Tanggapan Atas Tulisan Yang Meragukan Serbuan Pasukan Gajah Raja Abrahah Seperti Difirmankan Allah Dalam Surat Al-Fil

Tanggapan Atas Tulisan Pak Nurseto Ardiputranto Yang Meragukan Serbuan Pasukan Gajah Raja Abrahah

Oleh: Rijal Mumazziq Z

Mbokyao sekalian menelaah taktik Hannibal Barca dari Kartago saat nyerbu Roma. Dia bawa pasukan gajah juga. Bahkan melewati pegunungan Alpen. Telaah juga pendapat sejarawan militer tentang kemungkinan ini. Sudah dibahas di BBC juga. Jauh sebelum itu, pasukan gajah juga dipakai oleh Alexander Agung dan Xerxes sebagai kavaleri berat.

(1) Serangan Abrahah 570 M. Serangan Hannibal Barca dari Kartago ke Romawi 216 SM. Jadi penggunaan gajah sebagai kavaleri berat itu sudah berabad-abad. Soal teknologi militer, misalnya, juga harus dikaji secara komprehensif. Dari kavaleri berat dan ringan, maupun soal pasukan infanteri yang sanggup menempuh jarak ribuan kilometer. Jangan lupakan juga soal laut. Teknologi kapal kargo zaman itu sudah maju. Sekadar angkut gajah dari Afrika ke kawasan Arab sangat mudah. Belum lagi titik-titik garnisun yang menyebar di beberapa kota di Arab saat itu untuk konsolidasi pasukan. Jadi, telaah masa lampau juga harus diperdalam. Bukan terburu-buru menyatakan sebagai sebuah dongeng. "Ketidaktahuan kita atas sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada, bukan?" Ini Postulat sederhana dalam bermain logika. Ayolah, main ilmu mantiq dulu sebelum bersuara. Borobudur tidak diketahui oleh penduduk desa di Kediri pada abad ke 17, misalnya, bukan berarti Candi Terbesar itu tidak ada bukan?

(2) Membaca masa lampau dengan perspektif hari ini seringkali menyesatkan. Butuh bahan-bahan komprehensif secara menyeluruh. Saya suka melihat tayangan di YouTube tentang teknik perang purba yang dimainkan di film sejarah Hollywood, di mana dalam tayangan singkat ini dihadirkan sejarawan, ya sejarawan, yang menguasai keilmuan di abad pertengahan, dan kemungkinan realisasi taktik tempur tersebut. Misalnya sejarawan dan praktisi penggunaan pedang panjang ala ksatria Inggris abad medieval diwawancarai untuk menganalisis teknik bermain pedang ala Robin Hood (2010) versi Russel Crowe, atau teknik kavaleri berkuda ala film A Knight's Tale (2001) yang dibintangi Heath Ledger itu.

Membaca serbuan Abrahah zaman itu dengan cara pandang hari ini memang tampak ajaib, wow, tapi gampang dipatahkan. Mungkinkan gajah diangkut ke Yaman? Amboi. Pertanyaan meremehkan kemampuan serdadu dan teknologi militer zaman bahulea nih. Dalam wawancara dengan sejarawan yang menguasai sejarah Romawi, dinyatakan kalau Hannibal juga mengusung gajah melewati Pegunungan Alpen menuju Roma, walaupun juga banyak yang tidak mampu melawan cuaca. Yang paling penting, kita baca-baca dulu literatur teknik perang kuno sebelum membuat kesimpulan.

Bukankah Yaman hari ini sebagian wilayahnya tandus? Mustahil dong gajah perang yang butuh asupan gizi dan kalori banyak bisa hidup di gurun? Soal ini, kita bisa melacaknya dalam perubahan kontur geografis. Dua milenium tentu banyak perubahan iklim dan kontur geografis/geologis yang terjadi di dalam sebuah kawasan. Lha wong Laut Aral di Asia Tengah saja sudah kering kerontang dalam kurun waktu seperempat abad terakhir, kok. Apalagi di beberapa wilayah lain. Jadi perlu kajian mendalam terhadap alam Yaman, tempat basis pasukan Abrahah, itu pada saat penyerbuan terjadi sesuai dengan konteks zaman itu. Ini penting. Kalau cara pandang saat ini dipakai melihat masa lalu, ya seringkali tersesat. Contoh lain, Burkina Faso pernah kering, bertanah tandus setengah abad silam, tapi berkat Yacouba Sawadogo, nyaris seorang diri selama 30 tahun menghijaukan gurun gersang di Afrika Barat, kawasan tersebut subur saat ini. Artinya pembacaan geografis ribuan tahun lalu tidak bisa kita lakukan dengan cara pandang hari ini, karena alam itu wataknya dinamis. 

(3) Bangsa Arab memiliki tradisi mengabadikan peristiwa besar melalui syair dan cerita tutur yang diwariskan secara turun temurun, juga menandai tahun peristiwa tersebut dengan sebutan tertentu. History Of The Arab karya Philip K. Hitti, atau buku 5 jilid karya sejarawan Jawwad Ali, menegaskan hal ini. Al-Ayyam (Hari-hari Istimewa) dan al-Ansab (Silsilah), juga pada Laqab (Gelar), menjadi tradisi bangsa Arab pra Islam. Sebatas pengetahuan saya, tapi lupa ini sumbernya, peristiwa serbuan Abrahah juga diabadikan dalam tradisi lisan bangsa Arab saat itu melalui syair. Mereka bangga karena merasa Allah menolong mereka dari invasi bangsa asing. Dan, Allah pun juga mengabadikannya melalui QS. Al-Fiil. Allah melalui Rasulullah tidak mengabadikan sebuah peristiwa, nama orang, benda, maupun nama hewan, sebagai sebuah surat, kecuali memang istimewa, atau "tidak bisa diabaikan sebagai sesuatu yang biasa".

Jangan lupa, leluhur kita juga punya kebiasaan menamai anaknya dengan nama gajah sebagai bentuk kekaguman dan "tafa-ulan" ala Wong Jowo. Seperti Gajahmada, juga Gajah Enggon, pengganti Gajahmada di era Tribuana Tunggadewi.

***

Daya kritis dan cara pandang alternatif itu penting dan bagus, sebagaimana tulisan di bawah ini. Tapi kalau hanya setengah-setengah, dan tidak komprehensif, malah terkesan terburu-buru, hasilnya tampak ejakulasi dini.

Baca juga :