Amien Rais: Anies yang Akan Menyelamatkan Indonesia

PENJEGALAN terhadap Anies Baswedan untuk maju 2024, kini dimulai semakin kencang. Opini-opini dari ‘pihak anti Anies’ pertama datang dari Istana. Yaitu pemerintah membubarkan Front Pembela Islam dan menyatakan FPI sebagai partai terlarang. Publik tentu sudah tahu hubungan akrab Anies dengan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab.

Kedua, pihak anti Anies menggunakan media Partai Solidaritas Indonesia dan Tjokro TV untuk menjegal Anies. Berita mutakhir, Fraksi PSI di DPRD DKI Jakarta kini lagi menggalang dukungan Hak Interpelasi tentang masalah banjir di Jakarta kepada Anies.

Kampanye anti Anies, anti FPI, anti Habib Rizieq dan anti pihak oposan pemerintah memang terus menerus digalang lewat Tjokro TV yang dikomandani Ade Armando, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Seperti diketahui Ade juga melakukan ‘kampanye anti Islamisasi’ di UI dan kampus-kampus negeri di seluruh Indonesia. Penganut liberalisme ini dengan Lembaga Penelitian Setara mengadakan penelitian-penelitian radikalisme di kampus beberapa tahun lalu.

Tentu pihak anti Anies telah mempunyai segudang informasi tentang Anies, mulai dari biografinya, aliansi hubungan personal dan kelompoknya, hobinya, kelebihannya dan kelemahannya. Waktu kini dan mendatang sebelum tahun 2024, kampanye pencitraan buruk Anies itu akan terus dilakukan, sampai mereka berhasil menjegal Anies untuk maju menjadi calon presiden 2024. Karena dari segi fakta di lapangan, hanya Anies calon ‘pro Islam’ yang berpotensi besar maju dalam pertarungan presiden 2024.

Amien Rais: Anies yang Akan Menyelamatkan Indonesia

“Dialah yang akan menyelamatkan Indonesia,” kata Prof Amien Rais sambil menunjuk Anies di sampingnya. 

Peristiwa itu terjadi pada tabligh akbar di Masjid al Azhar 2017 lalu. Guru Besar Ilmu Politik UGM ini menceritakan bahwa ia sempat sangat kecewa rekan sealmamaternya itu bergabung dengan pemerintah Jokowi pada 2014. Namun Amien merasa gembira saat ini karena Anies kembali ke jalan yang benar.

Anies yang kini menduduki orang nomor satu di ibukota ini memang “The Rising Star.” Prestasi-prestasi sepanjang hidupnya membanggakan, baik dalam bidang akademik maupun organisasi. 

Dalam buku “Petarung Politik: Profil Capres dan Cawapres RI 2014” (karya Yugha Erlangga dan Tim Divaro) diceritakan :
 
“Menginjak usia remaja, Anies telah menampakkan kualitasnya sebagai pemimpin. Ia tumbuh menjadi pemuda aktif. Selain pernah menjadi Ketua OSIS ketika duduk di bangku SMA 2 Yogyakarta, ia ikut serta dalam program pertukaran pelajar AFS ke Amerika. Memasuki bangku kuliah, Anies melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi UGM di tahun 1989.

Sebagai aktivis mahasiswa, Anies memilih ‘jalan lain’. Ketika sebagian besar aktivis lekat dengan kegiatan demonstrasi, sejak awal Anies memilih dunia penelitian. Sejak mahasiswa ia aktif menjadi peneliti di PAU (Pusat Antar Universitas) UGM. Ia juga mendalami jurnalisme melalui Tanah Merdeka, sebuah komunitas kreatif anak muda yang ditukangi oleh Ishadi SK yang ketika itu menjadi Kepala TVRI Yogyakarta. Melalui wadah itu, Anies mewawancai beberapa nara sumber penting (diantaranya : Mendikbud Fuad Hasan dan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto –red).

Anies tidak terlalu suka memperjuangkan ide-ide perlawanan mengandalkan retorika ala demo di jalanan. Menurutnya hal itu hanya akan menjadi bulan-bulanan Orde Baru dan hanya akan membuahkan popor senjata aparat. Karena itu ia lebih senang melakukan perlawanan berbasiskan metode ilmiah seperti riset. 

Namun bukan tidak ada ‘aksi jalanan’ yang digalang Anies ketika mahasiswa. Pada tahun 1994, Anies sempat terjungkal karena dipopor tentara saat berdemonstrasi di lingkungan kampus UGM.

Pada tahun 1995, Anies menyelesaikan studinya di UGM. Cita-citanya sederhana, mengabdi di kampus sebagai dosen. Ketika itu banyak yang menyarankannya menempuh pendidikan master terlebih dahulu. “Kalau sudah master sulit untuk ditolak, maka tidak akan ada kesempatan lagi,” kenang Anies.

Anies pun memulai langkahnya berburu beasiswa. Berkat beasiswa Fullbright, Anies dapat meneruskan S2 dan S3nya di AS. Gelar Masternya di bidang International Security and Economic Policy dari Universitas Maryland dan Doktornya ia rampungkan di Departemen Ilmu Politik, Universitas Northern Illinois. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi Wiliam R Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship and ASEAN Student Award.

Di Amerika ia juga aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi dan politik Islam di Indonesia. Artikel jurnalnya yang berjudul ‘Political Islam: Present and Future Trajectory’ dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Artikel ‘Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy‘ diterbitkan oleh BIES, Australian National University.

Banyak prestasi internasional yang telah ditorehkan Anies, diantaranya  Gerald Maryanov Award, 100 Intektual Publik Dunia, Young Global Leaders, 20 Tokoh Pembawa Perubahan Dunia, dan lain-lain.

Anies adalah pemimpin yang dibutuhkan Indonesia 2024 nanti. Saleh, cerdas, kreatif dan mempunyai jiwa kepemimpinan. Indonesia tidak hanya bisa memimpin, tapi juga dapat memberikan pencerahan setiap kebijakan yang diambilnya. Tentu sebagai manusia ia ada kelemahannya, tapi kelebihannya jauh lebih banyak dari kelemahannya.

Dari kelompok anti Anies, mungkin akan mengajukan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah). Gaya bicara Ganjar yang flamboyan dan merakyat, memang saingan yang ‘seimbang’ dengan Anies. Pertarungan pun akan seru. Masyarakat akan menikmati perdebatannya nanti di media massa atau media sosial. Dalam kebijakannya terakhir, Ganjar melarang ASN (Aparat Sipil Negara) berhubungan dengan FPI.

Walhasil, Anies mungkin tidak terbendung lagi maju sebagai kandidat calon presiden 2024. Partai yang kemungkinan besar mencalonkan adalah PKS, PAN, dan lain-lain. Hanya ‘cara-cara yang licik dan jahat’ yang bisa menghentikan langkah Anies. Dan mungkin 2024 takdir Allah menentukan Anies sebagai presiden. Semoga Indonesia tidak lagi dipimpin oleh ‘kelompok Islamofobia’ seperti saat ini. 

Wallahu azizun hakim.

(Penulis: Nuim Hidayat)

*Sumber: SuaraIslam
Baca juga :