[PORTAL-ISLAM.ID] Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan orang luar Jawa tidak bisa nyapres dianggap ngasal.
Pernyataan ini menimbulkan kontroversi dan perdebatan hangat.
Mantan Menteri Dr Rizal Ramli menyebut pernyataan tersebut ngasal dan tidak berdasar.
“Pernyataan ngasal. Orang luar Jawa susah jadi Presiden karena sistim pemilihan Presiden Indonesia tidak kompetitif, oligapolistik yg sengaja di rekayasa untuk menguntungkan boneka Oligarki. Kalau sistimnya kompetitif tidak ada lagi pembelahan Jawa vs Non-Jawa,” kata Rizal dalam akun IG pribadinya, Kamis (22/09/2022).
Dikatakan Rizal, pada masa pergerakan kemerdekaan pertentangan seperti ini tidak pernah terjadi. Sulit dibayangkan peristiwa seperti Sumpah Pemuda 1928 dapat berlangsung apabila para tokoh saat itu membatasi diri dengan dikotomi Jawa-non Jawa. Jadi dikotomi seperti itu jauh dari demokrasi yang berkeadilan, karena bersifat primordialistik dan menafikan persatuan, serta lebih mengekspresikan perpecahan.
Komentar pedas di IG RR juga ikut menohok LBP. Ada yang menulis:
“Prof BJ Habibie, Presiden RI ke 3 non-Jawa unggul, orang Pare-Pare, demokratis, problem-solver, berfikir dan bekerja cepat dan nyaman di lingkungan internasional !! Tidak feodal, tidak mencla-mencle, bukan boneka oligarki !”
Rizal Ramli menanggapi pernyataan LBP yang viral saat berbincang dengan Rocky Gerung dalam acara Menatap Indonesia Pasca 2024, di kanal YouTube RGTV Channel ID yang diunggah Rabu (21/9).
“Tidak memaksakan diri kita. Sakit hati. Tetapi, yang bikin sakit hati kan kita sendiri,” kata Luhut dalam rekaman channel tersebut.
Luhut juga mencontohkan dirinya sendiri. Ia mengaku tidak memaksakan diri mencalonkan sebagai presiden.
“Saya double minoritas. Saya Batak. Beragama Kristen. Jadi saya bilang, ya sudah cukup itu. Kita harus tahu. Kenapa saya menyakiti hati sendiri?” katanya. Ia pun mengutip perkataan jenderal dan filsuf Cina Sun Tzu. Luhut mengatakan, penting untuk mengenali kapasitas diri.
LBP menilai, warga di luar Pulau Jawa sebaiknya tidak memaksakan diri untuk mendaftar sebagai presiden atau capres.
“Apa hanya dengan menjadi presiden, kau bisa mengabdi? Kan tidak juga. Harus tahu diri juga. Kalau kau bukan orang Jawa, pemilihan langsung hari ini—saya tidak tahu 25 tahun lagi—sudah lupakan saja,” ungkapnya. ***[herald]