Wartawan Senior: Singapura Surga Para Koruptor Kakap & Oligarki Merekayasa Politik Indonesia

Catatan: Naniek S Deyang (eks wartawan senior)

Dalam kasus UAS dideportasi... menjadi menyakitkan saat pemerintah Singapura mengatakan bahwa UAS adalah tokoh radikul (saya gak tulis jelas nanti dibredel FB). Mengapa saya kecewa? Karena selama ini koruptor kita yg kelas kakap justru aman pada ngendon di Singapuara, dengan alasan tidak ada perjanjian ektradisi antara Indonesia dan Singapura. 

Pernah sih pada bulan Januari 2022 Menkumham bilang kita akan buat perjanjian ekstradisi, tapi nyatanya sampai sekarang belum jalan juga.

Karena tidak ada perjanjian ekstradisi itu, Singapura menjadi surga bagi para koruptor kakap, bukan hanya menjadi tempat tinggal, tapi juga menjadi tempat menaruh duitnya para konglomerat Indonesia. Ini juga lantaran perbankan Singapura mengenakan pajak lebih kecil dibandingkan yg menyimpan uang (deposito) di Indonesia. Singkat kata, Singapura adalah tempat menaruh duit koruptor dan konglomerat.

Coba bayangkan saya kasih satu contoh saja, Bos Gajah Tunggal Grup, Syamsul Nursalim yg lari ke Singapura saat diperiksa Kejaksaan di jaman Presidennya Megawati, dengan alasan sakit, emang sampai sekarang busa ditangkap? 

Syamsul Nursalim yg diduga ngemplang duit BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) bertriliun-triliun, disebutkan menjadi "buron", tapi sampai sekarang gak bisa ditangkap (sdh berapa kali ganti presiden?) padahal dia tinggal di Singapura!!! Edyan kan padahal jaraknya hanya selemparan batu dari negara kita? Jangan ditanya konglomerat lain pengemplang BLBI , hampir semua juga berleha-leha hidup di Singapura.

Singapura, tak hanya menjadi surga bagi konglomerat pemakan duit negara, tapi hampir semua pejabat koruptor juga menyimpan duit korupsinya di sana. Sayang saya tidak bisa menuliskannya 😩. 

Tak hanya itu, para konglomerat pembabat hutan dan pengeruk hasil alam Indonesia, menjadikan negara Singapura sebagai tempat head office-nya (kantor pusat), bukan di Jakarta! 

Jadi Anda bisa bayangkan duit membabat hutan dan mengeruk hasil bumi dari Indonesia ditaruhnya di perbankan Singapura! Bahkan saya yg pernah bekerja sebagai eksekutif seorang konglomerat, dan pernah bicara dengan orang financenya sang Konglomerat, dia mengatakan ke Singapura dah kayak naik angkot Matraman-Senen, karena duit sang bos ditaruh semua di Singapura, dan yg ditaruh di Indonesia tak lebih dari 100 juta, hanya uang jajan anak-anak dan istrinya. Edyaaannnn! 

Orang kaya nomer satu di era Pak Harto, Liem Sioe Liong (Om Liem), pemilik Indofood, Bogasari dll (Salim Grup), meski disebut sebagai orang kaya nomer satu di Indonesia, tapi rumah utamanya di Singapura, dan meninggalnya plus dimakamkannya juga di Singapura.

Singkat kata, hampir tidak ada satu pun konglomerat tidak punya rumah di Singapura. Bahkan boleh dibilang orang kaya dan pejabat cari duitnya di Indonesia tapi taruh duitnya di Singapura. Tak heran saya pernah bertemu dengan analis Malaysia ternama, dia bilang 85 persen uang beredar di Singapura itu aslinya duitnya orang Indonesia! Gendeng alias gila kan?

Jadi jangan heran sejak jaman Lee Kuen Yew masih hidup (meninggal tahun 2015), Singapura ikut menentukan siapa yg mau jadi presiden bahkan menteri di Indonesia dll. Rapat-rapat politik kaum oligarki dan kaum perekayasa suara rakyat selalu dilakukan di Singapura.

Pemerintah dan penguasa di Singapura sejak jaman Lee Kwan Yew juga TIDAK PERNAH menghendaki Prabowo menjadi presiden! Saking tidak sukanya sama Prabowo, maka ditulislah soal kejelekan-kejelekan Prabowo dan buku itu sebelum Pilpres 2014 dipajang di setiap toko buku utama di Singapura.

Tak hanya itu Bupati-bupati di Indonesia dipanggil ke Singapura (gila ya Bupati bisa dipanggil), diarahkan utk tidak mendukung Prabowo! 2019 mereka juga tetap tdk menghendaki Prabowo. Pokoknya tidak akan mendukung Prabowo jadi presiden. Pak Prabowo tau banget bahwa dia dibenci abis oleh Singapura, makanya kalau terpaksa mampir ke negeri itu, beliau sangat "berhati -hati".

Ada lagi sebetulnya yg menyesakkan dada, Singapura yg wilayah seupil itu diam-diam terus memperlebar wilayah daratnya. Caranya? Nguruk laut! Dari mana pasir atau tanah utk nguruk atau nimbun laut tersebut ? Dari Indonesia! Siapa yg supplay pasir itu? Konglomerat hitam yg berkolaborasi dengan para pejabat! Berapa keuntungan para pejabat yg berkolaborasi dengan taipan hitam itu? Menurut seorang pengamat militer dari Lemhanas, bisa sampai 1200 triliun dalam dua tahun! 

Jadi balik lagi ke UAS, sebagai bagian yg dianggap Kadrun jangan mimpi bisa dianggap baik olen pemerintah yg gak punya laut luas, tapi punya kapal selam lima dan dititipkan di Eropa itu ...(persiapan mencaplok Indonesia kayaknya).

*dari fb Naniek S Deyang

Baca juga :