ISLAM DI RUSIA

ISLAM DI RUSIA

Kemunculan Khabib Nurmagomedov sebagai Juara UFC menimbulkan euforia di tengah sebagian kaum muslimin. Sebagai seorang warganegara Rusia, Khabib tetap menunjukkan ghirah keislamannya.

Mungkin sebagian kita bertanya-tanya seberapa besar kaum muslimin di Rusia? Bagaimana sejarah mereka di negeri beruang merah ini?

Untuk mengetahui ini kita harus kembali ke masa-masa kejayaan Islam.

Dahulu negeri-negeri Islam begitu banyak di Asia Tengah. Crimea, Kazakh, Bukhara, Dagestan, bahkan Georgia (Jurjan) adalah negeri-negeri Islam. Bahkan ulama besar Islam periwayat hadits Imam Bukhari berasal dari negeri Bukhara yang sekarang masuk ke dalam wilayah Uzbekistan. Sampai kemudian negeri-negeri ini jatuh ke dalam kekuasaan Ke-Tsaran Rusia.

Selama di bawah Ke-Tsaran Rusia, kaum muslimin mengalami berbagai opresi dari kerajaan yang menjadikan Kristen Ortodoks sebagai agama resmi negara. Sampai kemudian terjadi Revolusi Bolsheviks di tahun 1917.

Syaikh Muhammad bin Sulthan Al Ma'shumi salah seorang ulama Bukhara menjadi saksi bagaimana perlakuan kaum Bolsheviks kepada kaum muslimin di masa revolusi tahun 1917. Mereka menjanjikan kebebasan kepada kaum muslimin kalau ikut turut serta menumbangkan Tsar Nicholas.

Banyak yang tertipu dengan Kaum Bolsheviks ini. Sebagian kaum muslimin ikut mendukung mereka, bahkan memakai bendera LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH lalu di bawahnya tertulis "Kebebasan, Keadilan dan Persamaan!".

Paska tumbangnya Tsar Nischolas dan bubarnya monarki Rusia, kaum Bolsheviks memberikan otonomi kepada kaum muslimin. Mereka bahkan diberikan otonomi dan kesempatan untuk menegakkan syariat Islam di negeri-negeri mereka. Di Chechnya, Dagestan, Uzbekistan, Azerbaijan dan wilayah muslim lainnya dipersilakan menjalankan syariat Islam.

Syaikh Ma'shumi bahkan pernah diangkat menjadi ketua Mahkamah Islam dan bergabung di parlemen di Moskow. 

Tapi ini tidak berlangsung lama, di bawah komando Lenin yang kemudian digantikan oleh Stalin terjadilah penindasan terhadap kaum muslimin. Ribuan ulama dieksekusi, sebagiannya lagi dikirim ke Siberia sampai mati di sana sebagian besar mereka.

Syaikh Ma'shumi sendiri beberapa kali dipenjara sampai kemudian bisa melarikan diri ke Cina yang ketika itu masih dikuasai oleh Kuomintang yang relatif bersimpati kepada kaum muslimin sampai kemudian pindah dan menetap di Makkah.

Setelah itu Partai Komunis melarang semua kegiatan keagamaan. Masjid-masjid ditutup dan kaum muslimin dipaksa meninggalkan identitas keagamaan mereka.

Di foto-foto lama, kita akan dapati wanita muslimah Rusia (yang kemudian berubah namanya menjadi Uni Soviet) mayoritasnya menggunakan cadar dan laki-lakinya berjanggut, menunjukkan kuatnya mereka berpegang teguh kepada agama. Identitas ini semua dipaksa untuk dilepaskan. Mirip seperti yang dilakukan oleh pemerintah komunis cina kepada saudara-saudara kita di Xinjiang Uyghur hari-hari ini.
Hal ini terus berlanjut sampai kemudian di tahun 1990an terjadi perubahan drastis di Uni Soviet. Michael Gorbachev, pemimpin Soviet yang sama sekali bukan keturunan Sunda, menerapkan Glasnost dan Perestroika yang mengusung reformasi dan keterbukaan.

Mulailah kaum muslimin diberi kebebasan menjalankan agama mereka. Bahkan sebagian diizinkan untuk berangkat haji.

Saya pernah membaca cerita tentang rombongan haji awal dari Rusia paska Glasnost dan Prestorika. Mereka ketika awal tiba di Saudi, bertemu Syaikh Al Utsaimin. Syaikh Al Utsaimin memberikan ceramah dengan diterjemahkan ke bahasa Rusia. 

Para jamaah Rusia ini sangat terkesan dengan nasihat-nasihat Syaikh. Setelah Syaikh selesai memberikan ceramah, di antara mereka ada yang bertanya siapa nama beliau.

Ketika menyadari bahwa yang memberikan ceramah adalah Syaikh al Utsaimin, mereka menangis.. larut dalam keharuan.. mereka satu persatu memeluk dan mencium kening syaikh.

Syaikh bertanya apa yang terjadi? Kenapa mereka menangis?

Salah seorang di antara mereka menjawab, "Wahai Syaikh, engkau adalah guru kami. Di masa komunis berkuasa, kami membaca buku-bukumu di bawah tanah.."

Di masa kepresiden Vladimir Putin, kaum muslimin Rusia tampaknya mendapatkan kesempatan yang lebih banyak untuk mengekspresikan keislaman mereka yang kini berjumlah sekitar 9 jutaan atau sekitar 6,5% dari total jumlah penduduk Rusia.
Di tahun 2015, Putin bersama dengan Presiden Erdogan serta Mahmud Abbas Presiden Palestina hafizhahumallah meresmikan Masjid Jamik di Moskow yang mampu menampung 10.000 jamaah.

Semoga Allah menjaga kaum muslimin Rusia dan menganugerahkan keistiqomahan kepada mereka.

(Wira Bachrun)

Baca juga :