang “Israel” jadi “Iran”. Ini menunjukkan isi hati, atau menunjukkan bahwa “I don’t know what I read”, mirip-mirip “I don’t read what I sign”.

Kemarin Donald Trump buru-buru kabur dari pertemuan G-7 untuk rapat penting mengenai baku hantam Iran-Israel. Pada saat yang sama, kapal induk USS Nimitz yang berada di Laut Philipina digerakkan ke Selat Malaka untuk menuju ke Timur Tengah. 

Seluruh dunia mulai galau, kalau sampai habis rapat Trump memutuskan untuk bergabung menyerang Iran, bahkan Iran sendiri mulai sedikit melunak dengan menghadiri pertemuan di Jenewa membahas masalah nuklir, kemarin Jumat. 

Beberapa kawan juga panik, mulai kalap belanja dan mengisi kulkas dengan berbagai makanan. 

Ternyata, setelah 3 ronde rapat di gedung putih, Trump mengatakan, “I will make my decision whether or not to go within the next two weeks!” (Saya akan membuat keputusan apakah akan pergi/perang atau tidak dalam dua minggu ke depan) atas mempertimbangkan peluang untuk perundingan substansial dengan Iran, Trump membiarkan pintu terbuka bagi solusi diplomatik dalam beberapa hari mendatang yang dapat mencegah eskalasi besar di Timur Tengah. 

Semua bernafas lega, kecuali Netanyahu yang semakin bingung, akhirnya dia malah menyerang ke Gaza lagi!

Kapal induk Nimitz yang kemarin lewat selat Malaka yang katanya sebagai back-up pasukan AS di pangkalan-pangkalan di Timur Tengah, bisa jadi untuk nakut-nakuti Iran saja, atau kalau memang serius AS mau bantu Israel, kapal itu hanya dijadikan tumbal. Kapal induk kelas Nimitz memiliki masa pakai sekitar 50 tahun. Harusnya Nimitz sudah pensium pada bulan April 2022. Pada bulan Maret 2025, Angkatan Laut AS mengumumkan bahwa Nimitz akan dioperasikan untuk terakhir kalinya, dan pensiun paling lambat tanggal 12 April 2026. 

Selama periode 12 hari ke depan, semua kemungkinan bisa terjadi, mari kita tunggu rudal dan misil-misil baru Iran yang katanya belum dikeluarkan, dan kita tunggu gebrakan serangan-serangan Israel, sambil mengasah "kedunguan" kita bersama dengan memperdalam isu sunni-syiah-wahabi 😁

(Saief Alemdar)

Baca juga :