Gus Uwik: Membaca Agenda Dibalik Isu Terorisme

MEMBACA AGENDA DI BALIK ISU TERORISME

Oleh: Gus Uwik (Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam)

Isu terorisme kali ini bisa dikatakan termasuk operasi tingkat tinggi. Karena minimal ada 3 keuntungan yang sekaligus dipanen oleh rezim. Pertama: sebagai penguat program moderasi beragama. Kok bisa? Perlu diingat, umat Islam saat ini sedang menolak keras program ini. Karena terbukti mengacak-acak ajaran Islam dan berpotensi dipakai untuk mengkriminasi syariat Islam dan aktivisnya. Apalagi program moderasi beragama berkelindan dengan Permendikbudristek no 30 tahun 2021 yang "menghalalkan" seks bebas.

Isu penangkapan terorisme kali ini memberi pesan bahwa masih ada kelompok teroris yang itu berseberangan dengan program moderasi beragama. Kita tahu bahwa kelompok radikal menjadi legasi utama sasaran muncul program moderasi beragama. Penangkapan terorisme memberi pesan itu. Program moderasi beragama diharapkan mendapat tambahan legasi terus berjalan dan bahkan dikuatkan lagi.

Kedua adalah sebagai jalan untuk mengkriminalisasi aktivis Islam dan ormasnya. Penangkapan ini banyak yang mengatakan janggal. Kenapa jikalau sudah diketahui sejak lama sebagai teroris namun tidak segera ditangkap dari dulu? Kenapa seolah-olah nunggu moment dan dicicil? Walau nyatanya yang ditangkap adalah sosok-sosok yang dikenal publik baiknya dan terbuka. Bukan seperti terorisme yang biasanya jarang bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Wajar jika penangkapan ini banyak yang mengatakan penuh rekayasa.

Apalagi jika dikaitkan dengan pesan Buya Tengku Zulkarnain ketika masih hidup menyampaikan ke KH Ma'ruf Amin kekhawatiran rekayasa dan makar untuk membubarkan ormas Islam; yakni HTI dan FPI jika tidak dicegah maka akan menyasar MUI juga. Buya telah membaca rekayasa dan makar kuat ke arah sana. Pesan pengingat sudah disampaikan, namun ternyata dibiarkan bahkan diaminkan. 

Dan kekhawatiran itupun benar terjadi. HTI dan FPI penuh rekayasa dibubarkan. Bandul stigmatisasi buruk buzzeRp bergeser ke MUI. Dengan jalan ditangkapnya 3 ustadz dengan tuduhan terorisme langsung disambar oleh buzzeRp membangun opini pembubaran MUI. Penangkapan ini, nampaknya jelas untuk pengkondisian itu.

Ketiga adalah untuk menutupi kasus-kasus besar. Masih segar dalam ingatan, masyarakat sedang menuntut keadilan kepada rezim atas tindakan dzolim pejabat yang memanfaatkan kesusahan rakyat untuk bisnis pribadinya tatkala pandemi covid. Juga korupsi bansos pandemi yang tidak mampu mengungkap aktor inteletual dan kemana dana itu mengalir. Siapa yang menikmatinya.

Kasus-kasus tersebut sudah dilaporkan oleh masyarakat ke penegak hukum. Baik KPK, BPK hingga Kepolisian. Opini dan geliatnya begitu kuat. Mampu membuka dan menelanjangi kebobrokan penguasa. Naiknya isu terorisme ini diharapkan mampu 'meredam' dan 'menutupi' kasus-kasus besar yang ada. Dan jika kita lihat polanya, sering berulang. Jika ada kasus besar yang terungkap oleh publik, langsung diguyur oleh isu terorisme.

Sungguh lucu, terorisme saat ini tidak perlu legasi kerusakan atau adanya bom lagi. Cukup narasi dia terkait kasus ini dan itu. Dengan itu bisa langsung menangkapnya dan opininya di blow up begitu besar. Harapannyan bisa menutupi kasus-kasus yang menunjukkan kebobrokan rezim. Sungguh makar yang luar biasa.

Namun jangan sedih dan berkecil hati. Sungguh makar Allah SWT lebih baik dan lebih dahsyat dari itu semua. Bagi Allah SWT sangat mudah membuka aib seseorang dan rezim. Dan sangat mudah pula untuk mempergilirkan kekuasaan. Saatnya naik. Dan titik tertentu diturunkan oleh Allah SWT. Turun dengan terhormat ataukah dipaksa turun dengan kehinaan. 

Wallahua'lam bishowab.

(Sumber: fb penulis)

Baca juga :