MIKIR
Di page ini, ketika netizen kelompok tertentu kehabisan argumen untuk membantah sebuah tulisan kritis, maka apa favorit komen mereka? Berikut akan kami jawab semuanya. Kita berterus-terang saja. Biar sama2 enak. Tidak apalah kali ini kita biarkan kosakata kasar, dll.
1. 'Elu pergi saja ke luar negeri sana anjing Tere Liye!'
Jawaban: Baik, saya sih mau banget, jing. Tapi tolong kamu bayarin, kamu urusin pindah warga negaranya. Serius, sy mau banget.
2. 'Tere Liye babi ini ngerasa pintar banget, kenapa nggak kamu saja yang jadi komisaris BUMN?'
Jawaban: adik2 sekalian sesama babi, ketahuilah, kalau Tere Liye jadi komisaris BUMN, negara otomatis rugi. Kami kasih hitung2annya. Setahun kontribusi pajak dari karya2 Tere Liye itu milyaran (PPN, PPh, dll), persis dia jadi komisaris BUMN, apa yg terjadi? Dia berhenti nulis dong, karena dia harus sok fokus ngurus BUMN. Dus, negara kehilangan pajak milyaran. Dan lebih kacau lagi, negara harus ngasih gaji+tantiem 40 milyar ke dia (misal komisaris di Pertamina), total jenderal rugi negara lebih banyak lagi. Crazy, bahkan belum ngapa2in, negara sudah rugi segitu. Iya kalau dia becus kerja, kalau dia cuma cuap2 bergaya doang di media? Tapi harga BBM tetap tinggi, dll? Kan repot.
3. 'Tere Liye ini pansos, buku2nya nggak laku, jadilah dia nyari perhatian nulis politik, penulis murahan sih.'
Jawaban: Kamu ada benarnya. Buku2 Tere Liye itu boleh jadi memang tidak laku. Saking tidak lakunya, di toko2 buku numpuk, bahkan butuh 2-3 meja hanya utk buku2 Tere Liye. Kasihan kan, jadi ayo, biar dia tidak berisik kritis, kamu bantu kurangin tumpukannya. Tapi begitulah, persis kamu kurangi, besok itu buku balik lagi numpuk. Ngomong2, kamu kapan terakhir ke toko buku sih? Kayaknya mungkin sejak lahir kamu belum pernah ke sana.
4. 'Kalau kamu memang ngerasa tahu semuanya, kenapa nggak jadi Menteri atau Presiden saja?'
Jawaban: Ini sama dengan poin nomor 2. Kalau Tere Liye jadi pejabat, negara otomatis rugi. Dan saya juga rugi. Kok saya rugi? Kamu harus tahu, dalam negara demokrasi, posisi tertinggi di rakyat. Masa' sy disuruh turun pangkat jadi pejabat? Rugi. Pembaca sy juga rugi. Mereka nungguin buku2 baru, sy jadi pejabat, nggak ada lagi buku baru. Dan jangan lupa, kasihanilah pembajak buku di negeri ini. Jutaan buku Tere Liye dibajak sama mereka. kalau kagak ada buku baru, nanti pembajak bajak buku siapa? nanti mereka stres, depresi, kehilangan nafkah, bunuh diri? Gimana?
Kurang lebih begitu. Jadi dear netizen sesama anjing dan sesama babi, ketahuilah, saat orang masih berisik mengingatkan, itu tanda sayang. Karena kalau dia diam2 saja, ssstt, yg ada, dia malah diam2 motongin bansos pandemi. Atau menurutmu yang begini yg sayang ke negara? Baiklah, kalau begitu, pantas saja kamu tidak sekalipun ngomel2 di akun medsosmu membahas Menteri dari Gerindra dan Menteri dari PDIP yg ditangkap KPK itu.
(By Tere Liye)
*Mikir Di page ini, ketika netizen kelompok tertentu kehabisan argumen untuk membantah sebuah tulisan kritis, maka apa...
Dikirim oleh Tere Liye pada Selasa, 06 April 2021