Azan dan Gonggongan Anjing
Oleh: Erizal
Ini bukan waktunya saya menulis. Termasuk, menulis soal anjing-anjing liar komplek, Si Black, yang sudah pergi entah ke mana. Lalu, kini diganti anjing-anjing liar yang lain, yang kalau menggonggong bersamaan memang membuat pekak telinga, batu bisa melayang.
Tapi, anehnya, gonggongan anjing-anjing liar komplek saya ini, tak pernah pula bersamaan dengan suara azan yang syahdu mendayu di langit-langit komplek yang nyaman dan asri ini. Tak tahu juga, apa anjing-anjing liar komplek saya ini, juga menikmati syahdu suara azan itu.
Anjing-anjing liar itu mungkin juga sadar. Tak mungkin ia menggonggong mengganggu, mengalahkan, suara azan yang berada di atap atau kubah masjid, sementara ia berada di bawah, di gang komplek yang corannya sudah mulai terkelupas, rusak, dimakan usia.
Gila saja, jika ada orang, pejabat, atau siapalah, yang menyamakan gonggongan anjing-anjing liar, dengan suara azan, dikatakan sama-sama memekakkan telinga. Anjing-anjing liar itu saja kiranya tak akan melakukan itu. Buktinya, tak pernah pula terdengar gonggongan anjing dan suara azan itu secara bersamaan. Buktikanlah!
Jangan sampai kalah pula kita dengan anjing. Anjing-anjing, apakah liar atau peliharaan, tak bersalah. Apalagi, menyalahkan gonggongan. Hanya itu ia bisanya, dan itu pemberian Tuhan. Jika bisa bersiul seperti burung, ia akan bersiul. Tapi, tidak. Anjing, ya menggonggong itulah.
Jadi, tak ada kaitan antara gonggongan anjing-anjing liar di komplek saya dengan azan. Yang menggonggong saat azan, mungkin bukan anjing, tapi manusia. Manusia yang terganggu dengan panggilan Tuhannya, bukan tenang, bersyukur, masih diberikan nikmat yang melimpah seperti nikmat seekor anjing, karena masih bisa menggonggong, bukannya bersiul.
(fb)