Oleh: Azwar Siregar
Jujur saya salut lo. Sebenarnya sihir apa yang dimiliki oleh Pak Jokowi. Sampai-sampai kebijakannya yang jelas-jelas menyusahkan rakyat kecil tetapi malah didukung mati-matian oleh sebagian besar pendukungnya yang jelas-jelas kehidupannya hidup melarat.
Saya sampai "kepo". Mencoba menelusuri Akun-akun garis keras yang mendukung kenaikan BBM sekarang.
Kalau model Denny Siregar, Abu Janda, Kuntet, ya wajarlah. Mereka memang dibayar jadi Buzzer. Mau kebijakan yang bagus, jelek, bahkan sangat jelek, bagi mereka tidak ada urusan. Pokoknya dana Buzzer cair.
Masalahnya kalau yang mendukung Kebijakan kenaikan BBM ini adalah rakyat jelata yang jelas-jelas dari tampangnya (maaf, terpaksa main fisik) aura kekayaan masih lebih dekat jarak Bumi dengan Planet TOI 1231b yang jaraknya 90 tahun cahaya, saya benar-benar bingung.
Bagaimana bisa rakyat jelata yang hidupnya melarat mendukung kebijakan Pemerintah yang menyusahkan hidupnya?
Saya bukan orang kaya. Mau mengaku kaya juga malulah sama kawan-kawan saya para Pengusaha, para Dokter, praktisi bisnis dan para pimpinan Perusahaan Besar di sini. Tetapi secara pendapatan dengan ukuran UMR kelas menengah Singapura saya masih masuklah. Dan kenaikan harga BBM pada kondisi saat ini tetap mengkhawatirkan bagi saya.
Bukan masalah melonjaknya biaya BBM untuk bisnis saya. Naik pengeluaran dua-tiga juta biasalah untuk usaha. Mau tambah pengeluaran dua puluh sampai tiga puluh juta juga tidak ada masalah.
Tetapi masalahnya, dan yang paling merisaukan bagi saya adalah efek berantai dari kenaikan harga BBM ini. Ujung-ujungnya daya beli masyarakat yang sekarang masih lemah akan semakin melemah. Pengeluaran bertambah sementara pemasukan berkurang adalah hal yang paling menakutkan di Bisnis apa saja!
Masyarakat khususnya para Usahakan baru mau bangkit. Berusaha pulih setelah lebih dari dua tahun keuangannya berdarah-darah akibat Pandemi. Sekarang "dihajar" lagi dengan kenaikan BBM oleh Pemerintah. Sebenarnya Pemerintah punya otak ngga sih?
Lucunya, kebijakan yang jelas-jelas ngga ngotak alias ngga pakai otak ini malah didukung para Buzzer Comberan. Tiba-tiba mereka sok pintar berbicara pengalihan Subsidi. Bahkan tiba-tiba jadi sok alim mengingatkan rezeki di atur oleh Tuhan. Bukan oleh kenaikan BBM!
Saya curiga kalau otak para Buzzer Comberan ini dulunya tertukar dengan otak monyet. Makanya ada monyet yang cerdas.
Bagi saya sih sederhana saja. Silahkan dukung Pemerintah. Silahkan mengidolakan tokoh politik mana saja. Tetapi kalau ada kebijakan Pemerintah yang merugikan rakyat, ya dilawan.
Sebaliknya silahkan menjadi oposisi. Silahkan anti kepada Partai atau Tokoh Politik mana saja. Tetapi kalau ada kebijakan yang bagus. Kita dukung. Kalau ada nilai kebaikan, kita puji.
Kebaikan dan keburukan itu bersifat universal. Jadi kebaikan sekalipun dilakukan oleh musuh ya harus dipuji. Sebaliknya kejahatan sekalipun dilakukan oleh kawan sendiri yang harus dibenci.
Sebagai manusia kita harus hidup layaknya jadi manusia. Karena hanya gerombolan monyet dan binatang yang tetap bela kawanannya tidak perduli benar atau salah!
(fb)