KERAZ! Tere Liye: STY Hanya Pencari Kerja

Hanyalah Pencari Kerja

By Tere Liye*

Kalian tahu hukuman mencoret-coret uang rupiah? 5 tahun penjara. Bodo amat itu uang kalian sendiri, saat kalian coret itu uang, ketahuan, kalian diproses, bisa masuk penjara hingga 5 tahun.

Tahu tidak? Sudah ada loh korbannya.

Nah, lantas mari kita bahas Tragedi Kanjuruhan. 135 mati. Pertanyaan saya: berapa lama hukuman penyebab tragedi ini? Jika mencoret uang saja bisa 5 tahun, maka bikin mati 135 orang BERAPA lama?

Baiklah, lupakan hukuman itu. Toh, negeri kita ini memang ambyar soal penegakan hukum. Nyawa di sini mana ada harganya. Standar moralitasnya rendah.

Tapi, pelatih dari Korsel ini. Yang adalah pelatih top dunia, dia seharusnya punya standar moralitas dan etika jauh lebih hebat dibanding siapapun. Saat kejadian Kanjuruhan, apa coba pernyataan dia? 'Jika Ketum PSSI mundur, saya ikut mundur!'

Aneh sekali.

Dia punya banyak sekali opsi: 1. Cukup bilang turut belangsungkawa. 2. Cukup mingkem. 3. Pura-pura tidak tahu. 4. Mending fokus melatih 5. Dll dsbgnya.

Tapi tidak dong, dia bikin postingan di akun medsosnya, dia memilih mengirim pesan itu: Ketum PSSI mundur, saya ikut mundur. Karena kami ini satu tim, bla bla bla.

Sorry, dik, saya tidak sentimen dengan pelatih asing. Silahkan saja pelatih Timnas dari Mars sekalipun, tapi please kamu itu fokus saja melatih. Buktikan proyek jangka panjangmu itu. Buktikan dengan prestasi. Tidak usah ikut politik Ketum PSSI, apalagi jadi juru kampanye-nya.

Sayangnya, idola kalian ini memilih begitu.

Tragedi Kanjuruhan itu pedih sekali, my friend. 135 mati. Baiklah 80% katakanlah suporter yg layak mati menurut hujatanmu, itu tetap menyisakan suporter yg tertib, baik, yg memang cinta sepakbola setulusnya. Mereka mati atas kacau balau federasi bola di negeri ini. Kamu nyadar tidak? Dan pelatih Timnas idolamu ini memilih berdiri bersama Ketum PSSI.

Kamu paham tidak?

Tapi, tapi, tapi, silahkan teruskan tapimu itu.

Lupakan saja 135 nyawa suporter mati. Karena bagi netizen fans bola KW, mereka memang lebih sibuk bahas sorak-sorai, bertengkar ini itu, sok tahu ini itu, saling mencaci, sedangkan ratusan suporter mati, dia sih malas bahasnya. Jauuuh sekali mereka dari tragedi ini.

(Tere Liye)

fb

Baca juga :