Serbuan TKA China Gelombang ke Dua di Kendari Bakal Dihadang Ribuan Massa


[PORTAL-ISLAM.ID] Kendari – TKA China Gelombang Kedua dijadwalkan akan tiba di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), hari ini, Selasa (30/6/2020).

Seperti sebelumnya, kedatangan TKA asal Negeri Tirai Bambu itu akan diwarnai demonstrasi mahasiswa.

Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kendari Zulkarnain menyebut, pihaknya akan kembali memblokade jalan menuju Bandara Haluoleo Kendari.

Mereka juga akan berupaya tidak kecolongan seperti kedatangan 156 TKA sebelumnya, 23 Juni lalu.

"Pastinya kita akan turun lapangan lagi besok. Kita akan menutup akses ke sana (bandara)," kata Zulkarnain saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (29/6).

Menurut dia, pemerintah tidak terbuka soal status keahlian para TKA China yang didatangkan ini. Sebab, bila berkaca dari kedatangan 49 TKA sebelumnya yang hanya menggunakan visa 211 atau visa kunjungan, maka kedatangan TKA yang baru ini juga berpotensi hampir sama.

Selain itu, visa tersebut untuk memastikan para TKA bekerja sesuai keahliannya, bukan bekerja untuk hal yang bisa dikerjakan tenaga kerja lokal.

Tidak hanya dari HMI, Aksi penolakan kedatangan Tenaga Kerja Asing (TKA) China di Sulawesi Tenggara (Sultra) ini juga akan dilakukan komponen lain.

Salah satunya, Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Konawe (IPPMK). Ribuan massa dari organisasi itu dikabarkan akan menggelar unjuk rasa penolakan serbuan TKA China gelombang dua dengan skala besar.

Ketua IPPMK, Muhammad Arjuna mengatakan, pihaknya memastikan akan menggerakkan kekuatan besar untuk menggagalkan kedatangan TKA yang dijadwalkan datang pada 28 – 30 Juni 2020.

Bahkan, ia juga mengancam akan mengulangi tragedi pemboikotan aktivitas perusahaan PT VDNI yang pernah terjadi tahun 2016 lalu.

“Apabila mereka masih ngotot mendatangkan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) pada gelombang kedua, saya pastikan ribuan mahasiswa konawe akan menggagalkannya, jika perlu kami mengulangi tragedi pemboikotan aktivitas perusahaan PT. VDNI selama satu minggu ditahun 2016 lalu,” tegas Arjuna kepada SultraNews, Sabtu (27/6/2020).

Terkait hal itu, Arjuna mendesak pemerintah untuk menghentikan mobilisasi TKA, demi kondusifitas daerah.

Ia menyebut masih ada ratusan karyawan yang dirumahkan oleh perusahaan dengan alasan pelonggaran karyawan akibat Covid-19.

“Kami minta segera hentikan Mobilisasi TKA, jangan buat daerah kami gaduh akibat pembodohan yang dilakukan perusahaan. Disana masih ada ratusan karyawan yang dirumahkan oleh perusahaan, mereka beralasan pelonggaran kariawan akibat Corona. Ketika 500 TKA itu datang maka dapat memicu konflik masyarakat akibat peluang menggantikan posisi para pekerja lokal,” ujarnya.

Selain mendesak Pemerintah menghentikan kedatangan TKA, Arjuna juga mempertanyakan komitmen PT VDNI terhadap janji pemerataan kesempatan kerja bagi penduduk lokal.

“Perusahaan harus tegas komitmennya terhadap pemerataan kesempatan bagi penduduk lokal, agar manfaat investasi dirasakan oleh masyarakat konawe. Masih banyak orang konawe yang mampu menempati peran-peran strategis didalam perusahaan, bukan malah menggiring orang luar masuk kedalam perusahaan yang dapat menimbulkan kericuhan di bumi Konawe,” ucapnya.

Dalam rencana unjuk rasa itu, Arjuna mengaku siap menerima konsekuensi yang terjadi di lapangan. Namun ia menegaskan tetap akan menggerakan seluruh paguyuban atau aliansi mahasiswa yang ada di Konawe.

“Bismilllah, apapun konsekuensinya kami sudah siap. Kami akan gerakkan semua sumber daya yang ada pada aksi penolakan Tenaga Kerja Asing (TKA) digelombang ke Dua nanti, termasuk konsolidasi kepada seluruh paguyuban Mahasiswa diwilayah Konawe Raya,” pungkasnya.[]

Baca juga :