Si Bahlil Gak Mikir

Masyarakat itu sudah nyaman dengan tersedianya gas Elpiji 3 kg, mudah dibeli di warung-warung deket rumah. Harga dari pemerintah Rp. 12.500 jadi 20rb-an itu wajar saja, distributor pasti berjenjang dan saling mengambil keuntungan. Masyarakat banyak tak mempermasalahkannya, tak ada demo-demo gas elpiji seharga 20rb-an itu.

Tiba-tiba, pemerintah melalui Menteri ESDM Bahlil, masyarakat tak boleh lagi membeli dari pengecer warung-warung deket rumah itu, harus ke agen/distributor dengan harga murah sesuai keputusan pemerintah. Jaraknya jauh. Ibu-ibu mulai terganggu.

Si Bahlil dan jajarannya gak mikir dampaknya. Setiap rumah harus beli ke distributor resmi, jauh, gas itu berat, sekarang stoknya jarang dan mulai hilang, yang beli ke distributor harus ngantri, pasti sangat merepotkan dan menyiksa dan mulai makan korban. Apa gak mikir gas itu kebutuhan sehari-hari masyarakat yang tak boleh tidak ada dan tak boleh terganggu?

Kita tak habis pikir, masyarakat yang sudah tenang dgn kebutuhan gas, dikacaukan oleh "kebijakan" yang aneh dan menyiksa itu. Tak habis pikir, gak ada kerjaan dan mengacaukan ketenangan 👊👊

(Prof. Moeflich H. Hart)

Baca juga :