Oleh: Azzam Mujahid Izzulhaq
Keputusan untuk menggunakan sistem penjurusan atau tidak di Sekolah Menengah Atas (SMA) tentunya memiliki pro dan kontra. Dan akan sangat bergantung pada banyak faktor, di antaranya: tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, dan konteks budaya serta sosial. Lebih utama lagi adalah kesiapan dari pelaksana hal tersebut, yakni guru dan sekolah sebagai lembaga penyelenggara dan pelaksananya.
Di negara-negara yang maju dalam sistem pendidikan, memang beragam. Finlandia, Amerika Serikat, Kanada, Belanda dan negara lain yang kita sebut saja dengan Barat, rerata tidak menggunakan sistem penjurusan. Sementara China, Singapore, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan juga Vietnam serta negara-negara lain yang kita sebut saja dengan Timur, rerata menggunakan sistem penjurusan.
Mana yang lebih baik? Tidak ada yang lebih baik jika hanya melihat idealitanya. Karena sebuah konsep memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Baru akan terlihat ketika diaplikasikan, dimonitor dan dievaluasi secara kontinyu dan konsekuen.
Maksud saya adalah, ketika kita membuat "keputusan besar" mengubah sistem pendidikan (kurikulum, penjurusan, dll), laksanakan dulu secara menyeluruh dan berkesinambungan. Jangan sampai hanya ‘gagah-gagahan’ saja. Jangan pula terlalu mudah dan cepat mengganti sistem pendidikan. Belum selesai atau bahkan belum diimplementasikan secara menyeluruh sudah diganti lagi. Yang jadi korban anak-anak kita, siswa. Korban yang juga tak kalah ‘menderitanya’ adalah guru. Betapa banyak guru di ‘lapangan’ yang mengeluh dan kewalahan ketika sistem pendidikan itu dengan mudahnya berganti.
FYI, negara kita adalah negara yang dikenal cukup paling sering mengganti sistem pendidikannya. Dan, mudah dan sering berganti sistem pendidikan itu terbukti juga tidak mampu mengangkat kualitas pendidikan. Dan, sejatinya apa pun sistem pendidikan kita, jika permasalahan manajemen dan kualitas guru belum tuntas dan merata maka kita tidak akan kemana-mana.
Mau menengok ke Barat atau pun mengintip ke Timur pun sama saja hasilnya jika tanpa adanya konsistensi dalam melaksanakannya.
Tabik…
Keputusan untuk menggunakan sistem penjurusan atau tidak di Sekolah Menengah Atas (SMA) tentunya memiliki pro dan kontra. Dan akan sangat bergantung pada banyak faktor, di antaranya: tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, dan konteks budaya serta sosial. Lebih utama lagi adalah…
— Azzam Mujahid Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) July 19, 2024