Buku "Ganjar Tak Pernah Salat" Terbit Sejak Tahun 2009, Tsamara PSI Malah Tuding Fitnah Terhadap Gubernur Ganjar Pranowo, Dihajar Rame-rame Warganet!!

Body
[PORTAL-ISLAM.ID] Saat Semarang-Jateng dilanda banjir, tiba-tiba lalu muncul heboh buku yang memuat soal "Pak Ganjar yang tidak pernah salat dan tidak pernah bersyukur'.

Lalu digorang-goreng oleh pendukung Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Bahkan politikus PSI Tsamara Amany langsung menuding buku itu sebagai fitnah dan serangan terhadap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

"Salut dengan respons Pak @ganjarpranowo yang rileks. Fitnah & serangan semacam ini begitu murahan. Bisa-bisanya menggunakan buku pelajaran sebagai upaya menjatuhkan lawan politik," kicau Tsamara Amany di akun twitternya, Selasa (9/2/2021).

Padahal buku itu adalah buku lama. Terbit sejak tahun 2009, jauh sebelum Ganjar Pranowo jadi gubernur Jateng. 

Sontak saja, Tsamara PSI langsung kena hajar warganet.

"Sis Tamara yg terhormat, banyakin literasi ya, itu buku cetakan pertamanya tahun 2009 jadi sama sekali gak ada hubunganya sama pak Ganjar sbg Gub Jateng, malu ah jauh2 sekolah sampai di AS tapi sumbu pendek...," balas Afit Prihanto @Afit77.

Klarifikasi Pihak Penerbit  

Penerbit buku Tiga Serangkai mengklarifikasi viral buku pelajaran berisi soal yang menyebut 'Ganjar tidak pernah bersyukur'. Tiga Serangkai menyebut soal tersebut tidak ada kaitannya dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

General Manager Tiga Serangkai, Mas Admuawan, mengatakan soal tersebut pertama kali ditulis pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk kelas 3 SD terbitan tahun 2009. Saat itu nama Ganjar tidak dikenal seperti sekarang.

"Sebetulnya itu cetakan pertama kita tahun 2009. Waktu itu kan Pak Ganjar Pranowo belum menjadi public figure seperti sekarang. Jadi nama Ganjar ini tidak berkaitan dengan Gubernur Jawa Tengah," kata Admuawan saat ditemui di kantornya, Selasa (9/2/2021), seperti dilansir detikcom.

Dia mengakui soal tersebut kemudian terus dicetak pada setiap cetakan hingga 2020. Hal itu disebabkan tidak adanya perubahan kurikulum yang signifikan.

"Karena tidak ada perubahan kurikulum yang signifikan pada pelajaran agama, kita tidak melakukan revisi. Jadi soal itu selalu terbit pada cetakan selanjutnya. Nah, yang diviralkan itu terbitan 2020," ujar dia.

Admuawan juga menyayangkan adanya kabar viral yang menghubungkan kasus tersebut dengan intoleran. Bahkan kabar viral sampai mengarahkan pada tindakan radikalisme.

"Kami tegaskan itu tidak ada hubungannya. Perusahaan kami menjunjung tinggi toleransi. Karyawan kami tidak semuanya muslim. Penulis kami tidak semuanya muslim. Berbagai buku kami terbitkan, bukan hanya tokoh muslim," kata dia.

Baca juga :