Pak,
Pernyataan bapak ini justeru sangat kontraproduktif. Banget.
Apakah disekitar bapak tidak ada yg berpendidikan tinggi? Yang paham tentang good governance, kan ponakan bapak yg jadi wamen itu lulusan Amrik bukan? Masa' hal begini dia tidak tahu, dan bergegas mengingatkan, agar bapak tidak terlanjur ngomong.
Karena ketahuilah, dengan bapak bilang sebagai salah-satu investor IKN, maka IKN ini jadi dipertanyakan loh. Seriusan. Saat presiden, pejabat2 Menteri, adalah investor sebuah proyek negara, itu artinya proses penilaian, proses keputusan atas proyek itu bisa dipertanyakan semua. Karena bapak pasti nggak mau IKN gagal. Bukan karena nanti rakyat rugi, melainkan, karena bapak investor, jadi harus jadi, atau bapak ikut rugi.
Ini tuh sama kayak teori "jaminan fidusia" tingkat tinggi. Ngerti nggak sih hal2 begini? Atau baiklah, sy kasih contoh dari cerita fiksi sj. Tahu game Fallout? Pernah nonton serialnya? Kasusnya sederhana. Sebuah perusahaan punya akses ke negara, lantas mereka punya proyek membuat vault, ruangan2 bawah tanah anti radiasi, karena dunia terancam perang nuklir. Jika meletus itu perang, penduduk bisa tinggal di dalam vault tsb. Perusahaan ini promosi habis2an, jual ruangan2 itu ke masyarakat luas. Investasi habis2an.
Maka, itu perusahaan jelas pengin sekali terjadi perang. Karena dia sudah invest ribuan trilyun. Nanti vault2 dia jadi apa dong kalau perang gagal? Rugi investornya. Jadilah, meskipun di depan ngomong 'Jangan perang!' tapi di sisi lain, mereka benar2 berharap perang nuklir meletus. Paham tidak situasinya? Kebayang?
Nah, kalaupun bapak betulan punya investasi di sana, mbok ya diam2 saja. Ssstttt.... Bukan malah dengan bangga diumumkan. Kalau ada investor asing, dan dia punya dana besar, dia akan berhitung berkali2 saat tahu jeroan IKN ini ternyata investor lokalnya adalah pejabat2. Ngapain? Bahaya sekali. IKN ternyata bukan utk kebutuhan rakyat Indonesia, melainkan kebutuhan pejabat2 saja.
*Tere Liye