Era Jokowi Stigma Buruk Tentang Islam Makin Parah, Rocky Gerung: Disingkirkan Ustadz-ustadz yang Kritis

[PORTAL-ISLAM.ID]  Pengamat politik Rocky Gerung mengungkapkan bahwa pada masa Presiden Joko Widodo (Jokowi) stigma buruk terhadap Islam semakin parah, salah satunya tentang khilafah.

Pada era Jokowi, kelompok tertantu dalam Islam dianggap ingin mendirikan negara Islam atau khilafah, sehingga akan membuat pancasila tergantikan.

Terkait hal ini, Rocky Gerung menyebut bahwa stigma buruk tentang kekuatan Islam berbahaya bagi negara Pancasila telah muncul sejak zaman kemerdekaan.

Melalui piagam Jakarta, stigma buruk tentang kekuatan Islam telah terlihat, sehingga muslim dibujuk untuk menyerahkan kepentingannya kepada demokrasi.

"Dari kapan kita punya stigma semacam itu, dari awal kemerdekaan sebetulnya udah dimulai itu dengan piagam Jakarta berbahaya nanti kalau diteruskan itu," ucap Rocky Gerung.

"Maka dibujuklah Islam supaya menyerahkan kepentingannya pada demokrasi, di era orde baru itu ada aktivitas yang dengan cepat menuduh ini jihad itu ini jihad sana," sambungnya.

Kemudian pada masa reformasi, stigma buruk tentang Islam berbahaya bagi Pancasila dilenyapkan, namun sekarang mulai muncul kembali.

"Dan sampai pada reformasi itu kita lenyapkan sebetulnya, bahwa kita sama-sama warga negara ada yang punya perspektif Islam silahkan, komunis, liberal, segala macem," ujarnya.

"Tapi karena Islam itu mayoritas coba dengar pandangan mereka tuh, kan itu intinya. Jadi bukan saya membela muslim ansih," lanjutnya dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (29/11).

Rocky Gerung menyebut bahwa ia tidak membela muslim secara harfiah, namun berdasarkan sudut pandang yang dianut oleh umat Islam, terlebih pada era Jokowi stigma buruk tersebut semakin parah.

"Tapi saya membela perspektif di belakang teman-teman muslim ini, yaitu keadilan justice, kebenaran, kemakmuran segala macam," ungkapnya.

"Itu makin menjadi-jadi di era Pak Jokowi disingkirkan ustaz-ustaz yang kritis dianggap itu akan memberikan negara Islam," pungkas Rocky Gerung.[wartaekonomi]
Baca juga :