Membongkar 50 Tahun Kehadiran Israel di Singapura
Oleh: Adi Ketu (Pengamat Internasional)
Tidak banyak yang tahu bahwa terbentuknya angkatan bersenjata Singapura, Singapore Armed Forces (SAF) dibidani sepenuhnya oleh Israel Defence Forces (IDF).
Fakta ini disembunyikan untuk menghindari peningkatan konflik dengan negara tetangga Malaysia dan Indonesia.
Dalam bukunya 'From Third World to First: The Singapore Story 1965-2000' yang diterbitkan pada tahun 2000, Lee Kuan Yew, bapak pendiri Singapura dan perdana menteri pertamanya, mengungkap rahasia yang telah disimpan selama hampir 40 tahun:
"Pasukan pertahanan Israel yang membentuk tentara Singapura. Misi militer Israel dipimpin oleh Yaakov (Jack) Elazari, seorang kolonel, yang kemudian dipromosikan menjadi brigadir jenderal. Setelah keluar dari ketentaraan, dia menjadi konsultan untuk tentara Singapura, bernama Hedied 15 tahun lalu."
"Untuk menyamarkan kehadiran mereka, kami menyebut mereka 'orang Meksiko'. Mereka terlihat cukup gelap," tulis Lee.
Tentara Singapura saat ini dianggap sebagai kekuatan militer terkuat dan tercanggih di Asia Tenggara. Aliansi antara perusahaan pertahanan Israel dan Singapura diintensifkan dan diperluas, dan sekarang mencakup kerja sama antara industri militer kedua negara juga.
PM Singapura Lee Hsien Long, anak PM Lee Kuan Yew, saat menerima gelar doktor kehormatan di Universitas Ibrani, menyatakan:
"Tanpa angkatan pertahanan Israel, angkatan bersenjata Singapura tidak dapat mengembangkan kemampuannya, mencegah ancaman, mempertahankan pulau kami, dan meyakinkan warga Singapura dan investor bahwa Singapura aman, dan bahwa Singapura memiliki masa depan… Kami akan selalu bersyukur bahwa Israel membantu kami dan berdiri di samping kami, pada saat kami sangat membutuhkan"
Kehadiran Israel ini bermula dari permintaan Lee Kuan Yew untuk membentuk divisi pertahanan keamanannya di saat negara Sinagapura baru berdiri, 9 Agustus 1965.
Menurut Lee, permintaan ini juga sudah diajukan sebelumnya kepada India, Mesir, dan Inggris, namun tidak ditanggapi. Hanya Israel yang bersedia pada waktu itu.
Mengapa Lee Kuan Yew memilih Israel?
Bukan semata-mata karena tidak ada negara lain yang bersedia membantu menurutku, namun kesamaan kondisi sebagai negara kecil yang merasa tidak aman dan ketakutan dengan negara yang jauh lebih besar di sekitarnya.
Israel tidak dapat berdamai dengan negara-negara Arab di sekitarnya, sementara Singapura hidup di bawah bayang-bayang ketakutan potensi invasi Malaysia dan Indonesia.
Kesamaan kondisi dan kebutuhan keamanan bersama ini mempererat dan menyatukan hubungan bilateral kedua negara. Bukan sekadar perdagangan senjata dan kliennya.
Namun pemilihan PM Lee Kuan Yew kepada Israel ini pun tak lepas keberhasilan operasi Mashav, akronim Ibrani untuk Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Israel, yang didirikan sebagai sebuah divisi dari kementerian luar negeri sejak tahun 1957 kepada Singapura, bahkan sebelum negara ini merdeka di tingkat akar rumput.
Utang budi Singapura kepada Israel inilah yang menjadi penyebab utama dukungan pada diplomasi internasional Israel.
Bukti ini bisa dilihat jelas bahwa Singapura sangat mendukung Israel dalam diplomasi dan mendorong kedekatan hubungan dengan negara dan bangsa di Asia Tenggara. Hal lainnya yaitu abstain pada resolusi PBB pada setiap penentuan status Palestina.
Apa yang dilakukan Israel memenuhi permintaan Singapura? PM Israel pada waktu itu Yitzak Rabin memberikan instruksi khusus:
"Pertama, kita tidak akan mengubah Singapura menjadi koloni Israel. Tugas Anda adalah mengajari mereka profesi militer, melatih mereka agar bisa menjalankan pasukan mereka sendiri. Keberhasilan Anda akan terjadi jika pada tahap tertentu mereka dapat mengambil kemudi dan menjalankan pasukan sendiri.
