BERANTAKANNYA PROGRAM KARTU PRA KERJA


BERANTAKANNYA PROGRAM KARTU PRA KERJA

MENGANGGUR sekitar dua pekan akibat pemutusan hubungan kerja, Dewi Hurriyah, 24 tahun, sempat girang hati. Pada 15 April lalu, bekas karyawan perusahaan penyalur tenaga kerja Indonesia yang berdomisili di Surabaya itu menerima pemberitahuan bahwa dia dinyatakan lolos program Kartu Prakerja gelombang pertama. Nomor Kartu Prakerja pun sudah diperolehnya. “Tapi, sehari kemudian, saat saya buka situs Kartu Prakerja, status saya berubah menjadi tidak lolos,” kata Dewi kepada Tempo, Rabu, 29 April lalu.

Dia lalu meminta penjelasan kepada layanan pelanggan Kartu Prakerja. Menurut Dewi, petugas di ujung telepon mengatakan dia belum pasti lolos jika belum menerima pesan yang dikirim ke telepon selulernya. Petugas tersebut menyarankan Dewi mencoba lagi pada gelombang selanjutnya. Namun Dewi tak lolos lagi. Hingga Jumat, 1 Mei lalu, dia masih menunggu hasil seleksi gelombang ketiga.
Nasib serupa dialami Bonnie Kertaredja, yang dua kali mencoba menjadi penerima manfaat Kartu Prakerja. Penyandang disabilitas lemah penglihatan ini semula berharap bisa mendapat insentif tambahan dari program Kartu Prakerja. Apalagi penghasilannya dari berjualan token listrik dan pulsa merosot jauh sejak pemerintah mensubsidi listrik bagi penduduk miskin. Perempuan 54 tahun itu sempat kesulitan mengisi data diri serta mengikuti tes minat dan pengetahuan. “Sistemnya rumit, merepotkan bagi yang punya keterbatasan fisik,” ujarnya.

Digaungkan Joko Widodo saat kampanye pemilihan presiden 2019, Kartu Prakerja bertujuan mengentaskan penganggur. Semula, program dengan dana Rp 10 triliun ini ditujukan bagi 3 juta peserta. Namun, setelah virus corona mewabah, Kartu Prakerja disulap menjadi bantuan sosial untuk masyarakat yang terkena dampak dengan anggaran Rp 20 triliun dan 5,6 juta peserta. Penerima manfaat bakal mendapat insentif Rp 600 ribu selama empat bulan, bantuan pelatihan online senilai Rp 1 juta, dan duit survei Rp 150 ribu. Pada tahap pertama, tercatat 168.111 orang lolos. Adapun yang lolos pada gelombang kedua 288.154 orang.

Agustinus Edy, pendiri portal berita Gresnews, menjadi salah satu yang lolos dalam pendaftaran peserta Kartu Prakerja tahap kedua. Saat mengisi data diri, ia mengaku sedang bekerja dan usaha wiraswastanya terkena dampak wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Edy tak menyangka bisa lolos karena diwajibkan mengisi nomor induk kependudukan dan berswafoto. “Kalau proses verifikasinya berjalan baik, seharusnya saya tidak lolos sejak awal,” ucapnya.

Ia mengaku hanya ingin menguji bahwa program Kartu Prakerja tak lebih dari transaksi jual-beli konten dengan menggunakan anggaran negara. Dia mengambil paket pelatihan jurnalistik menulis naskah berita seharga Rp 220 ribu di Skill Academy. Ada sebelas video pelatihan dengan durasi sekitar satu jam. Belum selesai menonton video, dia sudah bisa mengikuti tes dan mendapatkan certificate of excellence yang ditandatangani Chief Executive Officer Ruangguru Adamas Belva Syah Devara. Dalam waktu 7 x 24 jam, insentif Rp 600 ribu bisa cair. Edy menilai pelatihan yang diajarkan juga tidak efektif meningkatkan kemampuannya menulis.

Belakangan, Prita Kusumaputri, pengajar kelas jurnalistik, meminta Ruangguru mencabut video pelatihannya. Sebab, video itu dibuat untuk pembelajaran pribadi, bukan buat program Kartu Prakerja. “Tak ada pemberitahuan video itu masuk program Kartu Prakerja,” ujarnya. Menurut Prita, video itu dibuat tiga kali sebelum program Kartu Prakerja berjalan, yaitu menjelang akhir 2019.

Public Relations Lead Ruangguru Sekar Krisnauli mengatakan sertifikat yang diterbitkan Skill Academy sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja. Menurut dia, ada dua jenis sertifikat yang dikeluarkan Skill Academy, yaitu completion atau penyelesaian materi dan excellence. “Agustinus hanya menunjukkan certificate of excellence karena telah menyelesaikan ujian akhir, bukan certificate of completion, karena belum melengkapi seluruh materi yang ada,” kata Sekar.

Direktur Komunikasi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Panji Winanteya Ruky pun mengatakan Edy lolos dari kelompok masyarakat umum. Menurut dia, saat mendaftar, Edy mendeklarasikan diri sebagai wirausaha yang terimbas pandemi Covid-19. “Sehingga lebih diutamakan dalam randomisasi kelompok masyarakat umum di gelombang kedua,” tuturnya.

•••

SEJAK pendaftaran dibuka pada 11 April lalu, program Kartu Prakerja sudah menuai kritik. Sebab, delapan platform digital yang digandeng pemerintah sebagai mitra lebih dulu ada sebelum payung hukumnya keluar. Pada 20 Maret lalu, disaksikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Manajemen Kartu Prakerja menandatangani nota kesepahaman dengan Skill Academy, perusahaan teknologi pendidikan yang dinaungi Ruangguru milik Adamas Belva Syah Devara, bekas anggota staf khusus Presiden Jokowi.

Padahal dasar hukum yang mengatur rincian mitra digital itu baru keluar sepekan setelahnya melalui Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor 3 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden tentang Pengembangan Kompetensi Kerja. Adapun nilai proyek pelatihan program Kartu Prakerja mencapai Rp 5,6 triliun.

Penggodokan mitra digital itu sebenarnya dilakukan sejak tahun lalu. Pada 15 April lalu, melalui akun Twitter-nya, Belva mengatakan, “Kebijakan program prakerja sudah dilakukan sebelum saya menjadi staf khusus.” Enam hari setelah cuitan tersebut, Belva mengumumkan pengunduran dirinya sebagai anggota staf khusus presiden.

Panji membantah adanya penunjukan langsung kepada delapan mitra itu. “Ini kerja sama, bukan penunjukan. Masyarakat juga dibebaskan memilih pelatihan,” ucapnya. Menurut Panji, wabah virus corona mendesak pemerintah segera bergerak. Nantinya, ujar Panji, jumlah penyedia pelatihan bakal terus bertambah seiring dengan penambahan peserta Kartu Prakerja.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian, hingga pekan lalu, sebanyak 231 ribu dari 456 ribu peserta telah membeli program pelatihan. Nilai transaksi itu mencapai Rp 120,73 miliar, dengan rata-rata transaksi per hari sebesar Rp 520 ribu. Data ini dibenarkan seorang pengelola provider pelatihan. Namun Panji tak berkomentar tentang data tersebut. Menteri Airlangga Hartarto juga tak merespons saat dimintai tanggapan. Ia tak mengangkat telepon dan tak membalas pesan pendek yang dilayangkan Tempo.

Sumber: Majalah Tempo

Baca juga :