Duet Ganjar-Anies Hindari Polarisasi pada Pilpres 2024

[PORTAL-ISLAM.ID] JAKARTA - Semua pihak, terutama partai politik (parpol) dan media massa diimbau untuk bergerak bersama menghindari polarisasi, agar peristiwa yang mengancam keutuhan bangsa seperti pada pemilihan presiden (pilpres) 2014 dan 2019 tidak terulang kembali. 

Polarisasi terjadi jika pilpres menghadap-hadapkan pasangan capres yang didukung kelompok nasionalis dan pihak yang dilabelkan sebagai ekstrem kanan. 

Duet Ganjar Pranowo-Anies Baswedan dinilai mampu menghindari polarisasi.

“Kita harus duduk bersama untuk menentukan calon yang punya komitmen yang jelas kepada pluralisme dan persatuan bangsa. Kita cari calon yang baik agar yang kita pilih adalah yang terbaik dari yang baik. Tidak ada calon yang sempurna. Tapi, bukan the best among the worst (yang terbaik di antara yang terburuk),” kata Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam diskusi dengan para pemimpin redaksi nasional di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta, Rabu (25/05/2022) lalu.

Gedung berlantai 23 dengan luas 30.000 meter persegi ini menjadi salah satu gedung ikonik di DKI Jakarta. 

Selain ruang kerja pribadi Surya Paloh, ada galeri kebangsaan, perpustakaan, war room, ballroom, mini theatre, perkantoran, sky garden, spa hingga helipad. 

“Gedung ini dengan berbagai fasilitas dimaksudkan untuk menggelorakan semangat dan mengangkat martabat bangsa ini,” jelas Surya.
Duduk Bersama

Hal yang harus disepakati terlebih dahulu dalam duduk bersama, kata Surya, adalah kesepakatan terhadap komitmen kebangsaan, yakni pluralisme, persatuan, dan kesatuan bangsa. Dalam duduk bersama, semua pihak menyatukan pemahaman, menghindari konflik.

Siapa calon ditentukan kemudian. Dalam membicarakan konsensus, semua pihak diajak duduk bersama. Tidak ada pihak yang ditinggalkan.

“Kasih tempat kepada pihak yang dianggap berseberangan. Kita dipersatukan oleh spirit bersama yakni persatuan dalam keberagaman. Ada konsensus untuk tidak memberikan tempat kepada pihak yang tidak berkomitmen terhadap keberagaman dan persatuan,” ujar Surya.

Selain itu, calon juga harus memiliki visi yang bagus untuk kemajuan bangsa agar Indonesia mampu bertumbuh dan berkembang, mencapai kemajuan hingga setara dengan bangsa maju.

Lewat sikap tulus untuk duduk bersama dan komitmen yang sama untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa yang pluralistik, tidak ada lagi dikotomi “cebong” dan “kampret”. 

“Langkah pertama, kita berikan kesempatan kepada semua pihak untuk duduk bersama dan membuat konsensus,” jelas Surya.

“Kita perlu mendukung calon yang memiliki komitmen jelas kepada pluralisme dan kesatuan bangsa. Komitmen kebangsaan adalah harga mati,” tegas pendiri Nasdem itu.

Saat ini beredar sejumlah nama yang menjadi bakal capres. Dua bakal capres yang sudah memiliki parpol pengusung adalah Prabowo Subianto, ketua umum Partai Gerindra, dan Puan Maharani dari PDI-P.

Dua bakal calon kuat yang belum memiliki parpol adalah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. 

Koalisi Indonesia Bersatu — Golkar, PAN, dan PPP — belum mempunyai calon. Meskipun masing-masing ketua parpol bisa menjadi bakal calon, namun yang memiliki elektabilitas tinggi adalah bakal calon di luar partai. Sejumlah sumber menyebutkan, Koalisi Indonesia Bersatu dibentuk untuk mengusung Ganjar Pranowo.

Di luar itu, Nasdem, Demokrat, dan PKS bisa mengusung Anies Baswedan. 

“Anies adalah calon yang layak dipertimbangkan. Dia perlu diberikan kesempatan karena dia sudah punya pendukung fanatik. Jika dia tidak diakomodasi dalam pencalonan akan ada dampak buruk bagi bangsa ini,” papar Surya.

Nasdem akan memberikan tempat kepada semua bakal capres yang memiliki elektabilitas tinggi, termasuk Anies dan Ganjar. Siapa yang diusung Nasdem akan ditentukan September 2022. 

Ketika ditanya, apakah bisa Ganjar dan Anies diduetkan, Surya menjawab, “Itu solusi bagus untuk menghindari polarisasi.”

Namun, siapa yang bakal nomor satu, Surya menjawab diplomatis. “Karena kelihatan Anda pendukung Ganjar, maka saya jawab, duetnya adalah Ganjar-Anies,” ungkap Surya menjawab pertanyaan seorang pemred.

Nasdem pada Pilpres 2024 belum memiliki calon internal, baik capres maupun cawapres. “Kita harus tahu diri. Semua harus ada learning process. Kita nanti punya calon pada Pilpres 2029,” kata Surya.

Dengan tidak mengusung calon internal, demikian Surya, Nasdem bisa dengan lebih leluasa merangkul parpol lain dan diterima parpol lain dalam koalisi. Posisi ini akan dimanfaatkan optimal oleh Nasdem pada Pilpres 2024.

Surya menjelaskan, pihaknya akan terus berusaha melakukan penyederhanaan parpol. Jika pada pemilu legislatif (pileg) 2019 Nasdem meraih 59 kursi atau 10,2% kursi di DPR sehingga masuk partai menengah dan berada di peringkat ke-4, pada Pileg 2024, Nasdem menargetkan posisi nomor tiga.

Sejak 2014, demikian Surya, Nasdem konsisten memperjuangkan penyederhanaan parpol lewat parliamentary threshold (PT) 7 persen. Upaya penyederhanaan parpol itu komitmen Nasdem. “Kalau Nasdem tak mampu meraih 7%, itu adalah risiko sebuah perjuangan,” ungkap Surya. Pada Pileg 2019, ambang batas parlemen yang diberlakukan adalah 4%.

Sementara, angka presidential threshold atau ambang batas bagi parpol atau pasangan parpol untuk mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024, yakni sebesar 20% kursi DPR atau 25% suara sah nasional dalam pileg. Para pegiat demokrasi sudah melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) agar Pres-T dihapuskan, namun, gugatan ini ditolak MK.


Baca juga :