Memasukkan anak-anak ke barak-barak militer tidak akan membuatnya baik

Latihan Preman

Memasukkan anak-anak ke barak-barak militer tidak akan membuatnya baik. Keluar dari sana mereka akan jadi preman-preman muda. Tentu mereka ini akan dibutuhkan Dedi Mulyadi ketika ia berkuasa kelak.

Negeri ini selalu punya cara instan untuk apa saja. Termasuk pendidikan. Cara instan itu adalah cara 'yang penting tujuan tampak tercapai secara cepat.'

Ini kita lihat di semua lini. Khususnya pada rejim Prabowo-Gibran yang berkuasa sekarang ini. Banyak stunting? Kasih makan gratis. Tidak hanya yang stunting yang dikasih makan, yang obesse atau kegendutan juga. Dan makanan itu diklaim bergizi.

Ini juga dilakukan oleh gubernur konten, yang mungkin adalah gubernur paling populer di Indonesia saat ini. Dedi Mulyadi, gubernur Jawa Barat yang kabrnya digadang-gadang untuk jadi calon presiden 2029 jika Prabowo tidak mencalonkan diri lagi, juga punya cara instan.

Dia ingin anak-anak SMA tertib dan disiplin. Solusinya? Kirim tentara ke sekolah-sekolah. Anak-anak sekolah nakal? Kirim mereka ke barak-barak tentara. Seoalh-olah begitu masuk barak tentara, anak-anak ini akan jadi anak baik, patuh, dan disiplin.

Nggak tahu siapa yang jadi model baik, patuh, dan disiplin. Mungkin Dedi Mulyadi sendiri? Yang entah kapan kerjanya karena ada di media sosial terus menerus mengkampanyekan dirinya. Mungkin itu yang dia sebut kerja: disiplin mengunggah konten beberapa kali sehari.

Barak tentara itu bukan lembaga pendidikan. Untuk seorang anak menjadi baik -- itu pun perlu definisi tersendiri. Banyak anak menjadi 'nakal' karena mereka tidak ada sesuatu yang dikerjakan. Sekolah-sekolah membosankan karena di(h)ajar oleh guru-guru yang tidak kompeten. Pelajaran-pelajaran tidak menarik.
Lalu apa yang menarik? Tawuran, tentu saja. Sedikit nakal adalah wajar. Banyak nakal pun sebenarnya biasa saja. Kalau sudah kriminal, maka itu urusan polisi.

Apa yang paling saya takutkan dari anak-anak ini masuk barak tentara? Mereka mengenal kekerasan. Mereka akan dibentak-bentak, dihukum secara fisik. Karena tentara adalah lembaga yang boleh menggunakan kekerasan secara sah maka anak-anak ini akan meniru bagian kekerasannya saja.

Saya tidak tahu apa yang menjadi pikiran Dedi Mulyadi ketika menjadi penguasa Jawa Barat kemudian melibatkan tentara secara besar-besaran dalam pemerintahannya. Ia mungkin tidak berpikir tentang residivisme -- dimana orang menjadi kriminal yang lebih canggih dan lebih berani justru karena dia dipenjara. Dia belajar dari gerombolan kriminal didalam penjara itu.

Saya berani menjamin bahwa anak-anak ini, selepas dari barak militer, akan menjadi figur yang lebih ditakuti oleh kawan-kawan sekolahnya. Barak menjadi arena latihan untuk menjadi lebih gagah, lebih berani melanggar hukum, dan lebih tidak takut pada otoritas. Amati saja tingkah laku mereka sekeluar dari barak dan kembali ke lingkungan sekolah. Bahkan, saya bisa perkirakan, guru-gurunya pun segan menegur anak-anak ini.

Dulu saya tinggal di sebuah kota kecil bernama Ithaca, di Upstate New York. Di dekat kota itu ada penjara anak-anak remaja. Saya pernah dua kali berkunjung kesana. Dari keterangan dan data statistik yang pernah saya lihat, hampir 80 persen lebih anak-anak yang keluar dari juvenile rehabilitation center (begitu istilahnya) kembali melakukan tindak kriminal dan lebih serius daripada sebelumnya.

Kalau Anda mau anak-anak Anda belajar dengan baik dan tidak "nakal," yang pertamakali harus Anda lakukan adalah benahi sistem persekolahannya. Jangan potong anggarannya. Pekerjakan guru-guru yang baik -- yang bisa menerangkan matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah, sosiologi, dan kewarganegaraan dengan baik dan menyenangkan.

Juga berikan mereka fasilitas bermain dan berolah raga yang memadai. Yang merangsang otak-otak muda ini berpikir dan mengolah tubuhnya sehingga semua hormon-hormonnya tumbuh dengan bagus.

Hanya dengan cara seperti itu -- membuat tubuh dan otak anak-anak muda ini berfungsi dengan baik -- Anda akan menghasilkan generasi yang tidak korup seperti sebagian besar elit politik dan aparat-aparat kita. Sains mengajarkan berpikir rasional; permainan olah raga mengajarkan sportivitas yang elegan serta kejujuran.

Bukankah barak militer juga melatih fisik? Iya. Tapi fisik untuk membunuh dan menakut-nakuti. Tidak ada permainan disana. Yang ada hanya kekerasan. Beda dengan orang main sepak bola misalnya. Anda berlatih spartan dan keras dalam permainan olah raga untuk menang secara jujur dan elegan.

Memasukkan anak-anak ke barak-barak militer tidak akan membuatnya baik. Keluar dari sana mereka akan jadi preman-preman muda. Tentu mereka ini akan dibutuhkan Dedi Mulyadi ketika ia berkuasa kelak.

(Made Supriatma)

Baca juga :