PROVOKASI TAGOR


PROVOKASI TAGOR

Dari kemarin saya sengaja diam dan tidak mau menulis untuk menanggapi provokasi dari Lae Tagor Aruan yang mengaku Ketua dari salah satu Ormas Batak (KIB).

Menurut saya provokasi dari bersangkutan yang menyinggung perasaan umat beragama khususnya umat Islam sangat berbahaya. Apalagi yang ditantang dan yang dia provokasi justru agama mayoritas.

Sampai sekarang masih banyak netizen di luar Sumatera yang belum tahu kalau Sumatera Utara umat Islam merupakan mayoritas dan Kota Medan adalah tanah orang Melayu, bukan tanah Batak.

Di Sumut umat Islam itu mayoritas, hampir 64%. Tidak ada yang Islam-islaman, Islam Kawe atau Islam Abangan sejenis Islam Nusantara, jadi bisa di pastikan 99 persen Umat Islam di Sumut mendukung FPI.

Belum lagi Sumut diapit tiga daerah yang sangat religius dan kental nilai-nilai ke- Islamannya. Provinsi Naggroe Aceh Darussalam, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat.

Kalau misalnya si Tagor ngajak "perang" hanya gara-gara membela Penjual Tuak yang tidak terima Lapo Tuak-nya di protes kemudian ditutup secara paksa oleh FPI selama Bulan Suci Ramadhan, ya sama saja bunuh diri.

Tentu saja saya juga menyayangkan bahasa-bahasa kasar dari beberapa kawan-kawan IPF yang terekam di dalam video penutupan paksa itu. Walaupun suasana panas, ada baiknya menghindari caci-maki yang menyakiti perasaan orang lain.

Menurut saya, kesalahan pertama dan terbesar dari Lae Tagor adalah karena di dalam video-nya yang sudah viral terkesan hendak membenturkan suku Batak (Kristen) dengan Ormas IPF (Islam) dengan ajakan Perang. Jadi seakan-akan dia mengajak perang agama antara Kristen melawan Islam.

Padahal kalau dia cerdas, cukup dia ribut dan marah ke anggota FPI khususnya yang memaki-maki Ibu pemilik Lapo (Warung) Tuak.

Kesalahan kedua Lae Tagor adalah dia berbicara mengatas namakan semua Bangsa Batak dan seakan-akan semua orang Batak beragama Kristen. Padahal kalau mau dihitung, bisa jadi Orang Batak yang beragama Islam bisa jadi lebih banyak. Silahkan dibandingkan penduduk wilayah etnis Batak mayoritas Muslim atau biasa disebut Batak Selatan (Tapsel, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara) dengan penduduk etnis mayoritas Batak Kristen atau biasa disebut Batak Utara (Taput, Toba Samosir, Humbahas dan Samosir).

Anggota IPF itu mungkin tidak terlalu banyak. Tapi saya jamin, 99% Umat Islam di seluruh Provinsi-provinsi di Pulau Sumatera adalah simpatisan Ormas tersebut.

Saya memiliki banyak kenalan yang bisa saja kita kasih stempel Islam KTP di jidatnya.

Orang-orang yang jarang Sholat, tidak pernah Puasa di Bulan Ramadhan, Tukang Mabuk, hobby Judi dan pelaku maksiat lainnya. Tapi sepanjang mereka asli orang Sumatera, saya haqqul yakin 99% sangat menghormati Habib Rizieq dan cinta FPI. Sekalipun warung tuak langganan mereka dihancurkan anggota-anggota FPI, mereka akan tetap menaruh hormat dan sayang kepada FPI.

Jadi kalau ada elemen di luar umat Islam yang menantang FPI, justru para "Islam KTP" ini yang duluan panas dan minta maju kedepan. Seperti berulangkali saya dengar kata-kata favorit mereka:

"Kapan lagi bisa menebus dosa. Kami memang jarang Sholat, tapi kalau agama kita dihina, kami siap menggadaikan nyawa".

Tentu sangat jauh berbeda dengan kultur Islam (Nusantara) di Jawa Tengah dan Jawa Timur (kecuali Pulau Madura). Umumnya disana umat Islam Nusantara-nya bahkan yang mengaku santri lebih memilih berselisih dengan umat Islam di luar kelompok mereka. Makanya cuma disana bisa ada berita: Ustadz dilarang ceramah atau bahkan Ulama di usir!

Terakhir saya berharap agar kedepan sesama anak bangsa saling menjaga. Kunci dari sikap Toleransi yang baik adakah Kelompok Mayoritas melindungi Kelompok Minoritas dan sebaliknya Kelompok Minoritas menghormati Kelompok Mayoritas. Dimana Bumi di Pijak di situ Langit wajib dijunjung.

Saya kira Pulau Bali menjadi contoh terbaik penerapan sikap toleransi yang baik dan benar saat ini. Walaupun Indonesia Negara mayoritas Islam, tapi karena di Pulau Bali masyarakatnya mayoritas Umat Hindu, maka setiap hari Nyepi semua masyarakat disana baik Hindu maupun Non Hindu wajib menghormati aturan Nyepi. Kalau tidak mau, silahkan pindah dari Bali.

Begitu juga Ibu Penjual Tuak. Kalau misalnya keberatan menutup Warung Tuak selama Bulan Suci Ramadhan, kenapa tidak pindah sementara jualan tuak ke daerah mayoritas Non Muslim. Misalnya kembali ke Samosir. Saya yakin disana, mau bulan Ramadhanpun tetap jual tuak tidak akan ada masalah. Walaupun disana ada umat Islam yang sedang berpuasa, tapi karena mereka minoritas pasti menerima. Sebaliknya, kalau ada Umat Islam di Samosir yang keberatan ada yang jual tuak selama Bulan suci Ramadhan, silahkan juga pindah sementara selama bulan puasa ke daerah mayoritas Islam.

Begini sederhanaya konsep Toleransi, kenapa mesti mengajak perang...?

#TirikYaluk

02 Mei 2020

(By Azwar Siregar)

[VIDEO - Tagor Akhirnya Minta Maaf Setelah Sebelumnya Nantang Perang]
Baca juga :