Bukan Ekonomi yang meroket, tapi Hutang dan Korupsi..!

Bukan Ekonomi yang meroket, tapi Hutang dan Korupsi..!

Oleh: T Gusmand

Kita selalu dinina bobokan narasi-narasi bahwa hutang kita aman, kas kita tinggi. Tapi anehnya narasi itu berkebalikan dengan fakta. 

Bukan Kas, malah Hutang yang naik yang tinggi..! 😁

Dan yang paling nyesek penambahan hutang per April 2023 naik signifikan 56% dari tahun lalu. Dengan asumsi kenaikan yang sama per kwartal, maka kenaikan hutang sampai akhir tahun 2023 bisa mencapai lebih 1000 Triliyun = 200%. 

Luar biasa..!

Hutang dan pertambahannya terus naik signifikan tiap tahun. Tetapi pertumbuhan ekonomi stack di 5% baik sebelum maupun sesudah pandemi cov19 (gw tidak memperhitungan kontraksi pertumbuhan ekonomi ditahun 2020 sebesar -2,07%). Begitu juga parameter lain seperti angka kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dll tidak ada kenaikan, malah banyak yang turun..?

Terus bagaimana caranya menerangkan kemana penyerapan hutang yang luar biasa itu yang ternyata tidak mempunyai efek terhadap pertumbuhan ekonomi (baca kesejahteraan)..?

Setelah ditelisik, Hanya 1 parameter yang naik, yaitu korupsi. Ya hanya korupsi yang naik secara eksponensial. Kalau era SBY korupsi bank century hanya Rp689,39 miliar dan Rp6,76 triliun, sudah bikin geger seluruh negri. Sekarang kasus korupsi dan angka-angka kerugiannya naik beratus kali lipat. Sebut saja contohnya 349 Triliyun TPPU dan mega korupsi 800 Triliyun dana APBN tiap tahun. 

Dengan Hutang +/- 1000 Triliyun/tahun, dan 800 T Korupsi APBN pertahun + Korupsi dana-dana non budgeter adalah penjelasan yang paling logis kemana penyerapan hutang itu.. !

Ya Korupsilah yang menyerap hampir setara nilai hutang.

Memang tidak sesederhana itu hitung-hitunganya (masih debatable), tetapi setidaknya Korupsi dan Hutanglah parameter yang naiknya tinggi dan kasat mata terlihat.

Apakah kenaikan hutang itu berkorelasi dengan kenaikan angka-angka korupsi..?

Yo Ndak Tahu Saya, Kenapa Tanya Saya..! 

Tanya Sri Mulyani lah.. 😁

(*)
Baca juga :