Mari Kita Terbang, Okto!

Mari Kita Terbang, Okto! 

Seandainya Papua merdeka, kemungkinan besar tim Nasional sepakbola-nya akan mengalahkan kita. Itu karena saking banyaknya pesepakbola moncer dari Bumi Cendrawasih tersebut. 

Tapi Papua tak akan merdeka. Ia harus tetap berada dalam pangkuan Ibu Pertiwi. Bebunga cinta harus terus mekar di Papua, seperti rekah mentari yang mula bersinar dari ufuk timur. 

Okto Maniani adalah satu di antara pemain Timnas yang menjadi kebanggaan Indonesia. Kepak sayap Garuda tak jarang terjadi karena gol yang dicetak pemuda hitam manis tersebut, ataupun saat pergerakannya mengancam gawang lawan. 

Serius, Okto telah berulangkali memantik kepak sayap Garuda. Bukan sayap kebonekaan, seperti yang coba digaungkan belakangan ini. 

Lahir di Raja Ampat, Papua pada 27 Oktober 1990. usianya masih 30 tahun. Masih muda, walau untuk ukuran pemain bola yang memerlukan speed tinggi, ia sudah mulai kalah adu sprint dengan para pemain yang berusia di bawah 30 tahun. 

Selain pernah tercatat menjadi pemain Timnas, Okto juga sudah pernah bermain di berbagai klub profesional, seperti PSMS Medan, Persitara Jakarta Utara, Sriwijaya FC, Madura United, Persiba Balikpapan dan lain-lain. 

Okto sudah bermain bola sejak belia. Pada usia 15, ia telah bermain untuk Persipura U-18 dan Persipura U-21. Pada usia tersebut, ia juga sudah dipanggil Timnas U-17. 

Okto memang tak secemerlang kakaknya, Boas Salossa. Tapi setidaknya, ia pernah memerah keringat untuk keharuman bangsanya. Melalui dua kakinya, ia pernah disaksikan jutaan pasang mata ketika sayap Garuda benar-benar berkepak. 

Entah seperti apa asbabul wurudnya, tetiba sampai ke telinga Indonesia, bahwa Okto Maniani bergabung dengan Partai Gelora. 

Sebagai bagian dari partai biru tosca, tentu saya menyambut kedatangan putra Papua tersebut dengan gembira. 

“Saya sudah, baru kamu. Cepat sudah, gercep!” teriak Okto melalui video pendek yang banyak dibagi oleh kawan-kawan Partai Gelora. 

Saat berbicara dalam video tersebut, Okto tampak memakai kaos Partai Gelora dan menunjuk-nunjukkan tangannya ke hadapan. 

Bergabungnya Okto Maniani, seorang muda, mantan pemain Timnas, orang Papua, menjadi satu pesan bahwa Partai Gelora tidak basa-basi ketika menyebut diri sebagai partai terbuka. 

Untuk bersama dalam satu partai, memang seharusnya mengenyampingkan segenap sekat kedaerahan, suku, agama dan apapun itu. 

Sebab semangat semua orang yang bergabung dalam satu partai adalah untuk bersama merebut kekuasaan, sebagai cara yang paling absah dan leluasa membangun Negara dan berbakti kepada Bangsa. 

Sinergi para muda seperti Okto Maniani, Rico Marbun, Hudzaifah Taufik, Sultan Alam Gilang Kusuma dan lain-lain adalah kekuatan sesungguhnya bagi Partai Gelora untuk bisa terbang. 

Anis Matta, Fahri Hamzah, Mahfudz Sidik dan yang seangkatan memang belum terlalu tua. Tapi energi mereka sudah tidak seperti awal-awal berpolitik pada tahun sebelum 2000. 

Maka, otot-otot kuat yang masih energik seperti Okto ini harus terus direkrut. 

Selamat datang, Okto Maniani. Sudah cukup lama kamu berpacu di rumput hijau. Sekarang mari kita mula terbang ke langit biru. 

(By Abrar Rifai)

Baca juga :