Kenapa Masjid Ditutup, Tapi Bandara dan Mall Bebas Dibuka?


Bila Tak Adil

Sedari awal lagi, ketika mulai dikampanyekan stay at home, masjid-masjid langsung ditutup, bahkan sudah berjum'at-jum'at ummat Islam menggantinya dengan Zhuhur di rumah. Ulamapun dengan bijak memberikan fatwa dan petunjuk pelaksanaan ibadah semasa wabah ini. Ulama dan ummat ini serius agar rantai sebaran virus ini segera berkurang dan khatam.

Tapi, melihat kenyataan di lapangan, kesannya cuma masjid saja yang diperketat, sampai didatangi Tim Covid-19, sementara yang lain tinggal aturan diatas kertas saja, tak nampak nyata penerapannya di lapangan. Semua biasa-biasa saja macam tak ada virus yang mematikan ini.

Coba liat di pasar, adakah diterapkan jarak 1 meter? Tak ada.

Di kedai kopi, nampak orang-orang masih santai nongkrong disitu tanpa ada sanksi sama sekali.

Di mall juga tak ada yang berbeda kecuali maskeran.

Tengok bandara Soeta...

Kalau sudah macam ini, ummat akan bertanya-tanya kenapa masjid ditutup? Toh, masjid bisa juga kok melakukan standar protokol kesehatan.

Kalau kesan tak adil ini terus berlanjut, yang saya khawatirkan Fatwa Ulama takkan lagi didengar, sebab terkesan ulama menghalangi orang ibadah di masjid,  sementara tempat kerumunan lainnya bebas macam biasa. Walaupun itu sudah diluar wewenang MUI tapi kesan buruk pada MUI ini sudah nampak.

Berlaku adillah wahai pemegang amanah, sebab raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.

(Oleh: Ust. Ispiraini Bin Hamdan)

Baca juga :