Ramai kelompok kajian mahasiswa di setiap sudut dan ragam fikrah yang mewarnai dakwah saat itu, menjadi memori indah bagi seorang alumni Universitas Indonesia (UI), Herri Cahyadi tentang Masjid Ukhuwah Islamiyah atau Masjid UI.
Rumah ibadah tersebut pada masanya, seperti menjadi payung besar yang menaungi berbagai gerakan dakwah mahasiswa di kampus.
Gelora dakwah kala itu, yang Herri ingat selama aktif dalam gerakan dakwah kampus sekitar satu dekade, adalah keramaian kegiatan kemahasiswaan.
Saat mulai terlibat gerakan dakwah di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Salam UI pada 2004 hingga setelah menyelesaikan S2 pada 2012, bahkan usai studinya rampung pada 2013 dan 2014, kajian dakwah mahasiswa berlangsung tiada henti.
Dia menyebut, suasana Masjid UI saat itu menjadi masjid yang begitu hidup dengan kajian dan diskusi mahasiswa dengan warna pemikiran dalam gerakan yang berbeda-beda. Ada Salam UI, klub baca dan diskusi, tarbiyah, salafi, diskusi umum, mahasiswa yang bergerak di lembaga amil zakat (LAZ), hingga ada juga yang terafiliasi HTI (Hizbut Tahrir Indonesia).
Namun sayang, geliat kajian tersebut kini sudah tidak lagi dilihatnya. Kajian berbagai pemikiran sudah redup. Masjid disebutnya sepi dari ghirah dakwah mahasiswa yang tidak lagi seperti dulu. Kondisi itu sudah dipastikannya berulang kali saat mengunjungi Masjid UI. Karena itulah, ia berani membuat kesimpulan seperti itu.
"Dan ternyata, bukan saya saja yang merasakan, tapi juga diamini, di echo-in (digaungkan) oleh banyak orang, banyak alumni, banyak eks mahasiswa UI juga yang merasakan hal yang sama," jelas Herri kepada Republika.co.id di Kota Depok, Jawa Barat, Senin (13/3/2023).
Pantauan Republika.co.id pada Senin (13/3/2023), seolah menahbiskan pendapat itu. Ketika mendatangi masjid dan melihat keadaan di sana, Republika.co.id yang tak beranjak sejak sebelum sholat Zuhur hingga Isya tidak mendapati aktivitas mahasiswa di dalam masjid.
Padahal, Masjid UI secara arsitektur dapat dikatakan sebagai bangunan dengan arsitektur indah dan dengan pemandangan yang melegakan. Hal itu karena di sampingnya terdapat danau cukup besar.
Adapun terkait kegiatan kajian, sepanjang waktu Zuhur, masuk waktu Ashar, Maghrib, hingga Isya, Republika.co.id tidak melihat satu pun kelompok mahasiswa yang melakukan kajian, baik di selasar masjid atau di lantai bawah. Sepanjang penglihatan, hanya terlihat lalu lalang mahasiswa atau karyawan yang menunaikan sholat, membaca Alquran, atau sekadar istirahat.
Tidak jarang, mahasiswa ke masjid hanya untuk menunaikan sholat, dan setelah itu langsung pulang. Hal itu mengonfirmasi informasi yang sempat ramai di lini masa Twitter tentang melandainya geliat kajian di Masjid UI.
Menurut Herri, sepinya masjid dari kelompok kajian mahasiswa, menjadi pemandangan yang asing bagi dirinya.
"Beberapa kali datang sholat ke UI, saya iseng ke atas memang sepi, Zuhur, Ashar, sampai Maghrib ya memang sepi sepanjang penglihatan saya. Dan ini kan hal yang nggak biasa saya lihat selama ini, harusnya ada mahasiswa yang lagi rapat lah, mahasiswa yang lagi belajar lah," tuturnya.
Ihwal Penyebab
Ihwal penyebab kondisi itu, Herri juga mengaku penasaran sekali. Dia menyebut ada juga dugaan pemicu kaburnya mahasiswa akibat pengelolaan Masjid UI yang diambil alih pihak tertentu. Masuknya salah satu organisasi atau entitas yang terafiliasi dengan ormas, disebut-sebut menjadi salah satu penyebab sepinya masjid dari kelompok kajian mahasiswa.
"Ada desas-desus yang memang menyebut masjid UI sekarang DKM-nya dikuasi oleh salah satu ormas atau afiliasi ke ormas tertentu. Ya muncul makanya itu ada rasa, kalau kecewa nggak, tapi ada penasaran kenapa bisa seperti ini?" kata Herri bertanya-tanya.
Dia pun berharap, Masjid UI bisa kembali menjadi pemersatu, dan menjadi payung besar gerakan dakwah di kampus. Pasalnya, masjid sudah selayaknya menjadi sentral aktivitas dakwah yang tidak bisa dikuasai oleh hanya satu golongan tertentu.