Ke dua, Anda tidak pergi ke sana untuk memerintah mereka tetapi untuk menasihati mereka.
Dan ke tiga, Anda bukan pedagang senjata. Saat Anda merekomendasikan barang untuk dibeli, gunakan penilaian militer profesional yang paling murni.
Saya ingin menyerahkan sepenuhnya keputusan mereka apakah akan membeli di sini atau di tempat lain."
Rincian bagaimana Israel membantu membangun angkatan bersenjata Singapura bisa dilihat dalam buku 'Beating the Odds Together: 50 Years of Singapore-Israel Ties'. Buku setebal 160 halaman itu diterbitkan bersama oleh Middle East Institute di National University of Singapore dan World Scientific diluncurkan di The Arts House pada 9 Desember 2019.
Secara singkat berdasar waktu bisa diungkap sebagai berikut:
1965 – Singapura menjadi negara yang berdaulat
1968 – Singapura membeli 72 tank AMX-13 dari Israel
1997 – Pendirian Yayasan Penelitian dan Pengembangan Industri Singapura-Israel
2012 – Singapura abstain dari pemungutan suara PBB atas status Palestina di PBB
2016 – Perusahaan rintisan Israel OurCrowd membuka kantor di Singapura
2017 – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengunjungi Singapura
Mengingat strategi pertahanan Israel adalah aktif agresif, maka pola yang sama bisa jadi juga dilakukan oleh muridnya, Singapura dalam bentuk lain.
Pola-pola pertahanan Singapura bukan sekadar bersifat defensif, melindungi ancaman teritorialnya, namun mengantisipasi ancaman sedini mungkin di luar teritori mereka yang memang kecil.
Maka tak heran intelijen Singapura sangat aktif memasuki dan meneliti kondisi negara tetangga. Dan bila perlu mengkondisikan situasi di wilayah musuh agar tidak punya kesempatan dan kekuatan untuk mengancam teritori Singapura.
Sikap Indonesia yang sedari awal berada di sisi Palestina, sesuai dengan keinginan bangsa Indonesia pada masa Presiden Abdurrahman Wahid menjadi tampak kontroversial ketika malah mendukung Israel. Ini diungkap jelas pada tulisan media Israel 'A Friend of Israel in the Islamic World' yang dipublikasikan tahun 2004.
Sikap Abdurrahman Wahid ini juga bisa dilihat dari buku yang ditulis Djohan Efendi berjudul 'Damai Bersama Gus Dur' (2010).
Apapun latar belakang pembenarannya, menurutku justru Gus Dur yang globalis sudah dimanfaatkan agen-agen Israel, sama seperti Sukarno dimanfaatkan agen-agen komunis internasional.
Sebagai pribadi, Sukarno maupun Abdurrahman Wahid boleh saja suka atau tidak suka terhadap suatu kondisi, tetapi sebagai pemimpin dan penggerak bangsa Indonesia sekaligus pemegang amanat UUD 45, maka kesukaan yang memudahkan infiltrasi demikian akan sangat berbahaya bagi stabilitas keamanan dalam negeri maupun diartikan sebagai pengkhianatan terhadap tekad dan sikap bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 45.
Pembukaan hubungan ini pun selanjutnya ditindaklanjuti Luhut Binsar Pandjaitan yang juga bekas Duta Besar Indonesia di Singapura jaman Soeharto, yang saat pemerintahan Abdurrahman Wahid bertindak sebagai menteri perindustrian dan perdagangan, menandatangani Surat Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 yang melegalkan hubungan dagang antara RI dan Israel. Hal ini menyebabkan protes besar-besaran terhadap pemerintahan Abdurrahman Wahid.
Pertanyaannya: Mengingat hubungan Indonesia yang berdiri bersama Palestina dan solidaritas bangsa Arab, apakah tidak mungkin Israel dan Singapura melakukan operasi senyap di wilayah Indonesia dengan tujuan mengeliminir ancaman dengan salah satunya menyudutkan kelompok tertentu agar bisa memutus mata rantai hubungan solidaritas atas nama agama tertentu?
Operasi senyap yang mirip dalam kasus berbeda yang juga dilakukan oleh China kepada Indonesia, sehingga Indonesia diam ketika Tibet dan Taiwan dikolonisasi China?
(*)